
Dolar AS Sentuh Rp 14.450, Analis: RI Perlu Garap Pariwisata
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
03 July 2018 13:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini tidak bisa diselesaikan dalam jangka pendek. Pasalnya, faktor eksternal masih kuat dirasakan.
"Trade war masih terjadi, kebijakan Trump juga belum jelas, sehingga selama hal tersebut belum jelas akan selalu ada fluktuasi signifikan karena faktor eksternal," ujar dia dalam sebuah diskusi di Gedung Sindo, Selasa (3/7/2018).
Sedangkan dari sisi internal, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tidak menumbuhkan impor. Pasalnya, yang terjadi saat ini, setiap terjadi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan impor juga mengikuti.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggarap potensi pariwisata. Menurut Avialiani, potensi tersebut belum digarap dengan baik, padahal Indonesia sudah membebaskan visa kepada 250 negara.
"Kurang ada koordinasi tempat wisata di dalam negeri, kalau di Korea Selatan sudah diatur bagaimana kerja sama dengan biro travel. Di Indonesia dibiarkan jalan sendiri-sendiri sehingga tidak mendatangkan devisa," jelas dia.
Pertumbuhan ekspor, menurut Aviliani juga harus ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan menjalin kerjasama government to government dengan negara lain."Peran LPEI juga harus ditingkatkan karena harus satu paket," kata dia.
Sedangkan kebijakan BI yang menaikkan suku bunga acuan 50 bps lalu, menurut Aviliani sudah tepat. BI sudah memprediksi potensi kenaikan The Fed. Namun memang harus diiringi oleh masuknya aliran modal asing ke dalam negeri."Bukan control devisa, tapi ajakan moral untuk menempatkan modal di dalam negeri," terang dia.
(roy) Next Article Rupiah Masih Melemah, Tembus Rp 13.895/Dolar AS
"Trade war masih terjadi, kebijakan Trump juga belum jelas, sehingga selama hal tersebut belum jelas akan selalu ada fluktuasi signifikan karena faktor eksternal," ujar dia dalam sebuah diskusi di Gedung Sindo, Selasa (3/7/2018).
"Kurang ada koordinasi tempat wisata di dalam negeri, kalau di Korea Selatan sudah diatur bagaimana kerja sama dengan biro travel. Di Indonesia dibiarkan jalan sendiri-sendiri sehingga tidak mendatangkan devisa," jelas dia.
Pertumbuhan ekspor, menurut Aviliani juga harus ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan menjalin kerjasama government to government dengan negara lain."Peran LPEI juga harus ditingkatkan karena harus satu paket," kata dia.
Sedangkan kebijakan BI yang menaikkan suku bunga acuan 50 bps lalu, menurut Aviliani sudah tepat. BI sudah memprediksi potensi kenaikan The Fed. Namun memang harus diiringi oleh masuknya aliran modal asing ke dalam negeri."Bukan control devisa, tapi ajakan moral untuk menempatkan modal di dalam negeri," terang dia.
(roy) Next Article Rupiah Masih Melemah, Tembus Rp 13.895/Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular