
Perang Dagang Mereda, Harga Surat Utang Menguat
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
13 July 2018 11:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi negara dibuka menguat tipis pada awal perdagangan pagi ini, seiring dengan meredanya tensi perang dagang.
Data Reuters menunjukkan harga tiga seri acuan (benchmark) naik dan menekan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Seri acuan FR0063 (acuan 5 tahun) dan FR0064 (acuan 10 tahun) mengalami penurunan yield masing-masing 4 basis poin (bps) menjadi 7,47% dan 7,48%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri FR0065 (acuan 15 tahun) mengalami penurunan yield lebih tipis yaitu 0,7 bps menjadi 7,84.
Di sisi lain, dari seluruh seri acuan, hanya yield FR0075 (acuan 20 tahun) yang masih naik, sebesar 2 bps, menjadi 8,01% dan sekaligus membuat harganya tertekan.
Posisi yield terakhir seri panjang tersebut juga membuatnya kembali ke atas level psikologis 8% setelah pada Rabu sempat turun ke itu. Reli penguatan harga terhenti sejak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas.
Hari ini, sentimen positif kembali mewarnai perdagangan setelah tensi perang dagang sedikit menurun menyusul penentangan dari Partai Republik terkat rencana pengenaan bea masuk tambahan ke China yang disuarakan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pihak penentang menilai pengenaan bea senilai US$200 miliar terhadap produk China tersebut akan membuat daya beli masyarakat turun. Di sisi lain, sentimen positif terhadap prospek ekonomi AS menguat yang justru menjadi kabar buruk bagi pelaku pasar global.
Pelaku pasar global lumrah merasa tertekan dengan ekspektasi ekonomi AS yang positif karena suku bunga AS dapat naik lebih cepat daripada ekspektasi. Kenaikan suku bunga itu dapat membuat aliran dana investor global akan tersedot ke dolar AS dan pasar saham AS.
Yield obligasi AS seri acuan 10 tahun naik 0,1% menjadi 2,85% pagi ini yang sekaligus menekan harganya di pasar. Sikap pelaku pasar obligasi di AS biasanya berbalik dengan kondisi di pasar saham dan pasar saham AS.
Siang ini, pantauan 10:20, nilai tukar rupiah menguat 17 poin (0,12%) menjadi Rp 14.357/dolar AS, bersamaan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat 41 poin (0,69%) menjadi 5.949.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Rupiah dan IHSG Terkoreksi, Obligasi Negara Justru Perkasa
Data Reuters menunjukkan harga tiga seri acuan (benchmark) naik dan menekan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Seri acuan FR0063 (acuan 5 tahun) dan FR0064 (acuan 10 tahun) mengalami penurunan yield masing-masing 4 basis poin (bps) menjadi 7,47% dan 7,48%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri FR0065 (acuan 15 tahun) mengalami penurunan yield lebih tipis yaitu 0,7 bps menjadi 7,84.
Posisi yield terakhir seri panjang tersebut juga membuatnya kembali ke atas level psikologis 8% setelah pada Rabu sempat turun ke itu. Reli penguatan harga terhenti sejak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas.
Hari ini, sentimen positif kembali mewarnai perdagangan setelah tensi perang dagang sedikit menurun menyusul penentangan dari Partai Republik terkat rencana pengenaan bea masuk tambahan ke China yang disuarakan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pihak penentang menilai pengenaan bea senilai US$200 miliar terhadap produk China tersebut akan membuat daya beli masyarakat turun. Di sisi lain, sentimen positif terhadap prospek ekonomi AS menguat yang justru menjadi kabar buruk bagi pelaku pasar global.
Pelaku pasar global lumrah merasa tertekan dengan ekspektasi ekonomi AS yang positif karena suku bunga AS dapat naik lebih cepat daripada ekspektasi. Kenaikan suku bunga itu dapat membuat aliran dana investor global akan tersedot ke dolar AS dan pasar saham AS.
Yield obligasi AS seri acuan 10 tahun naik 0,1% menjadi 2,85% pagi ini yang sekaligus menekan harganya di pasar. Sikap pelaku pasar obligasi di AS biasanya berbalik dengan kondisi di pasar saham dan pasar saham AS.
Siang ini, pantauan 10:20, nilai tukar rupiah menguat 17 poin (0,12%) menjadi Rp 14.357/dolar AS, bersamaan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat 41 poin (0,69%) menjadi 5.949.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Rupiah dan IHSG Terkoreksi, Obligasi Negara Justru Perkasa
Most Popular