Anjlok 79%, Ini Saham Paling Bawa Rugi Sepanjang 2018

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 June 2018 20:30
Saham PT Bakrie & Brothers Tbk Tbk (BNBR) menjadi saham dengan imbal hasil negatif terbesar sepanjang tahun 2018.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Bakrie & Brothers Tbk Tbk (BNBR) menjadi saham dengan imbal hasil negatif terbesar sepanjang tahun 2018. Sepanjang tahun ini, kerugian dari investasi saham BNBR mencapai 79,2%.

Mengutip Reuters, emiten yang termasuk dalam grup Bakrie ini memiliki 3 lini bisnis utama yakni manufaktur, infrastruktur, serta perdagangan, jasa, & investasi. Segmen manufaktur perusahaan berisi manufaktur komponen otomotif, material bangunan, sampai dengan pipa besi. Segmen infrastruktur perusahaan berisikan proyek-proyek jalan tol, pelabuhan, hingga infrastruktur telekomunikasi. Sementara itu, segmen perdagangan, jasa, dan investasi berisikan bisnis perdagangan bahan bakar, jasa manajemen dan konsultasi, serta investasi di perusahaan-perusahaan lainnya.

Anjloknya harga saham BNBR sebenarnya baru terjadi semenjak akhir Mei silam. Pada 31 Mei, BNBR resmi melakukan aksi korporasi berupa reverse stock split dengan rasio 10:1. Ini artinya, setiap 10 unit saham BNBR akan digabungkan menjadi 1 unit. Harga saham BNBR yang tadinya dihargai sebesar Rp 50/unit pun lantas naik menjadi Rp 500/unit. Harga saham BNBR langsung jeblok 24,8% kala itu (dari Rp 500/unit menjadi Rp 376/unit).

Sampai dengan akhir perdagangan tanggal 7 Juni kemarin, harga saham BNBR terus merosot turun. Pada saat itu, harga saham BNBR anjlok 34,6% (dari Rp 159/unit menjadi Rp 104/unit). Volume transaksi saham BNBR bahkan mencapai 10,9 juta unit, jauh melebihi rata-rata volume transaksi hariannya yang sebesar 194.142 unit saja.

Akibat harganya yang terus anjok, Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai otoritas pun menghentikan sementara perdagangan saham BNBR per tanggal 8 Mei. Hal tersebut berlaku di pasar reguler dan tunai.

"Tujuannya memberikan waktu yang memadai kepada pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam mengambil keputusan berinvestasi di saham BNBR," kata Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Lidia M Panjaitan dalam keterbukaan informasi.

Lantas, apa yang mendorong harga saham BNBR terjun bebas pasca reverse stock split? Nampaknya, investor kembali 'menghukum' perusahaan lantaran kinerja keuangannya yang begitu buruk.

Pada kuartal-I 2018, BNBR mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 336,71 miliar, membengkak dari rugi bersih kuartal I-2017 yang sebesar Rp 155,03 miliar. Secara operasional, bisnis BNBR sebenarnya masih bertumbuh.

Pada kuartal I-2018, pendapatan bersih BNBR tumbuh 45,78% menjadi Rp 746,39 miliar. Adapun beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 602,93 miliar. Alhasil, BNBR berhasil mencetak laba kotor sebesar Rp 143,46 miliar.

Namun, pada tiga bulan pertama tahun ini BNBR harus menaggung kerugian dari selisih kurs sebesar Rp 138,32 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu manajemen mendapatkan keuntungan selisih kurs sebesar Rp 90,26 miliar. Pos perubahan nilai wajar derivatif juga meningkat dari rugi sebesar Rp 99,7 miliar menjadi rugi Rp 175,58 miliar.

Di sisi lain, total utang perusahaan naik menjadi Rp 13,2 triliun pada kuartal-I 2018, dari Rp 12,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Kini, perusahaan sedang melakukan upaya restrukturisasi utang senilai Rp 9 triliun pada tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy) Next Article Grup Bakrie akan Bangun Proyek Pipa Gas Bumi Cirebon-Semarang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular