Negara Arab Sebut Pemangkasan Produksi Minyak Perlu Berlanjut

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
04 June 2018 07:20
Negara-negara Arab menyerukan untuk mempertahankan kemitraan yang ada agar terus bisa beradaptasi dengan dinamika pasar.
Foto: Reuters
Riyadh, CNBC Indonesia - Para menteri energi dari negara-negara Arab yang tergabung dan tidak tergabung dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menekankan perlunya kerja sama berkelanjutan antara produsen minyak untuk memangkas pasokan minyak global yang seharusnya berakhir pada akhir 2018 mendatang.

Mengutip Reuters, kantor berita Kuwait melaporkan hal tersebut merupakan hasil pertemuan rapat yang dilakukan oleh menteri perminyakan negara yang tergabung dalam OPEC, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Aljazair serta negara non-OPEC Oman di Kuwait pada Sabtu (3/6/2018).

Pertemuan komite yang dikenal dengan nama The Joint OPEC/Non-OPEC Ministerial Monitoring Committee (JMMC) tersebut utamanya membahas serta memantau kepatuhan terhadap kesepakatan memangkas pasokan minyak global.

"Para menteri menekankan perlunya mempertahankan kerja sama yang ada dan melanjutkan kesuksesan upaya yang dilakukan oleh negara-negara yang berpartisipasi," ungkap JMMC, yang diterbitkan di Kuwait News Agency pada Minggu (4/6/2018), seperti dikutip Reuters.

JMMC menyerukan untuk mempertahankan kemitraan yang ada agar terus bisa beradaptasi dengan dinamika pasar, dalam mengejar kepentingan bersama baik konsumen dan produsen serta mendorong pertumbuhan ekonomi global yang sehat.

"Para menteri juga menekankan perlunya kondisi pasar sehat untuk merangsang investasi yang memadai di sektor energi," ujar JMCC.


Lebih lanjut, mereka ingin memastikan pasokan minyak yang stabil berlaku secara tepat waktu untuk memenuhi permintaan yang meningkat dan mengimbangi penurunan di beberapa bagian dunia.

Seperti diketahui, OPEC dan Rusia sepakat untuk memangkas produksi minyak sekitar 1,8 juta barel per hari (bph) sejak dari Januari 2017 lalu. Pemangkasan telah mendorong mendorong harga minyak hingga di atas US$80 per barel dan mengurangi kelebihan pasokan minyak global.

Kepada Reuters, sumber dari internal OPEC menyebut keputusan peningkatan produksi bisa diambil setelah bulan ini dalam rangka relaksasi pasar. Hal itu juga memperhatikan kekhawatiran atas pasokan dari Iran dan Venezuela, serta pandangan Washington atas kebijakan yang ada dinilai telah terlalu jauh.

Pembahasan lanjutan atas kebijakan itu akan dilakukan pada 22 Juni 2018 mendatang.
(prm) Next Article Sekali Pangkas, Trump dan Harga Minyak di Bawah Kendali Arab

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular