
Hai Investor! Ini Sektor Saham Pilihan untuk Bulan Juni
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 June 2018 13:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki bulan Juni, sebuah periode yang berat sudah berada di hadapan para investor. Pasalnya sepanjang bulan Mei, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berada dalam tekanan. Sepanjang bulan lalu, IHSG melemah tipis 0,18% ke level 5.983,59.
Sentimen eksternal dan domestik memang kurang mendukung bagi IHSG. Dari sisi eksternal, berbagai sentimen negatif seperti sempat dibatalkannya rencana pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, serta krisis politik di Italia telah menekan laju IHSG.
Dari dalam negeri, penyebab loyonya bursa saham adalah dinaikannya suku bunga acuan sebesar 25bps pada hari Rabu (30/5/2018) oleh Bank Indonesia (BI), menandai kenaikan kedua dalam satu bulan setelah sebelumnya kebijakan serupa diambil pada 17 Mei.
Kenaikan suku bunga acuan dianggap berpotensi memperlambat laju perekonomian Indonesia, seiring dengan suku bunga kredit yang sangat mungkin dinaikkan oleh perbankan. Ketika suku bunga kredit rendah saja, penyalurannya sudah terbilang lemah; BI mencatat pertumbuhan kredit perbankan hanya mencapai 8,5% YoY per akhir Maret 2018, lebih rendah dibandingkan posisi Maret 2017 sebesar 9,2% YoY.
Realisasi tersebut juga jauh di bawah target BI untuk tahun ini yang berada di kisaran dua digit. Hal ini tentu bukan berita baik bagi pasar saham.
Terlebih jika berkaca kepada sejarah, bulan Juni bukan merupakan bulan yang buruk untuk bertransaksi di bursa saham. Secara rata-rata dalam lima tahun terakhir (2013-2017), IHSG memberikan kerugian sebesar 0,98% secara bulanan (MoM) pada bulan Juni.
Namun, bukan berarti investor harus benar-benar menjauhi bursa saham sepanjang bulan Juni. Walaupun imbal hasil IHSG negatif, bukan berarti imbal hasil seluruh sektor saham ikut negatif.
Berikut rata-rata imbal hasil 10 sektor saham sepanjang bulan Juni dalam lima tahun terakhir.
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa sektor aneka industri serta infrastruktur & transportasi memberikan imbal hasil positif yang paling tinggi sepanjang bulan Juni, masing-masing sebesar 1,85% MoM dan 1,1% MoM. Sementara itu, delapan sektor saham lainnya memberikan imbal hasil negatif secara rata-rata pada bulan Juni, dipimpin oleh sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan (-3,99% MoM).
Beberapa saham sektor aneka industri serta infrastruktur & transportasi yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan bisa dilirik oleh investor diantaranya: PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Sektor Barang Konsumsi Juga Patut Dilirik
Selain dua sektor yang sudah disebutkan di atas, sektor barang konsumsi juga layak dilirik oleh pelaku pasar. Walaupun secara rata-rata sektor ini memberikan imbal hasil negatif sebesar 1,34% pada bulan Juni, ada katalis yang bisa mengangkat kinerja emiten-emiten di sektor barang konsumsi.
Katalis yang dimaksud adalah anggaran senilai Rp 35,76 triliun untuk membayar THR, gaji ke-13 bagi PNS, serta pensiunan. Nilai ini membengkak hingga 55,5% jika dibandingkan anggaran penyaluran THR dan gaji ke-13 PNS tahun lalu yang hanya sekitar Rp 23 triliun.
"Sesuai UU 17/2017 dianggarkan THR, pensiunan dan tunjangan ke-13 sebesar Rp 35,76 triliun," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Merdeka, Selasa (23/5/2018).
THR akan dibayarkan paling lambat awal bulan Juni, sementara gaji ke-13 akan disalurkan pada bulan Juli.
Besarnya anggaran tersebut tentu memberikan suntikan bagi daya beli bagi masyarakat serta berpotensi mendorong konsumsi mereka. Sebagai catatan, sepanjang tahun ini konsumsi masyarakat terbilang lesu. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%.
Implikasinya terlihat jelas di pasar modal: saham-saham sektor barang konsumsi dilepas oleh pelaku pasar. Sepanjang tahun ini (sampai dengan penutupan perdagangan 31 Mei), indeks saham sektor barang konsumsi telah terkoreksi hingga 13,6%. Kini, saham-saham sektor barang konsumsi berpotensi untuk melakukan 'balas dendam' atas kekalahan yang sudah diderita sepanjang tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Rupiah dan BBM Bikin 2 Sektor Saham Ini Tak Berdaya
Sentimen eksternal dan domestik memang kurang mendukung bagi IHSG. Dari sisi eksternal, berbagai sentimen negatif seperti sempat dibatalkannya rencana pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, serta krisis politik di Italia telah menekan laju IHSG.
Dari dalam negeri, penyebab loyonya bursa saham adalah dinaikannya suku bunga acuan sebesar 25bps pada hari Rabu (30/5/2018) oleh Bank Indonesia (BI), menandai kenaikan kedua dalam satu bulan setelah sebelumnya kebijakan serupa diambil pada 17 Mei.
Realisasi tersebut juga jauh di bawah target BI untuk tahun ini yang berada di kisaran dua digit. Hal ini tentu bukan berita baik bagi pasar saham.
Terlebih jika berkaca kepada sejarah, bulan Juni bukan merupakan bulan yang buruk untuk bertransaksi di bursa saham. Secara rata-rata dalam lima tahun terakhir (2013-2017), IHSG memberikan kerugian sebesar 0,98% secara bulanan (MoM) pada bulan Juni.
Namun, bukan berarti investor harus benar-benar menjauhi bursa saham sepanjang bulan Juni. Walaupun imbal hasil IHSG negatif, bukan berarti imbal hasil seluruh sektor saham ikut negatif.
Berikut rata-rata imbal hasil 10 sektor saham sepanjang bulan Juni dalam lima tahun terakhir.
![]() |
Beberapa saham sektor aneka industri serta infrastruktur & transportasi yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan bisa dilirik oleh investor diantaranya: PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Sektor Barang Konsumsi Juga Patut Dilirik
Selain dua sektor yang sudah disebutkan di atas, sektor barang konsumsi juga layak dilirik oleh pelaku pasar. Walaupun secara rata-rata sektor ini memberikan imbal hasil negatif sebesar 1,34% pada bulan Juni, ada katalis yang bisa mengangkat kinerja emiten-emiten di sektor barang konsumsi.
Katalis yang dimaksud adalah anggaran senilai Rp 35,76 triliun untuk membayar THR, gaji ke-13 bagi PNS, serta pensiunan. Nilai ini membengkak hingga 55,5% jika dibandingkan anggaran penyaluran THR dan gaji ke-13 PNS tahun lalu yang hanya sekitar Rp 23 triliun.
"Sesuai UU 17/2017 dianggarkan THR, pensiunan dan tunjangan ke-13 sebesar Rp 35,76 triliun," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Merdeka, Selasa (23/5/2018).
THR akan dibayarkan paling lambat awal bulan Juni, sementara gaji ke-13 akan disalurkan pada bulan Juli.
Besarnya anggaran tersebut tentu memberikan suntikan bagi daya beli bagi masyarakat serta berpotensi mendorong konsumsi mereka. Sebagai catatan, sepanjang tahun ini konsumsi masyarakat terbilang lesu. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%.
Implikasinya terlihat jelas di pasar modal: saham-saham sektor barang konsumsi dilepas oleh pelaku pasar. Sepanjang tahun ini (sampai dengan penutupan perdagangan 31 Mei), indeks saham sektor barang konsumsi telah terkoreksi hingga 13,6%. Kini, saham-saham sektor barang konsumsi berpotensi untuk melakukan 'balas dendam' atas kekalahan yang sudah diderita sepanjang tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Rupiah dan BBM Bikin 2 Sektor Saham Ini Tak Berdaya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular