
Obligasi Pemerintah Terdongkrak Penguatan Rupiah
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
25 July 2018 18:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi menguat tipis pada perdagangan hari ini, seiring dengan menguatnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Reuters, harga tiga dari empat seri acuan surat berharga negara (SBN) menunjukkan kenaikan sekaligus menurunkan tingkat imbal hasil (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield seri acuan 5 tahun yaitu seri FR0063 turun paling dalam yaitu 5 basis poin (bps) menjadi 7,68% dari posisi kemarin 7,74%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri acuan lain yaitu seri acuan 10 tahun dan 20 tahun masing-masing mengalami penurunan yield 2 bps menjadi 7,77% dan 3 bps menjadi 8,18%.
Penguatan pasar obligasi hari ini membuat selisih (spread) yield dengan obligasi pemerintah AS (US Treasury) sesama tenor 10 tahun sedikit menyempit yaitu 483 bps yang menjadi pembeda antara 7,77% dan 2,93%.
Penguatan pasar obligasi pemerintah juga tercermin pada harga wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indeks tersebut naik 0,56 poin (0,24%) menjadi 230,4.
Porsi Asing Turun Tipis
Berdasarkan data Kemenkeu, porsi investor asing pada SBN beredar turun tipis per tanggal 24 Juli, yaitu menjadi 37,62% (dari semula 37,73%) terhadap total efek utang beredar yang nilainya mencapai Rp 2.225 triliun pada 23 Juli.
Penguatan pasar obligasi hari ini terjadi karena nilai tukar rupiah menguat 70 poin (0,48%) menjadi Rp 14.455 terhadap dolar AS. Penguatan rupiah hari ini menjadi yang paling terkuat se-Asia menyusul melemahnya dolar AS akibat aksi ambil untung (profit taking).
Di pasar saham, penguatan juga terjadi meskipun sangat mini, yaitu hanya sebesar 2 poin (0,03%) menjadi 5.933. Posisi itu memperkuat posisi indeks saham utama tersebut di atas level psikologis 5.900.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Rupiah dan IHSG Terkoreksi, Obligasi Negara Justru Perkasa
Berdasarkan data Reuters, harga tiga dari empat seri acuan surat berharga negara (SBN) menunjukkan kenaikan sekaligus menurunkan tingkat imbal hasil (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield seri acuan 5 tahun yaitu seri FR0063 turun paling dalam yaitu 5 basis poin (bps) menjadi 7,68% dari posisi kemarin 7,74%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan pasar obligasi hari ini membuat selisih (spread) yield dengan obligasi pemerintah AS (US Treasury) sesama tenor 10 tahun sedikit menyempit yaitu 483 bps yang menjadi pembeda antara 7,77% dan 2,93%.
Penguatan pasar obligasi pemerintah juga tercermin pada harga wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indeks tersebut naik 0,56 poin (0,24%) menjadi 230,4.
Porsi Asing Turun Tipis
Berdasarkan data Kemenkeu, porsi investor asing pada SBN beredar turun tipis per tanggal 24 Juli, yaitu menjadi 37,62% (dari semula 37,73%) terhadap total efek utang beredar yang nilainya mencapai Rp 2.225 triliun pada 23 Juli.
Penguatan pasar obligasi hari ini terjadi karena nilai tukar rupiah menguat 70 poin (0,48%) menjadi Rp 14.455 terhadap dolar AS. Penguatan rupiah hari ini menjadi yang paling terkuat se-Asia menyusul melemahnya dolar AS akibat aksi ambil untung (profit taking).
Di pasar saham, penguatan juga terjadi meskipun sangat mini, yaitu hanya sebesar 2 poin (0,03%) menjadi 5.933. Posisi itu memperkuat posisi indeks saham utama tersebut di atas level psikologis 5.900.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Rupiah dan IHSG Terkoreksi, Obligasi Negara Justru Perkasa
Most Popular