Tak Hanya Bahas LTV, BI Juga Bahas Rupiah dengan Pengusaha
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 June 2018 17:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Relaksasi aturan uang muka Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Loan To Value (LTV) yang saat ini tengah digodok Bank Indonesia (BI) dalam waktu dekat akan segera dikeluarkan.
BI bahkan telah menggelar pertemuan dengan seluruh pemangku kepentingan terkait di sektor properti untuk membahas relaksasi ini. Namun nyatanya, kedua belah pihak bukan hanya membahas persoalan tersebut.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan, penguatan dolar AS yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir juga menjadi topik pembicaraan utama pertemuan ini.
"Pada dasarnya, BI meyakinkan bahwa akan selalu berada di pasar untuk menjaga rupiah dengan melakukan stabilisasi," kata Rosan kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/6/2018).
Rosan tak memungkiri, pelemahan rupiah yang sempat menembus level Rp 14.200/US$ sudah mulai berdampak terhadap industri, terutama pengusaha yang selama ini masih mayoritasnya melakukan impor.
"Margin jadi lebih kecil, dan secara tidak langsung mendorong mereka melakukan alternatif pendanaan. Cost of fund jadi lebih naik," tuturnya.
Menurut dia, rencana bank sentral menaikkan bunga acuan untuk ketiga kalinya pada tahun ini setidaknya dapat menekan gejolak perekonomian global. Harapannya, rupiah pun tetap stabil.
"Kebijakan BI ini sebenarnya hanya menurunkan panasnya. Harus diikuti sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait, terutama dari sisi meningkatkan kinerja ekspor dan membangkitkan industri," tegasnya.
(dru) Next Article Rumah Tipe Ini yang Pertumbuhannya Melesat Kencang
BI bahkan telah menggelar pertemuan dengan seluruh pemangku kepentingan terkait di sektor properti untuk membahas relaksasi ini. Namun nyatanya, kedua belah pihak bukan hanya membahas persoalan tersebut.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan, penguatan dolar AS yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir juga menjadi topik pembicaraan utama pertemuan ini.
Rosan tak memungkiri, pelemahan rupiah yang sempat menembus level Rp 14.200/US$ sudah mulai berdampak terhadap industri, terutama pengusaha yang selama ini masih mayoritasnya melakukan impor.
"Margin jadi lebih kecil, dan secara tidak langsung mendorong mereka melakukan alternatif pendanaan. Cost of fund jadi lebih naik," tuturnya.
Menurut dia, rencana bank sentral menaikkan bunga acuan untuk ketiga kalinya pada tahun ini setidaknya dapat menekan gejolak perekonomian global. Harapannya, rupiah pun tetap stabil.
"Kebijakan BI ini sebenarnya hanya menurunkan panasnya. Harus diikuti sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait, terutama dari sisi meningkatkan kinerja ekspor dan membangkitkan industri," tegasnya.
(dru) Next Article Rumah Tipe Ini yang Pertumbuhannya Melesat Kencang
Most Popular