Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat

Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
27 July 2018 18:28
Kondisi stagnansi tersebut terjadi ketika pelaku pasar masih menunggu pergerakan lanjutan rupiah dan upaya penyelamatannya oleh pemerintah.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah di pasar sekunder relatif mendatar (flat) di penghujung pekan ini, setelah sebelumnya sempat menguat secara lebih meyakinkan di awal perdagangan.

Kondisi stagnansi tersebut terjadi ketika pelaku pasar masih menunggu pergerakan lanjutan rupiah dan upaya penyelamatannya oleh pemerintah. Nilai tukar rupiah menguat hari ini.

Merujuk data Reuters, tiga seri surat berharga negara (SBN) acuan pergerakan harganya tidak signifikan sehingga pergerakan tingkat imbal hasilnya (yield) di bawah 1 basis poin (bps).

Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield umum digunakan sebagai acuan perdagangan dibanding penggunaan harga. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Tiga seri yang pergerakan harga dan yield-nya flat adalah acuan 5 tahun, acuan 10 tahun, dan acuan 20 tahun. Posisi akhir ketiga seri tersebut sore ini berada pada level yang relatif sama seperti penutupan kemarin, yaitu masing-masing 7,65%, 7,73%, dan 8,18%.

Satu seri lain yaitu acuan 15 tahun mengalami koreksi harga sehingga mendongkrak yield-nya. Yield seri FR0065 tersebut naik 2 bps dan membuat yield-nya berada pada 8,13%.
Obligasi Pemerintah Flat Ketika Rupiah Menguat.Foto: CNBC Indonesia/Irvin Avriano

Hari ini, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada Rp 14.415 per dolar Amerika Sekuritas (AS), menguat 0,28%. Penguatan rupiah menjadi salah satu yang terkuat di Asia.

Di sisi lain, penguatan mata uang garuda terjadi ketika mata uang Asia lain terkoreksi terhadap dolar AS, terutama yuan, akibat kebijakan penetapan nilai tukar oleh Bank Sentral China (PBoC).

Di dalam negeri, pemerintah mulai menawarkan konsep kebijakan untuk menstabilkan rupiah seperti tax holiday 50 tahun, reaktivasi lelang sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan penundaan proyek untuk mengurangi impor barang modal.

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan yaitu 43 poin (0,72%).
(hps/hps) Next Article Investor Asing Masuk, Obligasi Pemerintah Naik Tipis Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular