Internasional

Peringatan IMF: Surplus Dagang Tinggi Perburuk Perang Dagang

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
25 July 2018 18:02
IMF memperingatkan bahwa suplus dagang yang besar di Jerman dan China, serta defisit Amerika Serikat (AS) yang besar dapat memperuncing konflik belakangan ini.
Foto: CNBC
Washington, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) pada hari Selasa (24/7/2018) memperingatkan bahwa suplus dagang yang besar di Jerman dan China, serta defisit Amerika Serikat (AS) yang besar dapat memperuncing konflik belakangan ini.

Namun dalam sebuah pesan yang nampaknya ditujukan ke Presiden AS Donald Trump, IMF sekali lagi memperingatkan tentang penggunaan langkah proteksionisme dagang. Mereka menyebutnya sebagai "lereng curam" yang dapat menghambat pertumbuhan tanpa menyelesaikan masalah.

Apalagi, kebijakan Trump sendiri sebenarnya menjadi penyebab situasi yang dia keluhkan. Misalnya, stimulus fiskal AS seperti pemotongan pajak besar-besaran yang disepakati di bulan Desember yang "menyebabkan pengetatan kondisi moneter, penguatan dolar AS, dan defisit neraca berjalan AS yang besar," kata IMF seperti dilansir dari Channel News Asia.

Pekan lalu, Trump mematahkan tradisi lama dengan mengritik bank sentral Federal Reserve/The Fed karena kenaikan suku bunga menyebabkan penguatan dolar, CNBC International melaporkan.

Tak hanya itu, dia juga menuduh UE dan China sengaja melemahkan mata uangnya untuk membuat ekspor lebih kompetitif.


Kepala Ekonom IMF Maury Obstfeld berkata sebenarnya ada beberapa faktor, termasuk ancaman tarif dagang, yang menyebabkan pelemahan mata uang belakangan ini.

Obstfeld juga berkata ke CNBC International bahwa "tidak ada bukti manipulasi" dari China dan dia menyebut Surat Utang AS juga tidak mendapatkan perlakuan sejenis.

Dia mengatakan kepada para reporter bahwa peluang perang mata uang di antara perekonomian besar "sangat tidak masuk akal". Sebab, bank sentral di AS, UE, dan China fokus pada langkah kebijakan di kondisi ekonomi mereka sendiri, mereka "tidak menargetkan nilai tukar mereka," katanya.


Dorongan proteksionisme 'salah jalan'
Dalam Laporan Sektor Eksternal terbaru, IMF kembali mendesak negara-negara yang surplus untuk mengambil langkah guna mendorong permintaan dan mengurangi tabungan agar mengurangi ketidakseimbangan neraca berjalan berlebihan yang sebagian besar terdiri dari perdagangan internasional.

Kekhawatirannya adalah surplus yang terus-menerus terjadi di Jerman dan China, jika berlanjut pada akhirnya akan berhadapan dengan kebijakan proteksionisme, kata laporan tersebut.

Obstfeld berkata ada "potensi negatif signifikan" konflik dagang melemahkan pertumbuhan global jika ancaman yang terus-menerus berubah menjadi tindakan dan mengikis kepercayaan bisnis.

Dia juga menyebut dorongan proteksionis "salah jalan" karena bisa memangkas pertumbuhan dunia 0,5% poin di tahun 2020 dalam skenario terburuk, sementara memiliki "sedikit dampak terhadap ketidakseimbangan".

Meningkatnya ancaman dan ancaman balasan sudah berdampak ke bisnis-bisnis, kata Obstfeld memperingatkan.

"Kita ada di suatu posisi di mana kita berada di puncak lereng curam."

Surplus Jerman "lebih kuat secara substansial" daripada yang dibenarkan oleh keadaan ekonomi, sementara surplus di China dan Korea Selatan (Korsel) dikategorikan sebagai "cukup kuat" layaknya UE.
(prm) Next Article Peringatan IMF: Perang Dagang Ancam Perekonomian Dunia!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular