Tak Libur Saat Pilkada, IHSG Tinggalkan Level 5.800

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 June 2018 16:36
IHSG melemah 0,65% pada perdagangan hari ini ke level 5.787,55.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,65% pada perdagangan hari ini ke level 5.787,55. Perdagangan berlangsung disaat Presiden Joko Widodo menetapkan hari ini sebagai libur nasional arena ada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 171 daerah.

Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga terperosok ke zona merah: indeks Nikkei turun 0,31%, indeks Shanghai turun 1,11%, indeks Hang Seng turun 1,82%, indeks Strait Times turun 0,77%, dan indeks Kospi turun 0,38%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,38 triliun dengan volume sebanyak 8,95 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 418.959 kali.

Menghabiskan mayoritas waktu perdagangan di zona hijau, IHSG akhirnya harus rela ditutup melemah dan meninggalkan level 5.800. Rencana pembatasan investasi China di bidang teknologi oleh AS menjadi pemberat bursa saham Benua Kuning pada perdagangan hari ini.

Negeri Paman Sam memang telah lama menuduh China sebagai pihak yang sering mencuri teknologi dan kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan asal AS.

Bahkan, belakangan terungkap bahwa yang menjadi target bukan hanya China, namun seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi milik perusahaan-perusahaan AS.

Walaupun Presiden Donald Trump mencoba meredakan tensi, hal tersebut nampaknya belum cukup untuk menenangkan pelaku pasar.

Trump memberi sinyal bahwa dirinya akan mengambil langkah yang lebih halus untuk membatasi investasi China pada perusahaan AS yang memiliki teknologi yang sensitif.

Dalam administrasi pemerintahan Trump, terdapat perdebatan mengenai pendekatan yang harus digunakan guna membatasi investasi China. Menteri keuangan Steve Mnuchin menginginkan pendekatan yang lebih halus menggunakan the Committee on Foreign Investment in the U.S yang akan melakukan tinjauan mengenai akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan asal AS dengan dasar keamanan nasional.

Sementara itu, pihak lainnya menginginkan pendekatan yang lebih kasar yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi dan menerapkan International Emergency Economic Powers Act.

Secara sektoral, sektor barang konsumsi (-0,87%) menjadi kontributor terbesar bagi koreksi IHSG. Investor nampak masih meragukan perbaikan konsumsi masyarakat Indonesia. Sebelumnya, persepsi ini sempat timbul pasca rilis data ekspor-impor periode Mei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor barang konsumsi tumbuh begitu kencang.

Sepanjang bulan lalu, impor barang konsumsi tercatat sebesar US$ 1,73 miliar, melonjak hingga 14,88% dibandingkan posisi April yang sebesar US$ 1,5 miliar. Pertumbuhan pada pos barang konsumsi jauh mengungguli 2 pos lainnya yakni bahan baku dan barang modal yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 9,02% dan 6,63%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), impor barang konsumsi melesat hingga 34%.

Namun, derasnya impor barang konsumsi pada bulan lalu didorong oleh one-time event yakni bulan puasa. Konfirmasi lebih lanjut memang diperlukan guna menentukan apakah konsumsi masyarakat Indonesia sudah benar-benar membaik.

Saham-saham sektor barang konsumsi yang diperdagangkan melemah diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,38%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-2,24%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-2,56%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,98%), dan PT Mayora Indah Tbk/MYOR (-1,69%).

Lebih lanjut, aksi jual investor asing ikut mendorong IHSG turun. Sampai dengan akhir sesi II, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 539,7 miliar, membengkak dibandingkan jual bersih per akhir sesi 1 yang sebesar Rp 164 miliar.

Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 61 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 59,6 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 59 miliar), PT Indika Energy Tbk/INDY (Rp 40,2 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 39,2 miliar).

Potensi pelemahan rupiah nampak menjadi alasan utama investor asing melakukan aksi jual. Walaupun perdagangan rupiah ditiadakan hari ini seiring dengan pelaksanaan Pilkada di berbagai daerah, rupiah berpotensi melemah kala diperdagangkan kembali besok (28/6/2018).

Pasalnya, dolar AS berada dalam posisi yang sangat perkasa. Pada perdagangan kemarin (26/6/2018), indeks dolar AS menguat hingga 0,41% ke level 94,659.

Perkasanya dolar AS dipicu oleh sinyal dari anggota FOMC Robert Kaplan bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan hingga ke level yang tidak lagi akomodatif.

Untuk saat ini, Kaplan menilai sikap (stance) kebijakan moneter The Fed masih akomodatif sebab tingkat suku bunga acuan saat ini masih mampu untuk merangsang tumbuhnya aktivitas ekonomi. Tingkat suku bunga acuan AS saat ini adalah 1,75-2%. Menurut Kaplan, tingkat suku bunga acuan yang dinilai tidak lagi menjadi stimulus bagi perekonomian ada di level 2,5-2,75%.

"Oleh karena itu, menurut saya The Fed masih akomodatif untuk saat ini," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
(ank/ank) Next Article Kemarin Jadi Primadona, Saham Barang Konsumsi Kini Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular