
BI Naikkan Bunga, Investor Saham Ambil Untung
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
31 May 2018 08:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil pada Rabu (30/5) dan memutuskan menaikkan lagi suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75%.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berharap kenaikan suku bunga ini dapat membuat nilai tukar mata uang Garuda semakin perkasa di pasar.
Kendati demikian, setelah dinaikkannya suku bunga, rupiah belum menunjukkan penguatan signifikan. Selain itu, alih-alih menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut ditutup melemah 0,94% ke level 6.011,06.
Menurut Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji, jika dicermati kronologisnya, pelemahan IHSG hari Rabu merupakan bentuk aksi profit taking (ambil untung) yang dilakukan investor setelah reli tiga hari berturut-turut.
"Ketika hasil RDG diumumkan, IHSG kan sempat menguat, lalu perlahan terkoreksi, ini disebabkan aksi investor yang melakukan profit taking dari sentimen kenaikan suku bunga tersebut," ujar Nafan kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Rabu (30/5).
Selain profit taking, lanjut Nafan, perkembangan situasi global, khususnya kondisi politik di Italia membuat investor khawatir. Mayoritas bursa saham utama dunia terkoreksi.
Meski demikian, Nafan mengatakan, koreksi yang sedang terjadi sekarang hanya sebatas kekhawatiran sesaat. Investor di pasar saham Indonesia sudah lebih tangguh dalam menghadapi situasi seperti saat ini.
Adapun, menghadapi situasi IHSG saat ini, utamanya menjelang libur panjang Lebaran, investor disarankan untuk bermain aman, dengan tidak mengambil posisi terlalu besar di pasar saham.
"Market sekarang ini kan masih agak bearish, risiko global masih cenderung meningkat. Jadi strateginya ya jaga posisi (di pasar saham), jangan sampai tidak punya posisi, tapi jangan juga punya terlalu besar posisi," terang pengamat pasar modal Satrio Utomo kepada CNBC Indonesia ketika dihubungi Rabu (30/5).
Selain itu, Satrio juga memberi saran agar pelaku pasar menyimak tren pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka pendek.
"Kalau sampai akhir perdagangan sebelum libur Lebaran dimulai IHSG di atas 6.000, berarti punya posisi banyak di pasar saham bisa menguntungkan, tetapi kalau IHSG ditutup di bawah 6.000, terlalu berisiko jika posisi tidak diamankan," kata Satrio.
(prm) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berharap kenaikan suku bunga ini dapat membuat nilai tukar mata uang Garuda semakin perkasa di pasar.
Kendati demikian, setelah dinaikkannya suku bunga, rupiah belum menunjukkan penguatan signifikan. Selain itu, alih-alih menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut ditutup melemah 0,94% ke level 6.011,06.
"Ketika hasil RDG diumumkan, IHSG kan sempat menguat, lalu perlahan terkoreksi, ini disebabkan aksi investor yang melakukan profit taking dari sentimen kenaikan suku bunga tersebut," ujar Nafan kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Rabu (30/5).
Selain profit taking, lanjut Nafan, perkembangan situasi global, khususnya kondisi politik di Italia membuat investor khawatir. Mayoritas bursa saham utama dunia terkoreksi.
Meski demikian, Nafan mengatakan, koreksi yang sedang terjadi sekarang hanya sebatas kekhawatiran sesaat. Investor di pasar saham Indonesia sudah lebih tangguh dalam menghadapi situasi seperti saat ini.
Adapun, menghadapi situasi IHSG saat ini, utamanya menjelang libur panjang Lebaran, investor disarankan untuk bermain aman, dengan tidak mengambil posisi terlalu besar di pasar saham.
"Market sekarang ini kan masih agak bearish, risiko global masih cenderung meningkat. Jadi strateginya ya jaga posisi (di pasar saham), jangan sampai tidak punya posisi, tapi jangan juga punya terlalu besar posisi," terang pengamat pasar modal Satrio Utomo kepada CNBC Indonesia ketika dihubungi Rabu (30/5).
Selain itu, Satrio juga memberi saran agar pelaku pasar menyimak tren pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka pendek.
"Kalau sampai akhir perdagangan sebelum libur Lebaran dimulai IHSG di atas 6.000, berarti punya posisi banyak di pasar saham bisa menguntungkan, tetapi kalau IHSG ditutup di bawah 6.000, terlalu berisiko jika posisi tidak diamankan," kata Satrio.
(prm) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular