Kontroversi Lelang SBI: Berapa Biaya dan Bagaimana Minatnya?

Irvin Avriano, CNBC Indonesia
26 July 2018 09:28
Kontroversi Lelang SBI: Berapa Biaya dan Bagaimana Minatnya?
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini pemerintah mengaktifkan kembali sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai instrumen investasi, setelah hampir 1,5 tahun lelangnya dihentikan oleh Darmin Nasution, yang saat itu menjadi Gubernur Bank Indonesia (BI). 

Lelang SBI terakhir digelar pada 16 Desember 2016. Saat itu dua alasan utamanya adalah beban biaya SBI yang tidak sedikit dan fokus pemerintah pada pengembangan surat berharga negara (SBN) sebagai instrumen investasi dan salah satu sumber pembiayaan APBN.  

Namun, dua alasan tersebut kini dimentahkan sendiri oleh Darmin, yang kini menjabat menteri kordinator bidang perekonomian, dengan mengatakan bahwa tujuan SBI adalah menahan dana investor asing dan menstabilkan rupiah.  

Jadi selamat datang SBI, selamat tinggal pertimbangan "beban terhadap keuangan negara"! Maklum saja, rupiah lagi lemah-lemahnya dan perlu infus untuk memperkuatnya kembali di pasar mata uang. 
Kontroversi Lelang SBI: Berapa Biaya dan Bagaimana Minatnya?Sumber: Reuters
Jika kita bicara beban biaya, berapa sebenarnya beban yang harus dibayar pemerintah guna menyelamatkan rupiah lewat penerbitan SBI ini? Mari kita tengok pada hasil lelang SBI perdana Senin pekan ini.  

Dalam lelang tersebut, pemerintah melepas SBI berumur 9 bulan senilai Rp 4,18 triliun pada rate rerata tertimbang (RRT) 6,0458% per tahun dan umur 12 bulan senilai Rp 1,79 triliun pada RRT 6,1734%. 

Artinya, BI perlu membayar kupon setara 4,53435% untuk SBI 9 bulan, atau setara Rp 189,53 miliar. Untuk SBI tenor 12 bulan, secara singkat BI harus membiayai Rp 110,81 miliar. Secara total, hasil lelang SBI kemarin akan memakan biaya Rp 300,34 miliar. 

Itu dari satu kali lelang. Berapa biaya kupon SBI per tahun? Mari melihat tren dengan mengacu pada tahun 2016 ketika lelang SBI digelar sebulan sekali. Nilai SBI yang dimenangkan dalam lelang SBI Oktober adalah Rp 10,92 triliun, November Rp 1,83 triliun, dan Desember Rp 1,53 triliun.

Nilai rerata jumlah yang dimenangkan dalam tiap lelang adalah Rp 4,76 triliun.
 Dengan berkaca pada suku bunga terendah yang ditawarkan untuk 9 bulan dalam lelang 23 Juli 2018 sebesar 4,53435%, maka pemerintah setidaknya perlu mendanai operasi moneter SBI sebesar Rp 215,83 miliar per lelang saat itu. 

Dengan asumsi frekuensi lelang SBI akan sama sebelum 2016 yaitu digelar tiap bulan sekali dan dengan biaya Rp 215,83 miliar per lelang, maka biaya yang dikeluarkan bank sentral untuk kupon SBI kali ini adalah Rp 2,58 triliun dalam setahun. 

Jumlah tersebut, tentunya belum memasukkan faktor potensi keuntungan bank sentral dari keuntungan valas dolar AS yang dimiliki BI sebagai cadangan devisa maupun pengeluaran dari operasi pasar lain yaitu lelang reverse repo SBN.

Di sisi lain, mari kita cek minat investor di pasar surat berharga negara (SBN). Minat tersebut dapat tercermin dari posisi tingkat imbal hasil (yield) empat seri acuan.  

Pergerakan yield sebuah surat utang bertolak belakang terhadap harganya di pasar sekunder. Seiring dengan mekanisme pasar, harga akan naik ketika terjadi aksi beli signifikan di pasar yang secara bersamaan menekan yield.  

Semenjak lelang SBI dihentikan pada Desember 2016, yield obligasi pemerintah turun signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penurunan tersebut menunjukkan naiknya harga sehingga mencerminkan investor lebih berminat pada SBN dibanding periode sebelumnya ketika masih ada lelang SBI.  

Yield seri 5 tahun (FR0063) contohnya, turun hingga 5,56% pada 19 Januari 2018, posisi terendah sejak Juni 2013. 

Kontroversi Lelang SBI: Berapa Biaya dan Bagaimana Minatnya?Sumber: Reuters

Meskipun pernah turun hingga menyentuh level tersebut pada awal 2018, yield hampir seluruh seri acuan menanjak naik pada medio Mei-Juni akibat memanasnya perang dagang yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS).  

Pada Selasa setelah lelang SBI dilancarkan, jatuhlah korban yaitu lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara). SBSN adalah SBN yang diterbitkan menggunakan kontrak syariah atau berdasarkan syariat Islam. Minat dalam lelang tersebut turun. 

Data Kemenkeu menunjukkan penawaran yang masuk relatif sepi, yaitu Rp 9,88 triliun, yang berada di kisaran bawah beberapa analis yang memprediksi penawaran lelang akan berada di kisaran angka Rp 9 triliun-Rp 16 triliun. 

Penawaran yang minim pun tercermin pada hasil lelang yang mini, yaitu hanya Rp 4,8 triliun, di bawah target pemerntah Rp 6 triliun.

Meski demikian, seluruh SBN pada hari yang sama masih mencatatkan penurunan yield ketika ditutup di akhir perdagangan pasar sekunder, yang artinya harganya menguat karena banyaknya permintaan.

Artinya, emisi SBI sudah merebut minat dalam pasar primer (lelang) sukuk negara, tetapi belum tercermin di pasar sekunder SBN dan pasar primernya. Sejauh ini...


TIM RISET CNBC INDONESIA  


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular