
IHSG Bulan Mei: Infrastruktur Terburuk, Pertambangan Terbaik
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 June 2018 12:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Mei terbukti menjadi bulan yang penuh tantangan bagi pasar saham Indonesia. Sepanjang bulan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,18% ke level 5.983,59.
Sektor infrastruktur dan transportasi menjadi sektor dengan performa terburuk jika dibandingkan dengan sembilan sektor saham penghuni IHSG lainnya (-4,46% MoM), disusul oleh sektor agrikultur yang anjlok sebesar 4,2%.
Sementara itu, sektor pertambangan memberikan imbal hasil tertinggi, yakni sebesar 6,02%.
Ambil Untung Saham TLKM
Pelemahan sektor infrastruktur dan transportasi dimotori oleh anjloknya harga saham PT Telekomonukasi Indonesia Tbk (TLKM) yang merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor tersebut. Harga saham TLKM anjlok hingga 8,1% ke level Rp 3.520/saham.
Turunnya harga saham TLKM nampak disebabkan oleh aksi ambil untung. Terhitung sejak akhir Maret hingga awal Mei, harga saham TLKM telah melejit hingga 7,5% (dari Rp 3.600/saham menjadi Rp 3.870/saham). Sentimen positif bagi saham TLKM datang dari dimasukkannya saham ini ke dalam indeks acuan racikan FTSE International Limited, yakni indeks FTSE Value-Stocks ASEAN.
Investor juga melakukan aksi beli kala itu lantaran didorong oleh kehadiran bulan Ramadan. Sebagai operator dengan cakupan jaringan terluas di Indonesia, kinerja keuangan TLKM diharapkan akan terkerek pada bulan Ramadan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan atas jasa telekomunikasi.
Terkerek Harga Batu Bara
Di sisi lain, kinclongnya performa sektor pertambangan dipicu oleh meroketnya harga batu bara. Sepanjang bulan mei, harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan menguat 10,8% ke US$110,15/metrik ton yang merupakan titik tertingginya di tahun ini. Sebagai perbandingan, harga rata-rata batu bara pada April 2018 lalu masih berada di kisaran US$93,61/metrik ton.
Perkasanya harga batu bara didukung oleh stok komoditas ini yang semakin ketat di Negeri Tirai Bambu. Mengutip data China Coal Resource, stok batu bara per 25 Mei 2018 di enam pembangkit listrik utama China menurun ke kapasitas 16 hari penggunaan, atau setara dengan 12,41 juta ton. Angka itu merupakan level terendah sejak 9 Februari 2018 lalu.
Stok yang menipis tersebut dipicu oleh penggunaan batu bara di enam pembangkit listrik utama China yang sudah meningkat 26% secara year-on-year (YoY) per hari tanggal 25 Mei lalu. Hal ini disebabkan oleh datangnya periode heatwave (cuaca panas) yang lebih panas dari biasanya di dataran China, sehingga meningkatkan intensitas penggunaan listrik untuk alat pendingin ruangan.
Saham-saham emiten pertambangan batu bara yang membukukan kenaikan harga sepanjang bulan lalu diantaranya: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+2,7%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+9,2%), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (+17,3%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article AS-Iran Tegang, 4 Saham Tambang Batu Bara Terbang
Sektor infrastruktur dan transportasi menjadi sektor dengan performa terburuk jika dibandingkan dengan sembilan sektor saham penghuni IHSG lainnya (-4,46% MoM), disusul oleh sektor agrikultur yang anjlok sebesar 4,2%.
Sementara itu, sektor pertambangan memberikan imbal hasil tertinggi, yakni sebesar 6,02%.
![]() |
Ambil Untung Saham TLKM
Pelemahan sektor infrastruktur dan transportasi dimotori oleh anjloknya harga saham PT Telekomonukasi Indonesia Tbk (TLKM) yang merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor tersebut. Harga saham TLKM anjlok hingga 8,1% ke level Rp 3.520/saham.
Investor juga melakukan aksi beli kala itu lantaran didorong oleh kehadiran bulan Ramadan. Sebagai operator dengan cakupan jaringan terluas di Indonesia, kinerja keuangan TLKM diharapkan akan terkerek pada bulan Ramadan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan atas jasa telekomunikasi.
Terkerek Harga Batu Bara
Di sisi lain, kinclongnya performa sektor pertambangan dipicu oleh meroketnya harga batu bara. Sepanjang bulan mei, harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan menguat 10,8% ke US$110,15/metrik ton yang merupakan titik tertingginya di tahun ini. Sebagai perbandingan, harga rata-rata batu bara pada April 2018 lalu masih berada di kisaran US$93,61/metrik ton.
Perkasanya harga batu bara didukung oleh stok komoditas ini yang semakin ketat di Negeri Tirai Bambu. Mengutip data China Coal Resource, stok batu bara per 25 Mei 2018 di enam pembangkit listrik utama China menurun ke kapasitas 16 hari penggunaan, atau setara dengan 12,41 juta ton. Angka itu merupakan level terendah sejak 9 Februari 2018 lalu.
Stok yang menipis tersebut dipicu oleh penggunaan batu bara di enam pembangkit listrik utama China yang sudah meningkat 26% secara year-on-year (YoY) per hari tanggal 25 Mei lalu. Hal ini disebabkan oleh datangnya periode heatwave (cuaca panas) yang lebih panas dari biasanya di dataran China, sehingga meningkatkan intensitas penggunaan listrik untuk alat pendingin ruangan.
Saham-saham emiten pertambangan batu bara yang membukukan kenaikan harga sepanjang bulan lalu diantaranya: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+2,7%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+9,2%), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (+17,3%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article AS-Iran Tegang, 4 Saham Tambang Batu Bara Terbang
Most Popular