
Saham Perbankan Diburu, IHSG Menguat 0,49%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 June 2018 12:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,49% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.854,43. Penguatan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi: indeks Strait Times naik 0,2%, indeks Kospi naik 0,05%, indeks Nikkei turun 0,04%, indeks Shanghai turun 0,45%, dan indeks Hang Seng turun 0,58%.
Rebound saham-saham emiten perbankan yang kemarin (26/6/2018) mendapatkan tekanan jual berhasil membawa IHSG ke zona hijau sampai dengan siang hari ini; sektor jasa keuangan menguat 0,68%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Saham-saham emiten perbankan yang diburu investor diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,29%), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (+0,79%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+0,75%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+0,35%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+0,35%).
Kemarin, tekanan jual bagi saham-saham perbankan dipicu oleh sentimen eksternal yakni kabar pembatasan investasi China di bidang teknologi oleh AS. Negeri Paman Sam memang telah lama menuduh China sebagai pihak yang sering mencuri teknologi dan kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan asal AS.
Bahkan, belakangan terungkap bahwa yang menjadi target bukan hanya China, namun seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi milik perusahaan-perusahaan AS.
Derasnya tekanan membuat investor melepas saham-saham perbankan yang memiliki kapitalisasi pasar besar. Kini, isu tersebut sudah sedikit mereda, sehingga aksi beli kembali dilakukan investor.
Presiden Donald Trump memberi sinyal bahwa dirinya akan mengambil langkah yang lebih halus untuk membatasi investasi China pada perusahaan AS yang memiliki teknologi yang sensitif.
Dalam administrasi pemerintahan Trump, terdapat perdebatan mengenai pendekatan yang harus digunakan guna membatasi investasi China. Menteri keuangan Steve Mnuchin menginginkan pendekatan yang lebih halus menggunakan the Committee on Foreign Investment in the U.S yang akan melakukan tinjauan mengenai akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan asal AS dengan dasar keamanan nasional.
Sementara itu, pihak lainnya menginginkan pendekatan yang lebih kasar yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi dan menerapkan International Emergency Economic Powers Act.
Di sisi lain, aksi jual investor asing membatasi penguatan IHSG. Sampai dengan akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 164 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tb/TKIM (Rp 28,6 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 22,4 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 21,9 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 20 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 19,5 miliar).
Potensi pelemahan rupiah nampak menjadi alasan utama investor asing melakukan aksi jual. Walaupun perdagangan rupiah ditiadakan hari ini seiring dengan pelaksanaan Pilkada di berbagai daerah, rupiah berpotensi melemah kala diperdagangkan kembali besok (28/6/2018).
Pasalnya, dolar AS berada dalam posisi yang sangat perkasa. Pada perdagangan kemarin (26/6/2018), indeks dolar AS menguat hingga 0,41% ke level 94,659.
Perkasanya dolar AS dipicu oleh sinyal dari anggota FOMC Robert Kaplan bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan hingga ke level yang tidak lagi akomodatif.
Untuk saat ini, Kaplan menilai sikap (stance) kebijakan moneter The Fed masih akomodatif sebab tingkat suku bunga acuan saat ini masih mampu untuk merangsang tumbuhnya aktivitas ekonomi. Tingkat suku bunga acuan AS saat ini adalah 1,75-2%. Menurut Kaplan, tingkat suku bunga acuan yang dinilai tidak lagi menjadi stimulus bagi perekonomian ada di level 2,5-2,75%.
"Oleh karena itu, menurut saya The Fed masih akomodatif untuk saat ini," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
(ank/hps) Next Article Akhir Sesi I, Sektor Barang Konsumsi Selamatkan IHSG
Rebound saham-saham emiten perbankan yang kemarin (26/6/2018) mendapatkan tekanan jual berhasil membawa IHSG ke zona hijau sampai dengan siang hari ini; sektor jasa keuangan menguat 0,68%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Saham-saham emiten perbankan yang diburu investor diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,29%), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (+0,79%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+0,75%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+0,35%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+0,35%).
Bahkan, belakangan terungkap bahwa yang menjadi target bukan hanya China, namun seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi milik perusahaan-perusahaan AS.
Derasnya tekanan membuat investor melepas saham-saham perbankan yang memiliki kapitalisasi pasar besar. Kini, isu tersebut sudah sedikit mereda, sehingga aksi beli kembali dilakukan investor.
Presiden Donald Trump memberi sinyal bahwa dirinya akan mengambil langkah yang lebih halus untuk membatasi investasi China pada perusahaan AS yang memiliki teknologi yang sensitif.
Dalam administrasi pemerintahan Trump, terdapat perdebatan mengenai pendekatan yang harus digunakan guna membatasi investasi China. Menteri keuangan Steve Mnuchin menginginkan pendekatan yang lebih halus menggunakan the Committee on Foreign Investment in the U.S yang akan melakukan tinjauan mengenai akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan asal AS dengan dasar keamanan nasional.
Sementara itu, pihak lainnya menginginkan pendekatan yang lebih kasar yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi dan menerapkan International Emergency Economic Powers Act.
Di sisi lain, aksi jual investor asing membatasi penguatan IHSG. Sampai dengan akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 164 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tb/TKIM (Rp 28,6 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 22,4 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 21,9 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 20 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 19,5 miliar).
Potensi pelemahan rupiah nampak menjadi alasan utama investor asing melakukan aksi jual. Walaupun perdagangan rupiah ditiadakan hari ini seiring dengan pelaksanaan Pilkada di berbagai daerah, rupiah berpotensi melemah kala diperdagangkan kembali besok (28/6/2018).
Pasalnya, dolar AS berada dalam posisi yang sangat perkasa. Pada perdagangan kemarin (26/6/2018), indeks dolar AS menguat hingga 0,41% ke level 94,659.
Perkasanya dolar AS dipicu oleh sinyal dari anggota FOMC Robert Kaplan bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan hingga ke level yang tidak lagi akomodatif.
Untuk saat ini, Kaplan menilai sikap (stance) kebijakan moneter The Fed masih akomodatif sebab tingkat suku bunga acuan saat ini masih mampu untuk merangsang tumbuhnya aktivitas ekonomi. Tingkat suku bunga acuan AS saat ini adalah 1,75-2%. Menurut Kaplan, tingkat suku bunga acuan yang dinilai tidak lagi menjadi stimulus bagi perekonomian ada di level 2,5-2,75%.
"Oleh karena itu, menurut saya The Fed masih akomodatif untuk saat ini," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
(ank/hps) Next Article Akhir Sesi I, Sektor Barang Konsumsi Selamatkan IHSG
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular