
Data Ekonomi China Mengecewakan, Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 July 2018 16:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup melemah untuk mengawali pekan ini: indeks Strait Times turun 0,85%, indeks Shanghai turun 0,61%, dan indeks Kospi turun 0,39%.
Sementara itu, indeks Hang Seng menguat tipis sebesar 0,05%. Perdagangan di bursa saham Jepang diliburkan seiring dengan perayaan Ocean/Marine Day.
Rilis data ekonomi di China membuat bursa saham kawasan Asia tak bisa berbuat banyak. Pada kuartal-II 2018, perekonomian China tercatat tumbuh sebesar 6,7% YoY, sama dengan konsensus yang dihimpun oleh Reuters. Penjualan barang-barang ritel periode Juni tumbuh sebesar 9% YoY, juga sama dengan konsensus.
Namun, output industri untuk periode Juni hanya tumbuh sebesar 6% YoY, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 6,5% YoY.
Kemudian, aura perang dagang antara AS dengan Uni Eropa yang semakin memanas juga sukses memaksa investor melepas kepemilikannya atas instrumen berisiko seperti saham.
Menjelang pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden AS Donald Trump menyebut Uni Eropa sebagai musuh di bidang perdagangan. Dikutip dari BBC, Trump mengatakan ada banyak musuh dari AS termasuk Rusia dan China, namun dirinya menempatkan Uni Eropa di posisi teratas.
"Saya rasa Uni Eropa merupakan sebuah musuh, (mengingat) apa yang mereka lakukan kepada kami di bidang perdagangan," papar Trump.
Sebelumnya, Trump juga menyerang negara-negara Uni Eropa dalam pertemuan NATO pada minggu lalu lantaran dianggap pelit dalam mengeluarkan belanja pertahanan.
Sebagai catatan, negara-negara anggota NATO sebelumnya telah setuju untuk menggelontorkan dana 2% dari PDB untuk belanja militer. Hingga kini, hanya 5 negara yang memenuhi perjanjian tersebut yakni AS, Inggris, Yunani, Estonia, dan Polandia.
Pernyataan-pernyataan keras dari Trump tersebut tentu akan membuat friksi di bidang perdagangan antar keduanya kian sulit untuk diselesaikan.
(ank/hps) Next Article Merespons Data EKonomi China, Bursa Saham Asia ke Zona Merah
Sementara itu, indeks Hang Seng menguat tipis sebesar 0,05%. Perdagangan di bursa saham Jepang diliburkan seiring dengan perayaan Ocean/Marine Day.
Rilis data ekonomi di China membuat bursa saham kawasan Asia tak bisa berbuat banyak. Pada kuartal-II 2018, perekonomian China tercatat tumbuh sebesar 6,7% YoY, sama dengan konsensus yang dihimpun oleh Reuters. Penjualan barang-barang ritel periode Juni tumbuh sebesar 9% YoY, juga sama dengan konsensus.
Kemudian, aura perang dagang antara AS dengan Uni Eropa yang semakin memanas juga sukses memaksa investor melepas kepemilikannya atas instrumen berisiko seperti saham.
Menjelang pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden AS Donald Trump menyebut Uni Eropa sebagai musuh di bidang perdagangan. Dikutip dari BBC, Trump mengatakan ada banyak musuh dari AS termasuk Rusia dan China, namun dirinya menempatkan Uni Eropa di posisi teratas.
"Saya rasa Uni Eropa merupakan sebuah musuh, (mengingat) apa yang mereka lakukan kepada kami di bidang perdagangan," papar Trump.
Sebelumnya, Trump juga menyerang negara-negara Uni Eropa dalam pertemuan NATO pada minggu lalu lantaran dianggap pelit dalam mengeluarkan belanja pertahanan.
Sebagai catatan, negara-negara anggota NATO sebelumnya telah setuju untuk menggelontorkan dana 2% dari PDB untuk belanja militer. Hingga kini, hanya 5 negara yang memenuhi perjanjian tersebut yakni AS, Inggris, Yunani, Estonia, dan Polandia.
Pernyataan-pernyataan keras dari Trump tersebut tentu akan membuat friksi di bidang perdagangan antar keduanya kian sulit untuk diselesaikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Merespons Data EKonomi China, Bursa Saham Asia ke Zona Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular