Harga Minyak Berbalik Arah, Brent Naik Hingga 1%

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
30 May 2018 19:57
Di waktu yang sama, light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) juga naik 0,57% ke US$67,11/barel.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak mulai berubah arah, di mana brent yang menjadi acuan di Eropa berbalik menguat 0,97% ke US$76,12/barel hingga pukul 19.30 ini. Di waktu yang sama, light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) juga naik 0,69% ke US$67,19/barel.

Harga minyak dunia berpotensi memutus tren pelemahannya, dipicu oleh sentimen masih ketatnya pasokan minyak dunia, ekspektasi menurunnya cadangan minyak mentah AS, dan melemahnya mata uang Negeri Paman Sam.

Harga Minyak Berbalik Arah, Brent Naik Hingga 1%Foto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Sebelumnya, harga sang emas hitam sempat tertekan hebat sejak peningkatan produksi minyak mentah anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC sebesar 1 juta barel per hari (bph). Kebijakan itu dicanangkan Rusia dan Arab Saudi dalam rangka mendinginkan harga minyak yang melambung akibat disrupsi pasokan di Venezuela dan Iran.

Sebagai catatan, di sepanjang pekan lalu, brent dan light sweet kompak ditutup melemah signifikan, masing-masing sebesar 2,64% dan 4,77%. Light sweet bahkan sempat menyentuh titik terendahnya sejak pertengahan April 2018 pada perdagangan kemarin.

Meski demikian, hari ini harga minyak mendapatkan suntikan energi positif dan mampu melenggang ke zona hijau. Pertama, cadangan minyak mentah AS pada pekan lalu. Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, cadangan minyak sang negeri adidaya diestimasikan menurun sebesar 1,8 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 25 Mei 2018.

Data cadangan minyak mentah versi American Petroleum Institute (API) akan dirilis besok Kamis (31/04/2018) pukul 04.30 WIB, sementara data resmi dari Pemerintah AS akan diumumkan pada besok di hari yang sama pukul 22.00 WIB.

Kedua, sejumlah analis menyatakan bahwa detil rencana Negeri Beruang Merah dan Negeri Padang Pasir untuk menggenjot produksi minyak mentahnya masih belum jelas, setidaknya untuk saat ini. Padahal, kondisi pasokan global, khususnya di negara-negara maju, sudah semakin ketat.

"Kejelasan (peningkatan produksi) kemungkinan akan memakan cukup banyak waktu," jelas JBC Energy, seperti dikutip dari CNBC International, Rabu (30/5/2018).

OPEC nampaknya baru akan mengumumkan detil rencananya pada pertemuan rutin di Vienna yang akan diselenggarakan pada 22 Juni mendatang.

Sebagai tambahan, analis dari Credit Suisse berpendapat bahwa meskipun Rusia dan OPEC meningkatkan produksi minyak mentahnya, mereka hanya akan menambah pasokan global sekitar 500.000 bph, seperti dilansir dari CNBC International pada hari Selasa (29/5/2018).

Jumlah sebesar itu dinilai tidak akan berdampak cukup signifikan, dan tetap membuat cadangan minyak di negara-negara maju lebih rendah dari rata-rata 5 tahun terakhir, pada akhir 2018.

Ketiga, indeks dolar AS, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, tercatat bergerak melemah hingga 0,62% hingga pukul 19.21 WIB hari ini. Penyebabnya adalah kisruh geopolitik yang sedang terjadi di Italia. Pelemahan ini lantas menyebabkan komoditas minyak yang diperdagangkan dengan dolar AS menjadi relatif lebih murah, sehingga mampu menggenjot permintaan komoditas energi utama dunia ini.  


(hps) Next Article Aktivitas Pengeboran AS Meningkat, Harga Minyak Melandai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular