Obligasi Pemerintah Berpeluang Menguat Pekan ini

Irvin Avriano, CNBC Indonesia
23 July 2018 16:12
Obligasi Pemerintah Berpeluang Menguat Pekan ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi menguat pekan ini, selama tidak ada lagi volatilitas nilai tukar yang berarti. Pemerintah juga akan melelang empat seri surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) dalam agenda rutin besok.

Semakin meningkatnya tren permintaan investor dalam lelang serta ditambah faktor stabilnya nilai tukar akan mendorong minat investor untuk kembali masuk ke pasar.
 

Selasa pekan ini, Kemenkeu akan melelang dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) syariah dan empat seri surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) dengan target Rp 6 triliun. SPN merupakan surat berharga yang bertenor di bawah setahun. 

Pada Senin, pasar surat berharga pemerintah dibuka beragam dengan kecenderungan terkoreksi tipis. Data Reuters menunjukan harga surat berharga negara (SBN) seri acuan tenor menengah 10 tahun dan acuan 15 tahun turun dan sekaligus mendongkrak tingkat imbal hasilnya (yield) dalam jumlah kecil.

Yield seri FR0064 (10 tahun) naik 3 basis poin (bps) menjadi 7,89% dan FR0065 (15 tahun) naik 4 bps menjadi 8,12%. Dua seri acuan lain yaitu tenor 5 tahun dan tenor 20 tahun mengalami kenaikan harga yang membebani yield-nya.

Yield seri tenor 5 tahun turun 2 bps menjadi 7,76% dan tenor 20 tahun turun 2 bps menjadi 8,2%.
 Besaran 100 bps setara dengan 1%. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Koreksi masih terjadi di pasar obligasi mengingat masih kuatnya bayang-bayang perang dagang. Terakhir, dalam wawancara eksklusif akhir pekan lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh China dan Uni Eropa sengaja melemahkan mata uang negara masing-masing. 

Selain itu, Trump mengritik bank sentral AS The Federal Reserve yang menaikkan suku bunganya pada Juni, meskipun mempersilahkan The Fed melakukan yang menurut mereka merupakan langkah terbaik. Saat ini, nilai tukar rupiah masih menguat 36 poin (0,25%) menjadi Rp14.454 per dolar AS.

Meski rupiah masih menguat, nilai tukar dolar AS mulai menggerus penguatan rupiah yang sempat menguat signifikan di awal perdagangan. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menguat 30 poin (0,52%) 5.903.
Selasa pekan ini, Kemenkeu akan melelang dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) syariah dan empat seri surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) dengan target Rp 6 triliun. SPN merupakan surat berharga yang bertenor di bawah setahun.  

Tanpa kecenderungan dan sentimen lain, pemerintah terindikasi optimistis terhadap lelang ke depannya karena dalam lelang SBN konvensional terakhir minat investor cukup tinggi, sehingga berdampak pada tercapainya target penerbitan maksimal yaitu Rp 20 triliun.   

Selain dari minat investor yang terlihat menguat dalam dua lelang SBN dan SBSN terakhir, dinaikkannya target penerbitan dalam lelang juga terkait dengan jumlah target penerbitan kotor tahun ini. Pemerintah memiliki target Rp 850 triliun dan hingga lelang terakhir jumlah penerbitan baru Rp 490 triliun (57%).

“Karena masih 57% itu, seperti pemerintah akan lebih banyak menerbitkan lagi (dan menaikkan target penerbitan). Mereka juga dapat menerbitkan SBN melalui penawaran terbatas (private placement),” ujar Kepala Riset Fixed Income PT BNI Securities Ariawan.  

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) mengumumkan penerbitan kembali instrumen sertifikat BI (SBI). Meski baru diumumkan pekan lalu, hari ini BI langsung tancap gas dengan mengagendakan lelang Reverse Repo SBN 1 minggu, SBI 9 bulan, SBI 12 bulan, SBI syariah 9 bulan, dan SBI syariah 12 bulan.  

Dikhawatirkan minat investor yang berniat masuk ke lelang SBSN Selasa akan tergerus sebagian untuk lelang SBI hari ini.

Meski demikian, Ariawan mengatakan optimistis terhadap lelang-lelang pemerintah selanjutnya karena rata-rata nilai penawaran investor yang masuk dalam lelang SBN sudah naik menjadi Rp 27 triliun dari sebelumnya Rp 21 triliun.  

Penawaran asing dalam lelang terakhir tersebut, tuturnya, juga naik signifikan menjadi Rp 8 triliun-Rp 9 triliun. “Jika sentimen global mereda, investor asing sudah bisa masuk ke pasar obligasi Indonesia karena saat sudah sangat menarik,” ujar Ariawan.  

Terlebih, lanjutnya, selisih (spread) antara yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang Amerika Serikat (US Treasury) tenor yang sama sudah hampir 5% atau 500 bps. Melebarnya spread SBN dengan US Treasury akan membuat obligasi pemerintah Indonesia semakin menarik.  

Spread sebesar 499 bps tersebut menjadi yang terlebar sejak awal tahun lalu, tepatnya pada 6 Maret 2017.  

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular