
Rilis 5 Data Ekonomi Berikut Patut Dicermati Investor
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 June 2018 23:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang bulan Mei, IHSG melemah tipis 0,18% ke level 5.983,59. Memasuki bulan yang baru, tentu ada harapan baru bagi para investor untuk dapat meraup untung di pasar saham.
Namun, IHSG baru akan naik jika sentimen yang ada mendukung, baik itu sentimen domestik maupun eksternal.
Dari sisi domestik, tim riset CNBC Indonesia merangkum rilis lima data ekonomi yang berpotensi menentukan arah pergerakan IHSG sepanjang pekan depan.
Senin - Nikkei PMI
Besok (4/6/2018), data Nikkei Purchasing Manager Index (PMI) periode Mei akan dirilis pada pukul 07:30 WIB. Data ini menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di Indonesia. Data ini menjadi penting mengingat sektor manufaktur merupakan sektor yang mempekerjakan banyak tenaga kerja (labor-intensive), sehingga perbaikan di sektor ini mengindikasikan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Senin - Inflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi periode Mei pada pukul 11:00 WIB esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Mei secara MtM sebesar 0,26%, sementara inflasi secara YoY diproyeksikan sebesar 3,3%.
Jika ada kejutan dari data ini, maka persepsi mengenai membaiknya konsumsi rumah tangga bisa timbul dan mendorong harga saham-saham sektor barang konsumsi untuk naik.
Rabu - Indeks Keyakinan Konsumen
Pada hari Rabu (6/6/2018), Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Mei. Data ini menggambarkan optimisme masyarakat Indonesia terhadap kondisi perekonomian saat ini dan pada beberapa bulan mendatang.
Sebagai catatan, IKK sepanjang 3 bulan pertama tahun ini terus turun, walaupun masih berada di level yang optimis (di atas 100). Barulah IKK bulan April tercatat naik menjadi 122,2, dari yang sebelumnya 121,6.
Jika ada kejutan dari data ini, maka lagi-lagi saham sektor barang konsumsi bisa mendapatkan momentum.
Kamis - Indeks Penjualan Ritel
Pada hari Kamis (7/6/2018), Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data indeks penjualan ritel periode April. Pada bulan Maret, data yang menggambarkan penjualan barang-barang ritel di Indonesia ini terbilang mengecewakan.
Sepanjang Maret, penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh sebesar 2,5% YoY, jauh lebih rendah ketimbang capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,2% YoY. Data untuk 2 bulan sebelumnya (Januari dan Februari) juga tercatat lebih rendah dibandingkan capaian periode yang sama tahun 2017.
Kabar baik dari rilis data ini tentu akan membuat saham-saham sektor barang konsumsi menjadi menarik.
Jumat - Cadangan Devisa
Pada hari Jumat (8/6/2018), Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data cadangan devisa periode Mei. Sebelumnya per akhir April, cadangan devisa tercatat turun sebesar US$ 1,14 miliar menjadi US$ 124,86 miliar, dari yang sebelumnya US$ 126 miliar per akhir Maret. Posisi cadangan devisa per akhir April merupakan yang terendah sejak Juni 2017.
Tergerusnya cadangan devisa salah satunya disebabkan oleh intervensi yang dilakukan oleh bank sentral di pasar valuta asing. Hal ini membuat investor waspada dalam menghadapi rilis data cadangan devisa periode Mei. Pasalnya, ada ekspektasi bahwa cadangan devisa bulan Mei akan tergerus lebih banyak, seiring dengan pelemahan rupiah yang sudah terjadi sejak awal bulan. Pada bulan April, tekanan terhadap rupiah baru dimulai pada pertengahan bulan.
(ank/prm) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Namun, IHSG baru akan naik jika sentimen yang ada mendukung, baik itu sentimen domestik maupun eksternal.
Dari sisi domestik, tim riset CNBC Indonesia merangkum rilis lima data ekonomi yang berpotensi menentukan arah pergerakan IHSG sepanjang pekan depan.
Besok (4/6/2018), data Nikkei Purchasing Manager Index (PMI) periode Mei akan dirilis pada pukul 07:30 WIB. Data ini menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di Indonesia. Data ini menjadi penting mengingat sektor manufaktur merupakan sektor yang mempekerjakan banyak tenaga kerja (labor-intensive), sehingga perbaikan di sektor ini mengindikasikan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Senin - Inflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi periode Mei pada pukul 11:00 WIB esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Mei secara MtM sebesar 0,26%, sementara inflasi secara YoY diproyeksikan sebesar 3,3%.
Jika ada kejutan dari data ini, maka persepsi mengenai membaiknya konsumsi rumah tangga bisa timbul dan mendorong harga saham-saham sektor barang konsumsi untuk naik.
Rabu - Indeks Keyakinan Konsumen
Pada hari Rabu (6/6/2018), Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Mei. Data ini menggambarkan optimisme masyarakat Indonesia terhadap kondisi perekonomian saat ini dan pada beberapa bulan mendatang.
Sebagai catatan, IKK sepanjang 3 bulan pertama tahun ini terus turun, walaupun masih berada di level yang optimis (di atas 100). Barulah IKK bulan April tercatat naik menjadi 122,2, dari yang sebelumnya 121,6.
Jika ada kejutan dari data ini, maka lagi-lagi saham sektor barang konsumsi bisa mendapatkan momentum.
Kamis - Indeks Penjualan Ritel
Pada hari Kamis (7/6/2018), Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data indeks penjualan ritel periode April. Pada bulan Maret, data yang menggambarkan penjualan barang-barang ritel di Indonesia ini terbilang mengecewakan.
Sepanjang Maret, penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh sebesar 2,5% YoY, jauh lebih rendah ketimbang capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,2% YoY. Data untuk 2 bulan sebelumnya (Januari dan Februari) juga tercatat lebih rendah dibandingkan capaian periode yang sama tahun 2017.
Kabar baik dari rilis data ini tentu akan membuat saham-saham sektor barang konsumsi menjadi menarik.
Jumat - Cadangan Devisa
Pada hari Jumat (8/6/2018), Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data cadangan devisa periode Mei. Sebelumnya per akhir April, cadangan devisa tercatat turun sebesar US$ 1,14 miliar menjadi US$ 124,86 miliar, dari yang sebelumnya US$ 126 miliar per akhir Maret. Posisi cadangan devisa per akhir April merupakan yang terendah sejak Juni 2017.
Tergerusnya cadangan devisa salah satunya disebabkan oleh intervensi yang dilakukan oleh bank sentral di pasar valuta asing. Hal ini membuat investor waspada dalam menghadapi rilis data cadangan devisa periode Mei. Pasalnya, ada ekspektasi bahwa cadangan devisa bulan Mei akan tergerus lebih banyak, seiring dengan pelemahan rupiah yang sudah terjadi sejak awal bulan. Pada bulan April, tekanan terhadap rupiah baru dimulai pada pertengahan bulan.
(ank/prm) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular