
Unggul dalam Perdagangan, Dolar Australia Tekan Rupiah
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 June 2018 12:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia bergerak melemah pada perdagangan menjelang siang hari ini. Pelemahan ini disebabkan sentimen defisit perdagangan antara Indonesia dan Australia serta kenaikan harga komoditas global.
Pada Kamis (28/06/2018) pukul 11:40 WIB, AUD 1 dibanderol Rp 10.501,43. Rupiah melemah 0,95% dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
Beberapa bank pun mulai merespons pelemahan ini dengan menjual dolar Australia di atas Rp 10.600. Berikut data perdagangan dolar Australia hingga pukul 11:25 WIB:
Beberapa waktu lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru neraca perdagangan Indonesia dengan Australia hingga Mei 2018.
Dalam data tersebut, diketahui bahwa Indonesia mengalami defisit perdagangan hingga US$1,06 miliar akibat tingginya impor Indonesia terutama untuk bahan olahan minyak mentah, batu bara dan gandum.
Data direktori impor Indonesia per Maret 2018 memperlihatkan, porsi impor ketiga komoditas ini mencapai 44% dari keseluruhan impor Indonesia. Tingginya ketergantungan Indonesia terhadap komoditas Negeri Kangguru membuat defisit perdagangan sulit dihindari.
Di sisi lain, kenaikan harga komoditas ekspor andalan Australia seperti bijih besi ikut menambah penerimaan valas. Data Kementerian Perdagangan Australia tahun 2016-2017 memperlihatkan share ekspor bijih besi dari keseluruhan total ekspor mencapai 16,8%.
Per hari ini, harga bijih besi global mencapai US$65,83/ton atau naik 0,71% dibandingkan perdagangan kemarin. Ketika harga komoditas tersebut naik maka sudah tentu akan menambah pundi-pundi penerimaan devisa mereka.
Kondisi ini menambah sentimen positif bagi dolar Australia sehingga mampu menguat di hadapan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Kalah di Perdagangan, Rupiah Tertekan Lawan Dolar Australia
Pada Kamis (28/06/2018) pukul 11:40 WIB, AUD 1 dibanderol Rp 10.501,43. Rupiah melemah 0,95% dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
Beberapa bank pun mulai merespons pelemahan ini dengan menjual dolar Australia di atas Rp 10.600. Berikut data perdagangan dolar Australia hingga pukul 11:25 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.295,00 | Rp 10.651,00 |
Bank BNI | Rp 10.317,00 | Rp 10.607,00 |
Bank BRI | Rp 10.406,13 | Rp 10.600,32 |
Bank BCA | Rp 10.360,00 | Rp 10.646,00 |
Beberapa waktu lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru neraca perdagangan Indonesia dengan Australia hingga Mei 2018.
Dalam data tersebut, diketahui bahwa Indonesia mengalami defisit perdagangan hingga US$1,06 miliar akibat tingginya impor Indonesia terutama untuk bahan olahan minyak mentah, batu bara dan gandum.
Data direktori impor Indonesia per Maret 2018 memperlihatkan, porsi impor ketiga komoditas ini mencapai 44% dari keseluruhan impor Indonesia. Tingginya ketergantungan Indonesia terhadap komoditas Negeri Kangguru membuat defisit perdagangan sulit dihindari.
Di sisi lain, kenaikan harga komoditas ekspor andalan Australia seperti bijih besi ikut menambah penerimaan valas. Data Kementerian Perdagangan Australia tahun 2016-2017 memperlihatkan share ekspor bijih besi dari keseluruhan total ekspor mencapai 16,8%.
Per hari ini, harga bijih besi global mencapai US$65,83/ton atau naik 0,71% dibandingkan perdagangan kemarin. Ketika harga komoditas tersebut naik maka sudah tentu akan menambah pundi-pundi penerimaan devisa mereka.
Kondisi ini menambah sentimen positif bagi dolar Australia sehingga mampu menguat di hadapan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Kalah di Perdagangan, Rupiah Tertekan Lawan Dolar Australia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular