Rupiah Melemah Lagi, Harga Surat Utang Pemerintah Terkoreksi
Irvin Avriano A.,
CNBC Indonesia
12 July 2018 10:52
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah terkoreksi tipis pada perdagangan hari ini, seiring dengan menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.
Â
Berdasarkan data Reuters, harga mayoritas obligasi seri acuan turun tipis dan mendorong pergerakan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Â
Yield surat berharga negara (SBN) seri acuan 5 tahun naik 2 basis poin (bps) menjadi 7,45%. Acuan 10 tahun naik 5 bps, dan acuan 15 tahun naik 2 bps. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Â
Sebaliknya, seri panjang yaitu FR0075 (acuan 20 tahun), mengalami penguatan harga dalam jumlah kecil dan menekan yield-nya 1 bps menjadi 7,97%.
Â
Selain di pasar obligasi, koreksi juga terjadi di pasar valas di mana rupiah tertekan penguatan dolar hingga 6 poin (-0,04%) menjadi Rp 14.411/dolar AS.
Â
Koreksi di pasar investasi Indonesia terjadi setelah pemerintahan Trump di AS mengumumkan daftar barang-barang asal China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.875 triliun) yang akan dikenakan bea masuk baru sebesar 10%.
Â
Di sisi lain, pasar saham justru menguat hingga ke atas level psikologis 5.900. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 30 poin (0,52%) menjadi 5.924.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps)
Next Article
Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat
Â
Berdasarkan data Reuters, harga mayoritas obligasi seri acuan turun tipis dan mendorong pergerakan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Â
Yield surat berharga negara (SBN) seri acuan 5 tahun naik 2 basis poin (bps) menjadi 7,45%. Acuan 10 tahun naik 5 bps, dan acuan 15 tahun naik 2 bps. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Â
Sebaliknya, seri panjang yaitu FR0075 (acuan 20 tahun), mengalami penguatan harga dalam jumlah kecil dan menekan yield-nya 1 bps menjadi 7,97%.
Â
Selain di pasar obligasi, koreksi juga terjadi di pasar valas di mana rupiah tertekan penguatan dolar hingga 6 poin (-0,04%) menjadi Rp 14.411/dolar AS.
Â
Koreksi di pasar investasi Indonesia terjadi setelah pemerintahan Trump di AS mengumumkan daftar barang-barang asal China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.875 triliun) yang akan dikenakan bea masuk baru sebesar 10%.
Â
Di sisi lain, pasar saham justru menguat hingga ke atas level psikologis 5.900. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 30 poin (0,52%) menjadi 5.924.
TIM RISET CNBC INDONESIA