Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 5%, Dana Asing akan Keluar Lagi

Monica Wareza, CNBC Indonesia
23 July 2018 14:35
Investor asing cenderung lebih memilih instrumen yang relatif aman untuk seperti dolar Amerika Serikat (AS) sebagai tempat berinvestasi.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Analis menilai aliran dana keluar (capital outflow) dari pasar saham dalam negeri masih akan terus terjadi jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5%. Investor asing cenderung lebih memilih instrumen yang relatif aman untuk seperti dolar Amerika Serikat (AS) sebagai tempat berinvestasi seiring membaiknya kondisi negeri Paman Sam tersebut.

Analis Koneksi Capital Alfred Nainggolan menjelaskan, salah satu yang menjadi perhatian investor asing saat ini adalah langkah Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang agresif untuk menaikkan suku bunga hingga 2020.

"Yang diharapkan ada ruang pertumbuhan ekonomi, kalau pertumbuhan hanya 5% tidak ada yang bisa menambah minat asing untuk mengarahkan dana ke (pasar saham) kita tapi kalau perumbuhan ekonomi bagus 5,2% atau 5,4% akan jadi pertimbangan besar," kata Alfred kepada CNBC Indonesia, Senin (23/7).

Sementara, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat mengatakan kinerja emiten yang mumpuni juga bisa menjadi slah satu daya tarik bagia asing untuk kembali masuk ke pasar saham dalam negeri.

Hal ini tampak dari aliran dana asing yang mulai masuk selama dua minggu terakhir, meski jumlahnya tidak besar dan masih diselingi dengan aksi jual namun mulai menunjukkan bahwa asing mulai bergerak percaya masuk ke pasar saham dalam negeri.

"Sebenarnya asing sudah mulai masuk semester 1 terlepas semester 1 kemarin emiten sudah keluarkan laporang keuangan seperti BMRI, BBTN, JSMR jadi ada yang menarik asing masuk lagi. Tapi lihat apakah jadi sentimen, kan kalau diperhatikan (net buy) masih premature. Dua minggu masih net buy, kalau konsisten kan misalnya Rp 500 miliar sehari tapi continue juga besok-besoknya jadi itu baru korelasi net buy asing tapi inflow tetap terbuka," kata Kevin saat dihubungi CNBC Indonesia.

"Kita tunggu lagi ada sentimen data unemployment di Amerika 4% itu ada indikasi peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga agresif. Kalau di sana inflasi naik jadi kenaikan suku bunga terbuka. Liat dulu dana asing sini kuat engga dari sini subung udah naik jadi asing liat yirld infonssia masih naik

Meski asing mulai masuk kembali, Kevin menilai langkah ini masih dianggap prematur untuk dibilang bahwa asing mulai kembali akumulasi beli. Alasannya karena turunnya tingkat pengangguran Amerika Serikat yang lebih tinggi dari target akan membuat The Fed percaya diri dengan langkah agresifnya.

Dia juga menilai tahun depan juga perlu dipertimbangkan adanya gelaran pemilihan presiden yang bisa membuat investor asing memilih untuk wait and see, karena pertimbangan dari sisi calon yang akan berkompetisi dan kondisi keamanan negara saat pemilu digelar.
(hps/hps) Next Article IHSG Menghijau tapi Rentan, Asing Masih Tarik Dana ke Luar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular