
Tak Diminati, Asing Ramai-ramai Pangkas Kepemilikan Bond AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
19 June 2018 13:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah asing beralih dari surat utang jangka panjang Amerika Serikat (AS) saat ketegangan dagang meningkat di seluruh dunia.
Sejauh ini penurunan itu relatif kecil untuk notes dan obligasi, masing-masing hanya kurang dari US$5 miliar (Rp 70,3 triliun) di bulan Maret dan April, bulan di mana data Kementerian Keuangan terbaru tersedia, tetapi penurunan itu memberi sinyal potensi tren meresahkan.
"Kami perlu semua bantuan yang bisa kami dapatkan untuk mencari pembeli surat utang AS akibat melimpahnya pasokan yang akan terjadi beberapa tahun ke depan," kata Peter Boockvar selaku Chief Investment Officer di Bleakley Advisory Group dalam sebuah catatan, dilansir dari CNBC International.
"Sikap kita tentang perdagangan dengan mitra perdagangan kita bisa sangat memengaruhi dalam beberapa bulan atau kuartal ke depan, khususnya dengan China yang menjadi pemegang obligasi AS terbanyak."
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump selama ini berbalas ancaman tarif dengan berbagai mitra dagang AS, khususnya China.
Sebagai catatan, Trump juga mengancam untuk menarik diri dari kesepakatan dagang multinasional seperti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara atau NAFTA (North America Free Trade Agreement), serta menerapkan tarif untuk baja dan aluminium impor.
Salah satu penurunan paling mencolok datang dari Rusia, yang memangkas kepemilikan utang AS hampir setengahnya dari bulan Maret ke April menjadi US$48,7 miliar dari US$96,1 miliar. Kepemilikan utang Rusia memuncak di nilai US$108,7 miliar pada bulan Mei 2017.
Secara keseluruhan, asing memegang US$6,17 triliun dari total US$14,84 triliun sisa utang pemerintah sepanjang bulan April. Utang nasional termasuk kepemilikan intra-pemerintah membengkak jadi lebih dari US$21 triliun.
Rusia bukanlah satu-satunya negara yang memangkas kepemilikan utang AS.
China, pemilik utang AS terbanyak, menguranginya sebanyak US$5,8 miliar di bulan April menjadi US$1,18 triliun. Sementara Jepang, pemilik utang terbanyak kedua, memangkas kepemilikannya sebesar US$12,3 miliar menjadi US$1,03 triliun. Irlandia, Inggris, dan Swiss juga menarik diri.
Ketika menghitung seluruh surat berharga (termasuk T-bills), penurunan di bulan April mencapi $47,6 miliar atau berkurang 0,8% dari bulan Maret.
Mencari pembeli untuk utang pemerintah menjadi semakin penting sejak bank sentral AS, Federal Reserve/ The Fed, menghentikan program pembelian obligasi di bulan Oktober 2016, setelah kepemilikannya membengkak jadi lebih dari US$4,2 triliun.
Portfolio utang dan sekuritas berbasis mortgage The Fed sejak Oktober 2017 menurun US$116 miliar atau 2,8%, sementara kepemilikan asing merosot 2,5%.
Dengan defisit anggaran yang diprediksi naik beberapa tahun mendatang atau melampaui US$1 triliun di tahun 2020 menurut estimasi dari Kantor Anggaran Kongres, pemerintah telah menerbitkan utang besar-besaran.
Total untuk tahun 2018 adalah US$443,7 miliar, naik hampir sembilan kali lipat dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) dan melonjak 139% dari tahun 2016, menurut Asosiasi Industri Sekuritas dan Pasar Keuangan.
Pada saat yang sama, suku bunga juga meningkat.
Patokan imbal hasil (yield) utang tenor 10 tahun adalah sekitar 75 basis poin lebih tinggi dari setahun lalu. Melalui delapan bulan pertama di tahun fiskal berjalan, AS telah membayar bunga US$319,3 miliar dari utangnya.
(prm) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Sejauh ini penurunan itu relatif kecil untuk notes dan obligasi, masing-masing hanya kurang dari US$5 miliar (Rp 70,3 triliun) di bulan Maret dan April, bulan di mana data Kementerian Keuangan terbaru tersedia, tetapi penurunan itu memberi sinyal potensi tren meresahkan.
"Kami perlu semua bantuan yang bisa kami dapatkan untuk mencari pembeli surat utang AS akibat melimpahnya pasokan yang akan terjadi beberapa tahun ke depan," kata Peter Boockvar selaku Chief Investment Officer di Bleakley Advisory Group dalam sebuah catatan, dilansir dari CNBC International.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump selama ini berbalas ancaman tarif dengan berbagai mitra dagang AS, khususnya China.
Sebagai catatan, Trump juga mengancam untuk menarik diri dari kesepakatan dagang multinasional seperti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara atau NAFTA (North America Free Trade Agreement), serta menerapkan tarif untuk baja dan aluminium impor.
Salah satu penurunan paling mencolok datang dari Rusia, yang memangkas kepemilikan utang AS hampir setengahnya dari bulan Maret ke April menjadi US$48,7 miliar dari US$96,1 miliar. Kepemilikan utang Rusia memuncak di nilai US$108,7 miliar pada bulan Mei 2017.
Secara keseluruhan, asing memegang US$6,17 triliun dari total US$14,84 triliun sisa utang pemerintah sepanjang bulan April. Utang nasional termasuk kepemilikan intra-pemerintah membengkak jadi lebih dari US$21 triliun.
Rusia bukanlah satu-satunya negara yang memangkas kepemilikan utang AS.
China, pemilik utang AS terbanyak, menguranginya sebanyak US$5,8 miliar di bulan April menjadi US$1,18 triliun. Sementara Jepang, pemilik utang terbanyak kedua, memangkas kepemilikannya sebesar US$12,3 miliar menjadi US$1,03 triliun. Irlandia, Inggris, dan Swiss juga menarik diri.
Ketika menghitung seluruh surat berharga (termasuk T-bills), penurunan di bulan April mencapi $47,6 miliar atau berkurang 0,8% dari bulan Maret.
Mencari pembeli untuk utang pemerintah menjadi semakin penting sejak bank sentral AS, Federal Reserve/ The Fed, menghentikan program pembelian obligasi di bulan Oktober 2016, setelah kepemilikannya membengkak jadi lebih dari US$4,2 triliun.
Portfolio utang dan sekuritas berbasis mortgage The Fed sejak Oktober 2017 menurun US$116 miliar atau 2,8%, sementara kepemilikan asing merosot 2,5%.
Dengan defisit anggaran yang diprediksi naik beberapa tahun mendatang atau melampaui US$1 triliun di tahun 2020 menurut estimasi dari Kantor Anggaran Kongres, pemerintah telah menerbitkan utang besar-besaran.
Total untuk tahun 2018 adalah US$443,7 miliar, naik hampir sembilan kali lipat dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) dan melonjak 139% dari tahun 2016, menurut Asosiasi Industri Sekuritas dan Pasar Keuangan.
Pada saat yang sama, suku bunga juga meningkat.
Patokan imbal hasil (yield) utang tenor 10 tahun adalah sekitar 75 basis poin lebih tinggi dari setahun lalu. Melalui delapan bulan pertama di tahun fiskal berjalan, AS telah membayar bunga US$319,3 miliar dari utangnya.
(prm) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular