
Perang Dagang Bawa Harga Emas ke Titik Terkuat Dalam Sepekan
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
04 July 2018 12:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak menguat 0,36% ke US$1.258/troy ounce, hingga pukul 11.43 WIB hari ini. Pergerakan harga sang logam mulia mendapatkan energi positif dari kembali membaranya tensi perang dagang global, dan melemahnya dolar AS menjelang hari libur kemerdekaan Negeri Paman Sam.
Dengan pergerakan tersebut, harga emas mampu rebound naik dari level terendahnya sejak pertengahan Juli 2017, yakni sebesar US$1241,7/troy ounce, yang dicapai pada awal pekan ini. Meski demikian, hingga hari ini, harga emas sudah terkoreksi sebesar 4,94% secara year-to-date (YTD).
Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah komando Presiden Donald Trump kini berupaya untuk memblokir China Mobile untuk masuk ke pasar Negeri Paman Sam. China Mobile merupakan perusahaan penyedia jasa telekomunikasi terbesar di dunia yang dimiliki oleh pemerintah China.
Pemerintah AS menggunakan alasan keamanan nasional sebagai dasar dari pemblokiran tersebut. Dalam pernyataan resminya, National Telecommunications and Information Administration (NTIA) mengharapkan Federal Communications Commission (FCC) menolak permintaan China Mobile untuk menawarkan jasa telekomunikasi antara AS dengan negara-negara lainnya.
"Setelah diskusi yang signifikan dengan China Mobile, kekhawatiran mengenai meningkatnya risiko bagi penegakan hukum dan keamanan nasional tidak dapat diselesaikan," tulis NTIA mengutip David Redl, Asisten Menteri Bidang Komunikasi dan Informasi Kementerian Perdagangan AS.
China Mobile menjadi perusahaan kedua yang terjerat dalam jaring perselisihan dagang dua raksasa ekonomi dunia tersebut. Sebelumnya, ZTE, produsen ponsel pintar dan peralatan jaringan, menghentikan operasi utamanya setelah Kementerian Perdagangan melarang perusahaan itu membeli barang-barang dari AS di bulan April. Larangan itu dikeluarkan karena perusahaan melanggar kesepakatan dengan menyalahi sanksi AS terhadap Iran dan Korea Utara.
Saat ini, ZTE masih dalam proses untuk melepaskan diri dari sanksi AS, dan baru saja memperkenalkan dewan direksi baru. Namun proses ini dikabarkan masih buntu akibat negosiasi yang alot dengan sejumlah anggota parlemen AS.
Tidak hanya dengan perusahaan teknologi asal China, Trump juga bergesekan dengan pabrikan sepeda motor asal AS sendiri, yakni Harley-Davidson. Awal friksi ini adalah perusahaan pembuat moge (motor gede) tersebut berniat memindahkan sebagian fasilitas produksinya ke luar AS. Hal ini ditempuh untuk menghindari bea masuk yang dikenakan Uni Eropa atas berbagai produk Negeri Paman Sam, termasuk moge Harley-Davidson.
Trump terbakar emosi mendengar keputusan Harley-Davidson tersebut. Pekan lalu, Trump mengancam Harley-Davidson akan dikenakan pajak yang besar jika sampai berani hengkang dari tanah AS.
Kini, Trump kembali menyindir Harley-Davidson. Mengetahui bahwa Harley-Davidson tidak punya pilihan selain memindahkan fasilitas produksi ke luar AS, Trump pun mengundang produsen sepeda motor lainnya untuk masuk ke Negeri Adidaya.
"Sekarang karena Harley-Davidson sudah memindahkan sebagian operasionalnya ke luar AS, pemerintah sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan sepeda motor lainnya yang ingin pindah ke AS. AS adalah tempat untuk beraksi!" tulis Trump dalam cuitan di Twitter.
Perkembangan di atas lantas memperparah kekhawatiran investor terhadap isu perang dagang. Pada 6 Juli mendatang bea masuk baru senilai US$34 miliar untuk produk asal China akan mulai diberlakukan oleh AS. Negeri Panda pun sudah menyiapkan tarif balasan bagi produk-produk asal AS dengan nilai yang sama dan juga akan mulai berlaku pada 6 Juli.
China bahkan sudah dikabarkan meminta Uni Eropa untuk menerbitkan pernyataan bersama melawan kebijakan perdagangan Trump pada pertemuan bulan ini. Meski demikian, Benua Biru sejauh ini masih menolak gagasan tersebut.
Perang dagang yang masih berkecamuk kemudian mampu mengerek harga emas. Saat ketidakpastian ekonomi muncul akibat perang dagang, investor cenderung akan keluar dari aset-aset berisiko, dan beralih memeluk aset safe haven seperti emas.
"Dalam jangka pendek, sebenarnya fundamental perusahaan cukup solid dan perekonomian (AS) juga bagus. Namun perang dagang masih menyelimuti dan banyak ketidakpastian. Sampai ada kejelasan, sulit membuat investor untuk kembali masuk ke pasar saham," tutur Brant Houston, Direktur Pelaksana CIBC Private Health Management, seperti dikutip Reuters.
Sebagai tambahan, faktor lain yang mampu mengerek harga emas datang dari tertekannya dolar AS. Terakhir, Dollar Index, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, ditutup melemah 0,14% dari hari sebelumnya.
Dolar AS hari ini tidak diperdagangkan, karena pasar keuangan negeri adidaya tutup memperingati Hari Kemerdekaan. Momentum ini dimanfaatkan pelaku pasar untuk merealisasikan keuntungan alias profit taking.
Greenback memang sudah menjalani reli yang cukup panjang. Ini terlihat dari Dollar Index dalam sebulan terakhir menguat 0,69%. Dalam tiga bulan ke belakang, indeks ini menguat 5,02%. Angka yang cukup menggiurkan.
(RHG/roy) Next Article Aura Perdamaian Korea dan Stabilnya Dolar AS Tekan Harga Emas
Dengan pergerakan tersebut, harga emas mampu rebound naik dari level terendahnya sejak pertengahan Juli 2017, yakni sebesar US$1241,7/troy ounce, yang dicapai pada awal pekan ini. Meski demikian, hingga hari ini, harga emas sudah terkoreksi sebesar 4,94% secara year-to-date (YTD).
![]() |
Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah komando Presiden Donald Trump kini berupaya untuk memblokir China Mobile untuk masuk ke pasar Negeri Paman Sam. China Mobile merupakan perusahaan penyedia jasa telekomunikasi terbesar di dunia yang dimiliki oleh pemerintah China.
"Setelah diskusi yang signifikan dengan China Mobile, kekhawatiran mengenai meningkatnya risiko bagi penegakan hukum dan keamanan nasional tidak dapat diselesaikan," tulis NTIA mengutip David Redl, Asisten Menteri Bidang Komunikasi dan Informasi Kementerian Perdagangan AS.
China Mobile menjadi perusahaan kedua yang terjerat dalam jaring perselisihan dagang dua raksasa ekonomi dunia tersebut. Sebelumnya, ZTE, produsen ponsel pintar dan peralatan jaringan, menghentikan operasi utamanya setelah Kementerian Perdagangan melarang perusahaan itu membeli barang-barang dari AS di bulan April. Larangan itu dikeluarkan karena perusahaan melanggar kesepakatan dengan menyalahi sanksi AS terhadap Iran dan Korea Utara.
Saat ini, ZTE masih dalam proses untuk melepaskan diri dari sanksi AS, dan baru saja memperkenalkan dewan direksi baru. Namun proses ini dikabarkan masih buntu akibat negosiasi yang alot dengan sejumlah anggota parlemen AS.
Tidak hanya dengan perusahaan teknologi asal China, Trump juga bergesekan dengan pabrikan sepeda motor asal AS sendiri, yakni Harley-Davidson. Awal friksi ini adalah perusahaan pembuat moge (motor gede) tersebut berniat memindahkan sebagian fasilitas produksinya ke luar AS. Hal ini ditempuh untuk menghindari bea masuk yang dikenakan Uni Eropa atas berbagai produk Negeri Paman Sam, termasuk moge Harley-Davidson.
Trump terbakar emosi mendengar keputusan Harley-Davidson tersebut. Pekan lalu, Trump mengancam Harley-Davidson akan dikenakan pajak yang besar jika sampai berani hengkang dari tanah AS.
Kini, Trump kembali menyindir Harley-Davidson. Mengetahui bahwa Harley-Davidson tidak punya pilihan selain memindahkan fasilitas produksi ke luar AS, Trump pun mengundang produsen sepeda motor lainnya untuk masuk ke Negeri Adidaya.
"Sekarang karena Harley-Davidson sudah memindahkan sebagian operasionalnya ke luar AS, pemerintah sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan sepeda motor lainnya yang ingin pindah ke AS. AS adalah tempat untuk beraksi!" tulis Trump dalam cuitan di Twitter.
Perkembangan di atas lantas memperparah kekhawatiran investor terhadap isu perang dagang. Pada 6 Juli mendatang bea masuk baru senilai US$34 miliar untuk produk asal China akan mulai diberlakukan oleh AS. Negeri Panda pun sudah menyiapkan tarif balasan bagi produk-produk asal AS dengan nilai yang sama dan juga akan mulai berlaku pada 6 Juli.
China bahkan sudah dikabarkan meminta Uni Eropa untuk menerbitkan pernyataan bersama melawan kebijakan perdagangan Trump pada pertemuan bulan ini. Meski demikian, Benua Biru sejauh ini masih menolak gagasan tersebut.
Perang dagang yang masih berkecamuk kemudian mampu mengerek harga emas. Saat ketidakpastian ekonomi muncul akibat perang dagang, investor cenderung akan keluar dari aset-aset berisiko, dan beralih memeluk aset safe haven seperti emas.
"Dalam jangka pendek, sebenarnya fundamental perusahaan cukup solid dan perekonomian (AS) juga bagus. Namun perang dagang masih menyelimuti dan banyak ketidakpastian. Sampai ada kejelasan, sulit membuat investor untuk kembali masuk ke pasar saham," tutur Brant Houston, Direktur Pelaksana CIBC Private Health Management, seperti dikutip Reuters.
Sebagai tambahan, faktor lain yang mampu mengerek harga emas datang dari tertekannya dolar AS. Terakhir, Dollar Index, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, ditutup melemah 0,14% dari hari sebelumnya.
Dolar AS hari ini tidak diperdagangkan, karena pasar keuangan negeri adidaya tutup memperingati Hari Kemerdekaan. Momentum ini dimanfaatkan pelaku pasar untuk merealisasikan keuntungan alias profit taking.
Greenback memang sudah menjalani reli yang cukup panjang. Ini terlihat dari Dollar Index dalam sebulan terakhir menguat 0,69%. Dalam tiga bulan ke belakang, indeks ini menguat 5,02%. Angka yang cukup menggiurkan.
(RHG/roy) Next Article Aura Perdamaian Korea dan Stabilnya Dolar AS Tekan Harga Emas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular