
'Durian Runtuh' dari Pelemahan Rupiah dan Mahalnya Minyak
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
26 July 2018 10:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada tahun ini merasa tidak perlu mengajukan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada dewan perwakilan rakyat (DPR).
Meskipun sejumlah asumsi makro seperti nilai tukar rupiah maupun harga minyak terlempar jauh dari asumsi yang ditetapkan, namun bendahara negara mengaku optimistis pelaksanaan kas keuangan negara tahun ini tak perlu ada perubahan.
Ketika nilai tukar rupiah melemah dan harga minyak mengalami kenaikan, APBN sejatinya mendapatkan 'durian runtuh'. Setidaknya, ada tambahan dana yang masuk ke kas keuangan negara, yang diperoleh tanpa kerja keras.
Mengutip data sensitivitas asumsi makro APBN 2018, Kamis (26/7/2018) setiap dolar AS menguat Rp 100 di atas asumsi, maka penerimaan negara bisa bertambah Rp 3,8 - Rp 5,1 triliun, dan belanja akan naik sekitar Rp 2,2 - Rp 3,4 triliun.
Artinya, akan ada tambahan ke kas keuangan negara secara cuma-cuma sekitar Rp 1,6 - Rp 1,7 triliun. Adapun asumsi nilai tukar rupiah yang ditetapkan pemerintah berada di level Rp 13..400/US$, dan nilai tukar rupiah rata-rata hingga akhir tahun diperkirakan Rp 13.973/US$.
Selain itu, kenaikan harga minyak pun memberikan dampak positif bagi kas keuangan negara. Setiap kenaikan ICP US$/barel, maka penerimaan negara akan naik Rp 3,4 - Rp 3,9 triliun, dan belanja negara bertambah sekitar Rp 2,4 - Rp 3,7 triliun.
Dengan demikian, akan ada kelebihan anggaran sekitar Rp 0,2 - Rp 1 triliun dari kenaikan harga minyak dari asumsi yang saat ini ditetapkan US$ 48 per barel. Hingga akhir tahun, rata-rata harga minyak diperkirakan bisa mencapai US$ 70/barel.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sendiri mengaku sudah menghitung dampak pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga minyak terhadap kas keuangan negara. Dia optimistis, kedua hal tersebut tidak menganggu pelaksanaan APBN.
"Kami tidak akan terlena, walaupun parameter ICP dan kurs meningkat," tegas Sri Mulyani.
(dru) Next Article APBN per Mei 2018, Dari PDB sampai Rupiah Jauh dari Asumsi
Meskipun sejumlah asumsi makro seperti nilai tukar rupiah maupun harga minyak terlempar jauh dari asumsi yang ditetapkan, namun bendahara negara mengaku optimistis pelaksanaan kas keuangan negara tahun ini tak perlu ada perubahan.
Ketika nilai tukar rupiah melemah dan harga minyak mengalami kenaikan, APBN sejatinya mendapatkan 'durian runtuh'. Setidaknya, ada tambahan dana yang masuk ke kas keuangan negara, yang diperoleh tanpa kerja keras.
Artinya, akan ada tambahan ke kas keuangan negara secara cuma-cuma sekitar Rp 1,6 - Rp 1,7 triliun. Adapun asumsi nilai tukar rupiah yang ditetapkan pemerintah berada di level Rp 13..400/US$, dan nilai tukar rupiah rata-rata hingga akhir tahun diperkirakan Rp 13.973/US$.
Selain itu, kenaikan harga minyak pun memberikan dampak positif bagi kas keuangan negara. Setiap kenaikan ICP US$/barel, maka penerimaan negara akan naik Rp 3,4 - Rp 3,9 triliun, dan belanja negara bertambah sekitar Rp 2,4 - Rp 3,7 triliun.
Dengan demikian, akan ada kelebihan anggaran sekitar Rp 0,2 - Rp 1 triliun dari kenaikan harga minyak dari asumsi yang saat ini ditetapkan US$ 48 per barel. Hingga akhir tahun, rata-rata harga minyak diperkirakan bisa mencapai US$ 70/barel.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sendiri mengaku sudah menghitung dampak pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga minyak terhadap kas keuangan negara. Dia optimistis, kedua hal tersebut tidak menganggu pelaksanaan APBN.
"Kami tidak akan terlena, walaupun parameter ICP dan kurs meningkat," tegas Sri Mulyani.
(dru) Next Article APBN per Mei 2018, Dari PDB sampai Rupiah Jauh dari Asumsi
Most Popular