Berniat Liburan ke Singapura, Perhatikan Faktor Kurs Ini!

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
16 July 2018 08:45
Berniat Liburan ke Singapura, Perhatikan Faktor Kurs Ini!
Foto: visitsingapore.in
Jakarta, CNBC Indonesia - Berencana jalan-jalan dan belanja di Singapura akhir bulan ini? Atau membayar uang kuliah, atau tagihan bisnis di sana? Awas, perhatikan pergerakan kurs untuk menentukan kapan saatnya membeli dolar Singapura. 

Sudah bukan rahasia lagi, Singapura adalah salah satu destinasi wisata favorit bagi masyarakat Indonesia. Data dari Singapura Tourism Board sepanjang 2013 hingga 2017, jumlah turis Indonesia yang berkunjung ke Singapura mencapai 14 juta orang. 

Angka tersebut tidaklah mengagetkan sebab Negara Pulau ini memiliki tempat wisata unggulan seperti Universal Studios, Gardens by the Bay, Pulau Sentosa hingga Orchard Road, di atas negaranya yang hanyaseluas 719,9 km2. 

Namun, anda tidak boleh silap dengan itu. Sebagai generasi melek literasi keuangan, berwisata pun harus memperhitungkan biaya yang harus disiapkan, termasuk memaksimalkan peluang selisih pergerakan nilai tukar antara mata uang kita (rupiah) dengan dolar Singapura (SGD). 

Jika anda tak memperhitungkan itu dan menukarkan rupiah pada 12 Juli lalu, misalnya, anda hanya mendapatkan SDG934,6 untuk Rp 10 juta dana anda, dibandingkan jika menukarnya 2 hari sebelumnya di mana anda bias mendapat SGD952,4 untuk nilai rupiah yang sama.  

Artinya, anda mengalami rugi (kurs) senilai Rp 190.000 untuk setiap Rp 10 juta uang saku anda. Lumayan nyesek, bukan? Dan itu terjadi hanya dalam waktu 2 hari. Ini terjadi karena volatilitas kurs rupiah-SGD memang sangat tinggi.

Pada 12 Juli lalu rupiah
menyentuh posisi terlemah sepanjang sejarah terhadap SGD sehingga anda harus menembus 1 SGD dengan uang Rp 10.700. Dua hari sebelumnya, anda hanya perlu Rp 10.500. 

Lalu bagaimana kira-kira pergerakan mata uang tersebut kedepannya? Apakah anda perlu buru-buru menukar rupiah anda untuk menyimpan SGD yang akan anda perlukan akhir bulan ini? Atau nanti saja pada akhir bulan? Berikut kami sampaikan ulasannya untuk menjadi bahan pertimbangan.
Pada Jumat (13/7/2018) pukul 17:30 WIB, SG$1 di pasar spot ditransaksikan pada Rp 10.504,97. Rupiah menguat 0,36% dibandingkan perdagangan kemarin. Penguatan hari itu mendorong harga jual dolar Singapura di bank-bank nasional mulai menjauhi posisi Rp 10.700/SGD.

Berikut data perdagangan di empat bank nasional terbesar hingga pukul 17:30 WIB
akhir pekan lalu.

BankHarga BeliHarga Jual
Bank MandiriRp 10.367,00Rp 10,692,00
Bank BNIRp 10.428,00Rp 10.688,00
Bank BRIRp 10.474,48Rp 10.604,61
Bank BCARp 10.419,00Rp 10.647,00

Tren penguatan
ini sebenarnya telah berlangsung sejak 10 Juli. Namun, rupiah sempat melemah hingga ke rekor terbawahnya 2 hari kemudian, dan kembali menguat pada akhir pekan lalu. Secara akumulatif, mata uang Garuda menguat 0,73% sepekan lalu. 
Calon Wisatawan Singapura Perlu Perhatikan Faktor Kurs iniSumber: Reuters
Pemicunya adalah rilis data ekonomi nasional seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Penjualan Ritel (IPR) yang cukup membantu rupiah. Di sisi lain, data ekonomi Singapura seperti IPR hingga produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2018 cukup mengecewakan. 

Melihat tren pergerakan serta beberapa rilis data ekonomi di kedua negara pada sepekan mendatang, rupiah berpeluang masih akan menghadapi tekanan.

Pada Juni ini, konsensus CNBC Indonesia memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia akan mencapai US$599 juta. Namun di sisi lain, Singapura pun diperkirakan akan juga mengalami surplus hingga US$6,8 miliar

Keunggulan suplus dagang ini bisa menekan posisi rupiah di hadapan dolar Singapura lebih parah lagi. Dari pergerakan suku bunga acuan, konsensus trading economics memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%. Secara psikologis, jika ini terjadi, rupiah sulit mendapat energi penguatan mengingat The Federal Reserve/The Fed masih agresif di 2018. 

Di sisi lain, Monetary Authority of Singapore (MAS) diperkirakan mengetatkan kebijakan moneternya. Pasalnya data inflasi inti bulan Juni yang akan keluar pada Senin (23/7/2018) diperkirakan tumbuh hingga 1,6%, atau lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 1,5%.  

MAS sendiri menetapkan target inflasi di kisaran 0-1%. Pengetatan ekonomi, berupa kenaikan suku bunga, umumnya dilakukan untuk mengurangi uang yang beredar di perekonomian, sehingga bisa mengurangi laju inflasi.  

Terakhir kali MAS, mengetatkan kebijakan moneternya pada Maret 2018. Saat itu, inflasi inti mencapai 1,7%. Lantas dengan proyeksi inflasi inti yang kembali mendekati posisi tersebut, besar peluang MAS kembali bersikap hawkish (agresif menaikkan suku bunga). 

Jika ini terjadi, maka dolar Singapura bakal relatif menguat terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah, sampai dengan akhir bulan ini. Pada gilirannya, harga jual SGD di bank-bank maupun money changer akan naik dan semakin mahal. 

Oleh sebab itu, bagi wisatawan melek keuangan yang ingin berlibur ke Negeri Singa Air akhir bulan ini, ada baiknya anda mempertimbangkan untuk menukarkan rupiah anda pekan ini juga untuk mengantisipasi peluang penguatan dolar Singapura tersebut. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular