
Dibanting Jelang Penutupan, IHSG berakhir di Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 June 2018 16:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,57% pada perdagangan hari ini ke level 5.825,65. Pelemahan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi: indeks Nikkei naik 0,02%, indeks Strait Times naik 0,64%, indeks Shanghai turun 0,51%, indeks Hang Seng turun 0,28%, dan indeks Kospi turun 0,3%.
Nilai transaksi tercatat sebesar 7,37 triliun dengan volume sebanyak 13,43 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 407.092 kali.
Menghabiskan mayoritas sesi 2 di zona hijau, IHSG dihajar turun menjelang menit-menit terakhir perdagangan.
Derasnya tekanan dari sisi eksternal berhasil memaksa investor untuk melepas saham-saham berkapitalisasi pasar besar, utamanya yang berasal dari sektor jasa keuangan; sektor jasa keuangan melemah 2,03%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG.
Saham-saham sektor jasa keuangan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-3,72%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-2,42%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,12%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,05%), dan PT Bank Danamon Tbk/BDMN (-3,45%).
Sentimen eksternal yang dimaksud adalah kabar pembatasan investasi China di bidang teknologi oleh AS. Negeri Paman Sam memang telah lama menuduh China sebagai pihak yang sering mencuri teknologi dan kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan asal AS.
Bahkan, belakangan terungkap bahwa yang menjadi target bukan hanya China, namun seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi milik perusahaan-perusahaan AS.
"Pernyataan akan segera keluar dan itu (pelarangan investasi) tidak spesifik kepada China, tetapi kepada semua negara yang mencoba mencuri teknologi kami," tegas Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin melalui kicauan di Twitter.
Pernyataan Mnuchin ini pun diamini oleh Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
"Seperti yang dikatakan Menteri (Mnuchin), sebuah pengumuman akan diberikan yang isinya menargetkan seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi kami," papar Sanders seperti dikutip dari CNBC International.
Selain dipicu sentimen eksternal, aksi jual pada saham-saham perbankan juga dipicu oleh ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) yang rencananya diumumkan pada 29 Juni mendatang. Sebelumnya, BI memang sudah menebar sinyal kenaikan suku bunga acuan.
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, tentu profitabilitas dari bank menjadi taruhannya.
Kemudian, investor nampak bermain aman dengan merealisasikan keuntungannya pada saham-saham barang konsumsi yang kemarin telah menguat, seiring dengan solidnya pertumbuhan impor barang konsumsi. Pasalnya, derasnya impor barang konsumsi pada bulan lalu didorong oleh one-time event yakni bulan puasa. Konfirmasi lebih lanjut memang diperlukan guna menentukan apakah konsumsi masyarakat Indonesia sudah benar-benar membaik.
Sepanjang bulan lalu, impor barang konsumsi tercatat sebesar US$ 1,73 miliar, melonjak hingga 14,88% dibandingkan posisi April yang sebesar US$ 1,5 miliar. Pertumbuhan pada pos barang konsumsi jauh mengungguli 2 pos lainnya yakni bahan baku dan barang modal yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 9,02% dan 6,63%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), impor barang konsumsi melesat hingga 34%.
Sektor barang konsumsi melemah 0,27%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar kedua bagi koreksi IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkena ambil untung diantaranya adalah PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1%) dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,92%).
Seiring dengan sentimen eksternal yang tak kondusif, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 453 miliar, membengkak dari jual bersih per akhir sesi 1 yang sebesar Rp 211,1 miliar.
Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 201 miliar), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (Rp 80,6 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 76,1 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 54,5 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 36,7 miliar).
(ank/hps) Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?
Nilai transaksi tercatat sebesar 7,37 triliun dengan volume sebanyak 13,43 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 407.092 kali.
Menghabiskan mayoritas sesi 2 di zona hijau, IHSG dihajar turun menjelang menit-menit terakhir perdagangan.
Saham-saham sektor jasa keuangan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-3,72%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-2,42%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,12%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,05%), dan PT Bank Danamon Tbk/BDMN (-3,45%).
Sentimen eksternal yang dimaksud adalah kabar pembatasan investasi China di bidang teknologi oleh AS. Negeri Paman Sam memang telah lama menuduh China sebagai pihak yang sering mencuri teknologi dan kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan asal AS.
Bahkan, belakangan terungkap bahwa yang menjadi target bukan hanya China, namun seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi milik perusahaan-perusahaan AS.
"Pernyataan akan segera keluar dan itu (pelarangan investasi) tidak spesifik kepada China, tetapi kepada semua negara yang mencoba mencuri teknologi kami," tegas Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin melalui kicauan di Twitter.
Pernyataan Mnuchin ini pun diamini oleh Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
"Seperti yang dikatakan Menteri (Mnuchin), sebuah pengumuman akan diberikan yang isinya menargetkan seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi kami," papar Sanders seperti dikutip dari CNBC International.
Selain dipicu sentimen eksternal, aksi jual pada saham-saham perbankan juga dipicu oleh ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) yang rencananya diumumkan pada 29 Juni mendatang. Sebelumnya, BI memang sudah menebar sinyal kenaikan suku bunga acuan.
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, tentu profitabilitas dari bank menjadi taruhannya.
Kemudian, investor nampak bermain aman dengan merealisasikan keuntungannya pada saham-saham barang konsumsi yang kemarin telah menguat, seiring dengan solidnya pertumbuhan impor barang konsumsi. Pasalnya, derasnya impor barang konsumsi pada bulan lalu didorong oleh one-time event yakni bulan puasa. Konfirmasi lebih lanjut memang diperlukan guna menentukan apakah konsumsi masyarakat Indonesia sudah benar-benar membaik.
Sepanjang bulan lalu, impor barang konsumsi tercatat sebesar US$ 1,73 miliar, melonjak hingga 14,88% dibandingkan posisi April yang sebesar US$ 1,5 miliar. Pertumbuhan pada pos barang konsumsi jauh mengungguli 2 pos lainnya yakni bahan baku dan barang modal yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 9,02% dan 6,63%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), impor barang konsumsi melesat hingga 34%.
Sektor barang konsumsi melemah 0,27%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar kedua bagi koreksi IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkena ambil untung diantaranya adalah PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1%) dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,92%).
Seiring dengan sentimen eksternal yang tak kondusif, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 453 miliar, membengkak dari jual bersih per akhir sesi 1 yang sebesar Rp 211,1 miliar.
Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 201 miliar), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (Rp 80,6 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 76,1 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 54,5 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 36,7 miliar).
(ank/hps) Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular