
Mahathir Berkuasa Lagi, Harga CPO Langsung Naik 1% Lebih
Houtmand P Saragih & Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
14 May 2018 13:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Juli 2018 di bursa derivatif Malaysia bergerak menguat 1,13% ke MYR2.415/ton, hingga pukul 12.30 WIB hari ini. Bursa Malaysia hari ini kembali dibuka setelah ditutup sejak hari Selasa (8/5) menyusul berlangsungnya pemilihan umum (pemilu) di Negeri Jiran tersebut.
Sebagai informasi, blok oposisi secara mengejutkan berhasil memenangi pemilu tahun ini, di mana kemudian Mahathir Mohamad selaku pemimpin aliansi oposisi menang dan dilantik sebagai Perdana Menteri anyar Malaysia.
Terpilihnya Mahathir, nampaknya membawa angin segar bagi pergerakan harga CPO. Pertama, meski sempat menyatakan bahwa Malaysia akan menegosiasikan kembali beberapa perjanjian pembangunan infrastruktur yang rencananya dibiayai oleh investasi China, Mahathir mengaku bahwa dirinya tidak bermasalah dengan program One Belt One Road (OBOR) selama tidak terlalu banyak kapal perang di daerahnya.
Pernyataan tersebut lantas memberikan sentimen positif masih akan terjaganya hubungan perdagangan Malaysia dan China, khususnya untuk ekspor CPO Malaysia ke Negeri Tirai Bambu. Pasalnya, proyek OBOR, atau jalur sutera modern, memang merupakan salah satu inisiatif strategis paling penting dari pemerintah China, dalam rangka membangun konektivitas dengan seluruh bagian dunia.
Kedua, pasca bergantinya pemerintahan ke tangan Mahathir secara tidak terduga, nilai tukar Ringgit Malaysia berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), akibat adanya potensi capital outflow.
Pelemahan mata uang Negeri Jiran memang pada umumnya akan diikuti oleh kenaikan harga CPO, seiring harga komoditas ini yang relatif lebih murah, dan akhirnya mampu meningkatkan permintaan dari importir.
Hingga siang ini, Ringgit Malaysia memang masih bergerak stabil cenderung menguat 0,08% ke 3,945, namun jangan lupa bahwa mata uang Negeri Jiran sudah tertekan hebat sejak awal April lalu. Tercatat Ringgit Malaysia sudah melemah 2,28% dalam rentang 2 April 2018-8 Mei 2018.
Selain itu, sentimen positif lainnya bagi penguatan harga CPO hari ini datang dari faktor fundamental, yakni stok minyak kelapa sawit Malaysia yang menurun 6,46% month-to-month (MtM) ke 2,17 juta ton, seperti dilansir dari data resmi Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Jumlah stok tersebut lebih sedikit dari konsensus yang dihimpun Reuters yang memprediksikan penurunan 4,1% MtM ke 2,23 juta ton.
Sementara itu, penurunan ekspor ternyata tidak separah yang diekspektasikan pasar. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia hanya turun 1,9% MtM ke 1,54 juta ton, lebih lunak dari konsensus Reuters yang memroyeksikan penurunan 5,5% ke 1,48 juta ton.
Tidak lupa, harga minyak mentah global yang sedang perkasa juga menjadi energi positif bagi penguatan harga CPO. Seperti diketahui, harga minyak menyentuh nilai tertingginya sejak November 2014, yakni di angka US$71,89/barel (lightsweet) dan US$78/barel (brent).
Rekor tersebut dicapai pekan lalu, pasca presiden AS Donald Trump memutuskan untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran, dan dipastikan akan memulihkan sanksi bagi Negeri Persia.
Kebutuhan minyak kelapa sawit untuk biodiesel diprediksikan akan melonjak, seiring peningkatan harga minyak mentah akan membuat produksi biodiesel menjadi lebih ekonomis.
Next Article India Siap Naikkan Tarif Impor Kedelai, Harga CPO Stagnan
Sebagai informasi, blok oposisi secara mengejutkan berhasil memenangi pemilu tahun ini, di mana kemudian Mahathir Mohamad selaku pemimpin aliansi oposisi menang dan dilantik sebagai Perdana Menteri anyar Malaysia.
![]() |
Pernyataan tersebut lantas memberikan sentimen positif masih akan terjaganya hubungan perdagangan Malaysia dan China, khususnya untuk ekspor CPO Malaysia ke Negeri Tirai Bambu. Pasalnya, proyek OBOR, atau jalur sutera modern, memang merupakan salah satu inisiatif strategis paling penting dari pemerintah China, dalam rangka membangun konektivitas dengan seluruh bagian dunia.
Kedua, pasca bergantinya pemerintahan ke tangan Mahathir secara tidak terduga, nilai tukar Ringgit Malaysia berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), akibat adanya potensi capital outflow.
Pelemahan mata uang Negeri Jiran memang pada umumnya akan diikuti oleh kenaikan harga CPO, seiring harga komoditas ini yang relatif lebih murah, dan akhirnya mampu meningkatkan permintaan dari importir.
Hingga siang ini, Ringgit Malaysia memang masih bergerak stabil cenderung menguat 0,08% ke 3,945, namun jangan lupa bahwa mata uang Negeri Jiran sudah tertekan hebat sejak awal April lalu. Tercatat Ringgit Malaysia sudah melemah 2,28% dalam rentang 2 April 2018-8 Mei 2018.
Selain itu, sentimen positif lainnya bagi penguatan harga CPO hari ini datang dari faktor fundamental, yakni stok minyak kelapa sawit Malaysia yang menurun 6,46% month-to-month (MtM) ke 2,17 juta ton, seperti dilansir dari data resmi Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Jumlah stok tersebut lebih sedikit dari konsensus yang dihimpun Reuters yang memprediksikan penurunan 4,1% MtM ke 2,23 juta ton.
Sementara itu, penurunan ekspor ternyata tidak separah yang diekspektasikan pasar. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia hanya turun 1,9% MtM ke 1,54 juta ton, lebih lunak dari konsensus Reuters yang memroyeksikan penurunan 5,5% ke 1,48 juta ton.
Tidak lupa, harga minyak mentah global yang sedang perkasa juga menjadi energi positif bagi penguatan harga CPO. Seperti diketahui, harga minyak menyentuh nilai tertingginya sejak November 2014, yakni di angka US$71,89/barel (lightsweet) dan US$78/barel (brent).
Rekor tersebut dicapai pekan lalu, pasca presiden AS Donald Trump memutuskan untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran, dan dipastikan akan memulihkan sanksi bagi Negeri Persia.
Kebutuhan minyak kelapa sawit untuk biodiesel diprediksikan akan melonjak, seiring peningkatan harga minyak mentah akan membuat produksi biodiesel menjadi lebih ekonomis.
Next Article India Siap Naikkan Tarif Impor Kedelai, Harga CPO Stagnan
Most Popular