Perang Dagang AS vs China

Wall Street Kebal akan Gertakan Donald Trump

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 June 2018 15:10
Pasar mulai bisa mengikuti irama tabuhan drum dari retorika dan pernyataan perang dagang dari Presiden AS Donald Trump dengan lebih tenang.
Foto: REUTERS/Chip East
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran tentang tarif dan potensi perang dagang global telah menekan saham AS selama beberapa bulan terakhir. Akan tetapi kini ada sentimen di kalangan investor bahwa pasar mulai bisa mengikuti irama tabuhan drum dari retorika dan pernyataan perang dagang dari Presiden AS Donald Trump dengan lebih tenang.

Dalam semburan terbaru, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif yang besar dan kuat pada impor Tiongkok senilai US$ 50 miliar pada Jumat (15/5), dan Beijing mengancam untuk menanggapi dengan cara yang sama.

Tetapi bahkan saat perkembangan mengancam akan memicu perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, pasar ekuitas sebagian besar mengabaikannya. Indeks acuan S&P 500.SPX berakhir turun hanya 0,1% pada Jumat.

Penurunan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan penurunan pada awal tahun yang dipicu oleh kekhawatiran perang perdagangan AS-Tiongkok yang akan merugikan pertumbuhan ekonomi.

"Pasar telah cukup 'mati rasa' untuk masalah tarif ini. Mereka menjadi lebih terbiasa dengan ini menjadi alat penyerang dan negosiasi pertama," kata Chuck Carlson, Chief Executive Officer di Horizon Investment Services, Hammond, Indiana.

Para investor pun kompak mengatakan, pasar telah tumbuh lebih terbiasa dengan gaya Trump, terutama ketika menyangkut masalah internasional.

"Pasar mulai terbiasa dengan presiden, cara presiden bernegosiasi, cara presiden mencoba membuktikan pendapatnya. Ada kesadaran yang berkembang tentang bagaimana presiden mencoba melakukan bisnis," kata Carlson. 

Tetapi tentunya, ada area-area tertentu di pasar yang tetap sensitif terhadap retorika tentang perdagangan.

Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS akan mulai mengumpulkan tarif pada tahap awal untuk 818 kategori produk Tiongkok pada 6 Juli mendatang.

"Ini semacam cry-wolf syndrome (sindrome alarm palsu) ," kata Presiden Chase Investment Counsel Peter Tuz di Charlottesville, Virginia. "Saya pikir orang takut tarif dan ketidakpastian tentang itu, tetapi kemudian berpikir, 'OK, ini hanyalah titik negosiasi.'"

Pada 1 Maret, S & P 500 turun 1,3% ketika Trump mengumumkan rencana untuk tarif besar pada impor baja dan aluminium untuk melindungi produsen AS. Kemudian pada Maret, S & P 500 jatuh lagi 2,1% pada hari lain dari ketegangan AS-Tiongkok yang semakin meningkat.

Sejauh ini, Trump telah mengambil tindakan kecil di luar tarif 25% pada baja dan 10% pada aluminium untuk impor dari Tiongkok, Uni Eropa, dan negara lain.

Sektor industri S & P 500. SPLRCI, yang mencakup perusahaan multi-nasional seperti pembuat pesawat Boeing (BA.N) dan produsen mesin berat Caterpillar, telah tertinggal pasar sejak kekhawatiran perang perdagangan berkobar pada Maret. Saham-saham industrial turun 0,25% pada Jumat, lebih buruk dari penurunan indeks yang lebih luas.

Saham baja .SPCOMSTEEL juga telah terdesak turun, karena investor mempertimbangkan manfaat dari tindakan perlindungan terhadap kekhawatiran perang dagang akan merusak permintaan global.

Investor otomotif juga telah dicambuk oleh kebijakan perdagangan. Potensi biaya baja yang lebih tinggi yang berasal dari tarif dapat merugikan pembuat mobil, sementara administrasi Trump telah meluncurkan penyelidikan keamanan nasional ke impor mobil dan truk yang dapat menyebabkan tarif baru AS.

"Prospek perang dagang cukup signifikan," kata Tuz. "Itu hanya ketidakpastian yang tidak perlu dihadapi oleh investor untuk waktu yang lama."
(dob) Next Article Trump Sesumbar Damai Dagang Hampir Final, Bursa AS Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular