Poundsterling Kena Isu Brexit, Rupiah Tetap Tak Bisa Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2018 15:48
Sebenarnya sterling pun sedang tertekan tetapi rupiah tidak mampu memanfaatkannya.
Foto: REUTERS/Sukree Sukplang
Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak hanya di hadapan euro, rupiah pun melemah terhadap mata uang Eropa lainnya yaitu poundsterling Inggris. Sama seperti euro, sebenarnya sterling pun sedang tertekan tetapi rupiah tidak mampu memanfaatkannya. 

Pada Senin (25/6/2018) pukul 15:15 WIB, GBP 1 ditansaksikan Rp 18.751,31. Rupiah melemah 0,43% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. 

Poundsterling Kena Isu Brexit, Rupiah Tetap Tak Bisa MenguatReuters


Berikut perkembangan kurs poundsterling di sejumlah bank nasional: 

BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNIRp 18.507Rp 18.964
Bank BRIRp 18.627,19Rp 18.860,35
Bank BCARp 18.444Rp 18.912
Bank MandiriRp 18.405Rp 18.885
 
Hasil survei yang dilakukan Baker & McKenzie menyebutkan bahwa pelaku bisnis di Eropa tidak nyaman dengan hengkangnya Negeri Elizabeth dari Uni Eropa (Brexit). Dari 800 pebisnis yang terlibat dalam survei, sekitar 75% di antaranya ingin agar Uni Eropa menjamin kenyamanan berusaha di Inggris setelah Brexit berlaku mulai 2019. Tanpa jaminan, sejumlah perusahaan lebih memilih keluar dari Inggris.

Misalnya Asosiasi Bisnis Jerman (BDI), yang menyebutkan bahwa Brexit bisa menyebabkan malapetaka bagi dunia usaha bila tidak ada jaminan. Oleh karena itu, BDI mendesak agar Inggris tetap patuh kepada kesepakatan pasar tunggal Eropa, kepabeanan bersama, dan tunduk kepada hukum Uni Eropa.
 

"Dua tahun sejak referendum, Inggris masih menuju ke arah Brexit yang tidak terkendali. Perlu pembenahan," tegas Joachim Lang, General Manager BDI, seperti dikutip Reuters. 

Tidak hanya itu, perusahaan aviasi asal Prancis, Airbus, juga memantau dengan seksama perkembangan Brexit. Periode transisi sampai Desember 2020 dirasa belum cukup untuk membuat ekonomi benar-benar stabil. 

Namun, pemerintah Inggris di bawah komando Perdana Menteri Theresa May menampik kekhawatiran tersebut. Pemerintah menegaskan tidak ada alasan bagi dunia usaha untuk khawatir. 

"Tidak ada alasan dunia usaha khawatir, apalagi sampai membuat ancaman. Kami sedang dalam fase yang penting dalam perundingan Brexit, dan sangat penting bagi kita semua untuk mendukung Perdana Menteri," tegas Jeremy Hunt, Menteri Kesehatan Inggris, dikutip dari BBC. 

Ketidakpastian yang menyelimuti Inggris membuat poundsterling sebenarnya tertekan. Terhadap dolar Amerika Serikat, mata uang ini melemah 0,12%. 

Namun ternyata rupiah tidak mampu memanfaatkan tekanan yang dialami poundsterling. Rupiah malah melemah. 

Dari domestik, sentimen yang ada memang tidak mendukung penguatan rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data perdagangan internasional, dan pada Mei 2018 Indonesia membukukan defisit neraca perdagangan yang cukup besar yaitu US$ 1,52 miliar. 

Perkembangan ini membuat pelaku pasar mengkhawatirkan prospek transaksi berjalan (current account) Indonesia. Pada kuartal I-2018, transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit US$ 5,5 miliar atau 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

Pada April pun neraca perdagangan sudah defisit sangat dalam, yaitu US$ 1,61 miliar. Dengan defisit perdagangan yang menganga dalam dua bulan terakhir, wajar jika pasar mempertanyakan nasib transaksi berjalan pada kuartal II. Sangat mungkin transaksi berjalan pada kuartal II mencatat defisit yang lebih lebar ketimbang kuartal sebelumnya. 

Tanpa sokongan devisa dari sektor perdagangan, maka nasib rupiah pun terombang-ambing. Investor pun kemudian melepas aset-aset berbasis rupiah sehingga membuat mata uang ini terdepresiasi kian dalam. Termasuk di hadapan poundsterling.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Lawan Poundsterling, Rupiah Terlemah Sejak Mei 2016

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular