Dibayangi Risiko Geopolitik, Bursa Asia Dibuka Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 July 2018 09:15
Bursa saham utama kawasan Asia dibuka menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah kemarin berada dalam tekanan, bursa saham utama kawasan Asia dibuka menguat pada perdagangan hari ini: indeks Kospi naik 0,17%, indeks Hang Seng naik 0,09%, indeks Nikkei naik 0,71%, indeks Strait Times naik 0,05%, dan indeks Shanghai naik 0,1%.

Sejumlah risiko menyelimuti jalannya perdagangan hari ini. Dari sisi geopolitik, hubungan antara AS dengan Iran memanas, menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump kepada Hassan Rouhani yang merupakan presiden Iran.

Ancaman ini diluncurkan oleh Trump melalui cuitan di twitter menggunakan huruf kapital.

"JANGAN PERNAH LAGI MENGANCAM AS ATAU ANDA AKAN MENGALAMI KONSEKUENSI YANG BELUM PERNAH TERJADI SEBELUMNYA. KAMI BUKAN LAGI NEGARA YANG BISA BERDIAM ATAS PERKATAAN ANDA YANG MENYEBARKAN KEKERASAN DAN KEMATIAN. WASPADALAH!" tegas Trump melalui akun @realDonaldTrump.

Ancaman dari Trump ini keluar merespon pernyataan Rouhani yang sebelumnya memperingatkan akan bahaya yang akan terjadi jika AS berperang dengan Iran.

"Tuan Trump, tolong jangan bermain-main dengan ekor singa karena hanya akan membawa penyesalan. AS harus tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah biangnya damai, sementara peperangan dengan Iran adalah biangnya perang," tegas Rouhani dalam acara pembekalan kepada para diplomat, seperti dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, AS sudah keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran dan akan menjatuhkan sanksi ekonomi bagi Teheran.

Selain itu, risiko juga datang dari kabar bahwa Bank sentral Jepang yakni Bank of Japan (BoJ) dikabarkan akan mulai mengurangi stimulus moneter yang selama ini diberikan.

Mengutip Reuters, sebuah sumber pada hari Jumat (20/7/2018) mengatakan bahwa BoJ menggelar diskusi awal terkait kemungkinan untuk mengubah kebijakan moneternya, termasuk penyesuaian target suku bunga, mekanisme pembelian saham, serta cara-cara untuk membuat quantitative easing menjadi lebih berkelanjutan.

Ditengah perang dagang yang masih berkecamuk dengan AS, normalisasi yang kelewat agresif ditakutkan bisa 'mematikan' laju ekonomi Jepang. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi pasar saham.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular