
Bos BEI: Kenaikan Suku Bunga Acuan akan Ganggu Sektor Riil
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
22 June 2018 12:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menjelaskan, kenaikan tingkat bunga acuan Bank Indonesia (BI) merupakan musuh terbesar bagi industri pasar modal dan perbankan. Pasalnya, hal tersebut akan berdampak pada sektor riil dimana penyaluran kredit jadi turun karena bunga tinggi dan ekspansi jadi terhambat karena perbankan merupakan salah satu sumber pembiayaan.
"Kenaikan suku bunga ini mau tidak mau cukup menganggu,"ujar dia saat ditemui di Gedung BI, Jumat (22/6/2018).
Tito mengungkapkan, apabila terjadi kenaikan suku bunga acuan, hal yang terjadi di perbankan adalah susah menyalurkan kredit. Padahal saat ini, infrastruktur sedang membutuhkan pendanaan. "Di pasar modal juga bisa kesusahan,"jelas dia.
Sebelumnya melalui keterangan tertulis, sinyal Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan (BI 7 days reverse repo rate) makin kencang, kendati sebelumnya sudah dua kali menaikkan suku bunga acuan. Perbankan pun menanti hal yang akan mempengaruhi suku bunga kredit dan simpanan mereka.
BI mengungkapkan, pihaknya senantiasa berkomitmen dan fokus pada kebijakan jangka pendek BI dalam memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah.
Untuk itu, BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang pre-emptive, front loading, dan ahead the curve dalam menghadapi perkembangan baru arah kebijakan the Fed dan ECB pada RDG 27-28 Juni 2018 yang akan datang.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga yang disertai dengan relaksasi kebijakan LTV untuk mendorong sektor perumahan.
"Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan. BI, Pemerintah, dan OJK juga akan terus mempererat koordinasi untuk memperkuat stabilitas dan mendorong pertumbuhan,"ujar dia.
BI meyakini ekonomi Indonesia, khususnya pasar aset keuangan, tetap kuat dan menarik bagi investor, termasuk investor asing. Dengan investasi yang terjaga, stabilitas ekonomi juga diharapkan tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
(hps) Next Article Rupiah Dihajar Dolar AS, Bos BEI: Suku Bunga Harus Naik!
"Kenaikan suku bunga ini mau tidak mau cukup menganggu,"ujar dia saat ditemui di Gedung BI, Jumat (22/6/2018).
Tito mengungkapkan, apabila terjadi kenaikan suku bunga acuan, hal yang terjadi di perbankan adalah susah menyalurkan kredit. Padahal saat ini, infrastruktur sedang membutuhkan pendanaan. "Di pasar modal juga bisa kesusahan,"jelas dia.
Sebelumnya melalui keterangan tertulis, sinyal Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan (BI 7 days reverse repo rate) makin kencang, kendati sebelumnya sudah dua kali menaikkan suku bunga acuan. Perbankan pun menanti hal yang akan mempengaruhi suku bunga kredit dan simpanan mereka.
BI mengungkapkan, pihaknya senantiasa berkomitmen dan fokus pada kebijakan jangka pendek BI dalam memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah.
Untuk itu, BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang pre-emptive, front loading, dan ahead the curve dalam menghadapi perkembangan baru arah kebijakan the Fed dan ECB pada RDG 27-28 Juni 2018 yang akan datang.
"Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan. BI, Pemerintah, dan OJK juga akan terus mempererat koordinasi untuk memperkuat stabilitas dan mendorong pertumbuhan,"ujar dia.
BI meyakini ekonomi Indonesia, khususnya pasar aset keuangan, tetap kuat dan menarik bagi investor, termasuk investor asing. Dengan investasi yang terjaga, stabilitas ekonomi juga diharapkan tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
(hps) Next Article Rupiah Dihajar Dolar AS, Bos BEI: Suku Bunga Harus Naik!
Most Popular