Dolar AS Sentuh Rp 14.385, IHSG Anjlok 2,08%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 June 2018 16:40
IHSG anjlok hingga 2,08% ke level 5.667,32 pada perdagangan hari ini.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 2,08% ke level 5.667,32 pada perdagangan hari ini. IHSG bahkan sempat menyentuh level terendahnya di level 5.661,01.

Anjloknya IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi: indeks Hang Seng naik 0,5%, indeks Strait Times naik 0,2%, indeks Nikkei turun 0,01%, indeks Shanghai turun 0,97%, dan indeks Kospi turun 1,19%.

Nilai transaksi tercatat sebesar 8,67 triliun dengan volume sebanyak 9,72 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 437.267 kali.

Sentimen domestik dan eksternal saham-sama berkontribusi bagi anjloknya IHSG. Dari dalam negeri, ekspektasi atas kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) telah sukses membuat investor melepas kepemilikannya atas saham-saham emiten perbankan; sektor jasa keuangan melemah 2,08%, menjadikannya kontributor terbesar bagi pelemahan IHSG.

Ketika suku bunga acuan dinaikkan hingga 3 kali pada tahun ini, profitabilitas perbankan memang menjadi taruhannya. Keputusan mengenai suku bunga acuan akan diumumkan besok (29/6/2018).

Saham-saham emiten perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (-2,55%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-3,17%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-3,55%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,87%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,52%).

Lebih lanjut, objektif dari kebijakan tersebut yakni menstabilisasi nilai tukar nampak gagal total. Sampai dengan akhir perdagangan, rupiah jeblok 1,5% di pasar spot ke level Rp 14.385/dolar AS. Bahkan, rupiah sempat melemah sampai ke level Rp 14.395/dolar AS.

Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 691,9 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 173,8 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 115,9 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 79,9 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 63,4 miliar), dan PT Bayan Resources Tbk/BYAN (Rp 51,9 miliar).

AS Kembali Protektif
Dari sisi eksternal, kebijakan pemerintahan AS untuk memperketat investasi perusahaan asal China pada perusahaan teknologi AS telah memantik aksi jual di pasar saham. Pemerintah AS memutuskan untuk memperkuat Committee on Foreign Investment in the United States guna melindungi teknologi sensitif yang dimiliki perusahaan-perusahaan disana. Menggunakan kerangka baru yang diperkuat, kini komite tersebut bisa memblokir joint venture antara perusahaan asal China dengan AS jika menyangkut teknologi yang dianggap penting.

Sebelumnya, komite bisa memblokir rencana akuisisi oleh pihak China namun tak bisa memblokir joint venture antar keduanya.

"Kami akan memiliki sarana-sarana yang dibutuhkan untuk membatasi investasi, baik itu dari China maupun negara lainnya," papar Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin. "Kami tidak sedang menargetkan China, tapi kami akan melindungi transfer teknologi ke China serta (transfer) pada bidang-bidang penting lainnya."

Walaupun pendekatan yang digunakan lebih halus dari yang diisukan sebelumnya yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi dan menerapkan International Emergency Economic Powers Act, kebijakan AS sangat mungkin untuk memantik reaksi balasan dari pihak China.

Korea Utara Berkhianat?
Masih berbicara mengenai sentimen eksternal, kondisi geopolitik juga bisa dikatakan penuh dengan ketidakpastian. Terlepas dari perjanjiannya dengan AS untuk melakukan denuklirisasi, terdapat indikasi bahwa Korea Utara justru meningkatkan kapasitas dari fasilitas penelitian nuklir yang dimilikinya secara signifikan.

Informasi ini diketahui dari foto satelit yang didapatkan oleh 38 North, sebuah proyek asal AS yang bertugas mengumpulkan informasi dari berbagai pihak yang sudah lama mengamati Korea Utara.

"Pembangunan infrastruktur berlanjut di Yongbyon (satu-satunya fasilitas penelitian nuklir milik Korea Utara yang diketahui)," papar Redaktur Pelaksana 38 North Jenny Town melalui akun Twitter.
(ank/hps) Next Article Investor Asing Masih Ogah Sentuh Saham Perbankan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular