
Depresiasi Dolar AS Dorong Obligasi Lanjutkan Reli
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
09 July 2018 12:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi negara melanjutkan reli harga di awal pekan ini di tengah sentimen positif global. Sentimen positif pasar saham dan pasar obligasi domestik dipengaruhi pelemahan nilai tukar dolar AS.
Data Reuters terakhir pada 10.30 WIB menunjukkan penguatan terjadi di semua seri acuan (benchmark) surat berharga negara (SBN) dengan penguatan lebih besar terjadi pada seri acuan pendek dan dua seri acuan menengah.
Seri tenor pendek FR0063 (acuan 5 tahun) mengalami penguatan harga dan menekan tingkat imbal hasil (yield) 10 basis poin (bps) menjadi 7.41%. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder, dengan besaran acuan basis poin (bps) yakni 100 bps setara dengan 1%.
Harga seri tenor menengah yaitu FR0064 (10 tahun) dan FR0065 (15 tahun) menguat, menekan yield masing-masing 9 bps dan 10 bps menjadi 7,54% dan 8,01%. Seri panjang yaitu FR0075 (20 tahun) juga menguat 2 bps ke 8,06%, tetapi penguatan itu merupakan yang terkecil dibanding tiga seri acuan lain.
Penguatan pasar surat utang pemerintah terjadi sejak Rabu pekan lalu, di mana aksi beli investor belum mencerminkan fundamental makroekonomi yang kuat dari sisi global dan sisi domestik.
Dari sisi global, pemerintahan Trump baru merilis data ketenagakerjaan yang di bawah ekspektasi dan posisi cadangan devisa valas pemerintah Indonesia baru diumumkan turun lebih dari US$3 miliar. Pagi ini, nilai tukar dolar AS melemah terhadap hampir seluruh mata uang Asia.
Pelemahan mata uang Paman Sam tersebut terjadi setelah pengumuman data ketenagakerjaan yang di bawah prediksi pada akhir pekan lalu. Pengumuman itu menimbulkan spekulasi bahwa pemuliahn ekonomi AS belum sebesar yang diprediksi pelaku pasar.
Di sisi lain, reli harga SBN sejak pekan lalu lebih dipicu oleh pembalikan ke arah normal karena koreksi harga obligasi pemerintah sudah terjadi cukup dalam sejak awal Juni.
Koreksi di pasar domestik yang cukup dalam membuat yield obligasi negara naik dan memperlebar selisihnya (spread) dengan yield obligasi pemerintah AS yang turun. Beberapa sentimen negatif yang membayangi adalah penaikan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR) dan perang dagang AS.
Lelang SBSN
Dari sisi suplai, besok akan ada penambahan jumlah obligasi pemerintah beredar melalui lelang rutin. Lelang akan dilakukan untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/sukuk negara) dengan target indikatif Rp 4 triliun.
Sentimen positif dari pelemahan dolar AS diharapkan masih tetap terjadi dan membuat rupiah menguat besok sehingga akan menarik minat investor asing lebih besar lagi. Situasi ini, jika terjadi, dipastikan membuat posisi tawar pemerintah menguat dalam lelang besok.
Hingga siang ini, posisi dolar AS masih melemah 0,21% terhadap nilai tukar rupiah di level 14.335/dolar AS. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menguat 63 poin menjadi 5.757.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Rupiah dan IHSG Terkoreksi, Obligasi Negara Justru Perkasa
Data Reuters terakhir pada 10.30 WIB menunjukkan penguatan terjadi di semua seri acuan (benchmark) surat berharga negara (SBN) dengan penguatan lebih besar terjadi pada seri acuan pendek dan dua seri acuan menengah.
Seri tenor pendek FR0063 (acuan 5 tahun) mengalami penguatan harga dan menekan tingkat imbal hasil (yield) 10 basis poin (bps) menjadi 7.41%. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder, dengan besaran acuan basis poin (bps) yakni 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan pasar surat utang pemerintah terjadi sejak Rabu pekan lalu, di mana aksi beli investor belum mencerminkan fundamental makroekonomi yang kuat dari sisi global dan sisi domestik.
Dari sisi global, pemerintahan Trump baru merilis data ketenagakerjaan yang di bawah ekspektasi dan posisi cadangan devisa valas pemerintah Indonesia baru diumumkan turun lebih dari US$3 miliar. Pagi ini, nilai tukar dolar AS melemah terhadap hampir seluruh mata uang Asia.
Pelemahan mata uang Paman Sam tersebut terjadi setelah pengumuman data ketenagakerjaan yang di bawah prediksi pada akhir pekan lalu. Pengumuman itu menimbulkan spekulasi bahwa pemuliahn ekonomi AS belum sebesar yang diprediksi pelaku pasar.
Di sisi lain, reli harga SBN sejak pekan lalu lebih dipicu oleh pembalikan ke arah normal karena koreksi harga obligasi pemerintah sudah terjadi cukup dalam sejak awal Juni.
Koreksi di pasar domestik yang cukup dalam membuat yield obligasi negara naik dan memperlebar selisihnya (spread) dengan yield obligasi pemerintah AS yang turun. Beberapa sentimen negatif yang membayangi adalah penaikan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR) dan perang dagang AS.
Lelang SBSN
Dari sisi suplai, besok akan ada penambahan jumlah obligasi pemerintah beredar melalui lelang rutin. Lelang akan dilakukan untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/sukuk negara) dengan target indikatif Rp 4 triliun.
Sentimen positif dari pelemahan dolar AS diharapkan masih tetap terjadi dan membuat rupiah menguat besok sehingga akan menarik minat investor asing lebih besar lagi. Situasi ini, jika terjadi, dipastikan membuat posisi tawar pemerintah menguat dalam lelang besok.
Hingga siang ini, posisi dolar AS masih melemah 0,21% terhadap nilai tukar rupiah di level 14.335/dolar AS. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menguat 63 poin menjadi 5.757.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Rupiah dan IHSG Terkoreksi, Obligasi Negara Justru Perkasa
Most Popular