
Anomali Cuaca Bantu Harga Batu Bara Naik 13,5% di Semester I
RHG, CNBC Indonesia
04 July 2018 15:12

Khusus dari China, permintaan impor batu bara yang meningkat dipicu oleh penggunaan batu bara di enam pembangkit listrik utama China yang meningkat 26% secara tahunan, per akhir Mei 2018.
Hal ini disebabkan oleh musim semi yang lebih panas dari biasanya di dataran China, sehingga meningkatkan intensitas penggunaan listrik untuk alat pendingin ruangan.
"Konsumsi batu bara harian dari 6 pembangkit listrik terbesar (di China) saat ini berada di angka 800.000 ton pada pekan ini. Angka itu sangatlah tinggi, dan cenderung tidak biasa, untuk bulan ini," kata seorang trader di Beijing, seperti dikutip dari Reuters, pada Selasa (22/5/2018).
Seiring dengan anomali cuaca tersebut, impor batu bara China diestimasikan berada di angka 126,6 juta ton pada 6 bulan pertama tahun ini, naik 14% dari periode yang sama tahun lalu, berdasarkan data Thomson Reuters Supply Chain and Commodity Forecasts.
Selain itu, impor pada Juni 2018 juga diperkirakan menjadi yang terbesar tahun ini, dengan volume sebesar 22,1 juta ton, pada Selasa (26/06/2018). Data final dapat menjadi sedikit lebih tinggi, yakni di angka 25,9 juta ton.
Jumlah tersebut mampu mengungguli rekor tertinggi tahun ini, yaitu pada Maret 2018 sebesar 23,2 juta ton. Sementara itu dari sisi pasokan, negara-negara pengekspor batu bara utama menemui kesulitan menghadapi permintaan yang tinggi tersebut.
Faktanya, ekspor komoditas ini dari tiga eksportir utama ke Asia cenderung flat pada periode Januari-Mei 2018. Australia mengekspor 161,8 juta ton pada 5 bulan pertama tahun ini, hanya naik 0,75% dari periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, ekspor Indonesia juga hanya naik sekitar 4%, dan ekspor Afrika Selatan flat di 33,6 juta pada periode yang sama. Di Australia, terhambatnya ekspor terjadi akibat ketidakmampuan menggenjot produksi, sementara di Indonesia terjadi akibat pemerintah meningkatkan volume domestic market obligation (DMO).
Sementara, Afrika Selatan sedang mengalami hambatan infrastruktur utamanya pada sistem rel kereta pengiriman.
Naiknya harga batu bara ini juga mendorong harga saham emiten batu bara di Indonesia. Seperti ITMG, INDY, dan ADRO. ITMG naik 4,11% jadi Rp 22.175, INDY 2,17% jadi Rp 3.300/saham, dan ADRO 1,74% ke Rp 1.755/saham
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Hal ini disebabkan oleh musim semi yang lebih panas dari biasanya di dataran China, sehingga meningkatkan intensitas penggunaan listrik untuk alat pendingin ruangan.
"Konsumsi batu bara harian dari 6 pembangkit listrik terbesar (di China) saat ini berada di angka 800.000 ton pada pekan ini. Angka itu sangatlah tinggi, dan cenderung tidak biasa, untuk bulan ini," kata seorang trader di Beijing, seperti dikutip dari Reuters, pada Selasa (22/5/2018).
Selain itu, impor pada Juni 2018 juga diperkirakan menjadi yang terbesar tahun ini, dengan volume sebesar 22,1 juta ton, pada Selasa (26/06/2018). Data final dapat menjadi sedikit lebih tinggi, yakni di angka 25,9 juta ton.
Jumlah tersebut mampu mengungguli rekor tertinggi tahun ini, yaitu pada Maret 2018 sebesar 23,2 juta ton. Sementara itu dari sisi pasokan, negara-negara pengekspor batu bara utama menemui kesulitan menghadapi permintaan yang tinggi tersebut.
Faktanya, ekspor komoditas ini dari tiga eksportir utama ke Asia cenderung flat pada periode Januari-Mei 2018. Australia mengekspor 161,8 juta ton pada 5 bulan pertama tahun ini, hanya naik 0,75% dari periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, ekspor Indonesia juga hanya naik sekitar 4%, dan ekspor Afrika Selatan flat di 33,6 juta pada periode yang sama. Di Australia, terhambatnya ekspor terjadi akibat ketidakmampuan menggenjot produksi, sementara di Indonesia terjadi akibat pemerintah meningkatkan volume domestic market obligation (DMO).
Sementara, Afrika Selatan sedang mengalami hambatan infrastruktur utamanya pada sistem rel kereta pengiriman.
Naiknya harga batu bara ini juga mendorong harga saham emiten batu bara di Indonesia. Seperti ITMG, INDY, dan ADRO. ITMG naik 4,11% jadi Rp 22.175, INDY 2,17% jadi Rp 3.300/saham, dan ADRO 1,74% ke Rp 1.755/saham
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Pages
Most Popular