
Harga CPO Melemah Empat Hari Berturut-turut
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
07 June 2018 14:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Agustus 2018 di bursa derivatif Malaysia turun 0,46% di level MYR2.383/ton hingga pukul 13.30 WIB hari ini. Penurunan hari ini merupakan koreksi harga CPO 4 hari berturut-turut.
Pada perdagangan hari Senin (04/06/2018), harga CPO sudah turun lebih dari 1%. Apabila dihitung sejak akhir pekan lalu atau week-to-date (WTD), harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah anjlok sebesar 2,29% hingga saat ini.
Dari sisi fundamental memang tidak kondusif bagi pergerakan harga CPO. Pelaku pasar cenderung berekspektasi permintaan komoditas minyak kelapa sawit akan menurun pada Juni 2018. Pasalnya, ekspor minyak sawit yang seharusnya mendapat momentum penguatan menjelang Ramadhan dan Lebaran, malah cenderung loyo.
Pembeli biasanya menambah pembelian minyak sawit pada saat Ramadhan dan menjelang lebaran, namun kenyataan di lapangan ternyata jauh dari ekspektasi. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia tercatat turun 8,8% secara month-to-month (MtM) ke 1,2 juta ton pada bulan Mei 2018, mengutip data survei dari AmSpec Agri.
"Jika tren seperti ini berlanjut, eskpor Malaysia bulan Juni dapat menjadi lebih rendah daripada bulan Mei," tegas trader CPO yang berbasis di Kuala Lumpur, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/6/2018).
Dari Indonesia, pada Rabu (30/5/2018), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa ekspor minyak sawit RI pada Januari - April 2018 turun 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadi 10,24 juta ton.
GAPKI sendiri mengakui bahwa terjadi anomali pada periode April 2018, di mana biasanya permintaan minyak sawit naik signifikan di negara tujuan ekspor menjelang Lebaran. Namun, ternyata kenaikan permintaan di bulan keempat tahun ini hanya terjadi di negara-negara muslim, sementara ekspor ke India, Uni Eropa, dan AS anjlok.
Kemudian, harga minyak dunia yang sedang dalam tren menurun juga turut membebani harga CPO. Rendahnya harga sang emas hitam membuat produksi biodiesel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen berkurangnya permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel.
Sebagai informasi, harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) membukukan pelemahan hingga 1,21% ke US$64,73/barel pada perdagangan kemarin Rabu (6/6/2018).
Penyebabnya adalah cadangan minyak mentah AS yang naik 2,1 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 1 Juni, sepertil dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA), jauh melebihi ekspektasi analis yang mengestimasikan penurunan sebesar 1,8 juta barel.
Tidak hanya itu, EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak mentah mingguan Negeri Paman Sam juga kembali mencetak rekor baru sepanjang sejarah, di angka 10,8 juta barel per hari (bph) di sepanjang pekan lalu.
Terakhir, lesunya harga CPO juga dipengaruhi oleh dari pelemahan harga sang rival minyak kedelai kontrak pengiriman Juli 2018 di di Chicago Board of Trade, selama 3 hari berturut-turut hingga perdagangan kemarin Rabu (6/6/2018).
Seperti diketahui, harga CPO memang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Mahathir Berkuasa Lagi, Harga CPO Langsung Naik 1% Lebih
Pada perdagangan hari Senin (04/06/2018), harga CPO sudah turun lebih dari 1%. Apabila dihitung sejak akhir pekan lalu atau week-to-date (WTD), harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah anjlok sebesar 2,29% hingga saat ini.
|
Dari sisi fundamental memang tidak kondusif bagi pergerakan harga CPO. Pelaku pasar cenderung berekspektasi permintaan komoditas minyak kelapa sawit akan menurun pada Juni 2018. Pasalnya, ekspor minyak sawit yang seharusnya mendapat momentum penguatan menjelang Ramadhan dan Lebaran, malah cenderung loyo.
Pembeli biasanya menambah pembelian minyak sawit pada saat Ramadhan dan menjelang lebaran, namun kenyataan di lapangan ternyata jauh dari ekspektasi. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia tercatat turun 8,8% secara month-to-month (MtM) ke 1,2 juta ton pada bulan Mei 2018, mengutip data survei dari AmSpec Agri.
Dari Indonesia, pada Rabu (30/5/2018), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa ekspor minyak sawit RI pada Januari - April 2018 turun 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadi 10,24 juta ton.
GAPKI sendiri mengakui bahwa terjadi anomali pada periode April 2018, di mana biasanya permintaan minyak sawit naik signifikan di negara tujuan ekspor menjelang Lebaran. Namun, ternyata kenaikan permintaan di bulan keempat tahun ini hanya terjadi di negara-negara muslim, sementara ekspor ke India, Uni Eropa, dan AS anjlok.
Kemudian, harga minyak dunia yang sedang dalam tren menurun juga turut membebani harga CPO. Rendahnya harga sang emas hitam membuat produksi biodiesel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen berkurangnya permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel.
Sebagai informasi, harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) membukukan pelemahan hingga 1,21% ke US$64,73/barel pada perdagangan kemarin Rabu (6/6/2018).
Penyebabnya adalah cadangan minyak mentah AS yang naik 2,1 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 1 Juni, sepertil dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA), jauh melebihi ekspektasi analis yang mengestimasikan penurunan sebesar 1,8 juta barel.
Tidak hanya itu, EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak mentah mingguan Negeri Paman Sam juga kembali mencetak rekor baru sepanjang sejarah, di angka 10,8 juta barel per hari (bph) di sepanjang pekan lalu.
Terakhir, lesunya harga CPO juga dipengaruhi oleh dari pelemahan harga sang rival minyak kedelai kontrak pengiriman Juli 2018 di di Chicago Board of Trade, selama 3 hari berturut-turut hingga perdagangan kemarin Rabu (6/6/2018).
Seperti diketahui, harga CPO memang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Mahathir Berkuasa Lagi, Harga CPO Langsung Naik 1% Lebih
Most Popular