
Bagaimana Dampak Krisis Politik Italia ke Indonesia?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 May 2018 12:25

Belajar dari peristiwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa (yang dikenal dengan sebutan Brexit), dampaknya adalah guncangan terhadap pasar keuangan global. Saat Brexit terjadi pada 2016, indeks MSCI Asia Pasifik (kecuali Jepang) anjlok cukup dalam. Indeks ini melaju cukup kencang pada awal tahun, sebelum terjun begitu memasuki Juli.
Sebagai informasi, jajak pendapat untuk Brexit digelar pada 23 Juni.
Bursa Wall Street juga anjlok pada akhir Juni, disebabkan oleh sentimen negatif Brexit. Bahkan koreksi tiga indeks utama kala itu cukup dalam.
Sentimen Brexit juga menjadi pemberat bursa Asia, termasuk Indonesia. Pada akhir Juni 2016, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi lumayan dalam.
Namun, dampak negatif Brexit tidak bertahan lama. Indeks MSCI Asia Pasifik (kecuali Jepang) mampu bangkit setelah peristiwa Brexit. Bahkan sepanjang 2016, indeks ini berhasil membukukan kenaikan sampai 7,06%.
IHSG pun demikian. Sepanjang 2016, IHSG mampu menguat lebih signifikan, yaitu mencapai 16,57%.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pun sama. Memang sempat ada lonjakan setelah keputusan Brexit, tetapi kemudian rupiah pulih. Sepanjang 2016, rupiah menguat 2,6% di hadapan greenback.
Oleh karena itu, berkaca pada pengalaman Brexit, dampak terhadap pasar keuangan global (termasuk Indonesia) hanya bersifat temporer. Setelah itu, pasar keuangan akan pulih kecuali jika kemudian ada sentimen negatif lanjutan.
Situasi yang hampir serupa terjadi kala Italia mengalami krisis fiskal pada 2010. Rupiah memang beberapa kali sempat berada dalam jalur pendakian akibat sentimen negatif krisis fiskal Benua Biru. Namun sentimen itu tidak bertahan lama, dan rupiah justru cenderung menguat dan terapresiasi 4,84% sepanjang 2010.
IHSG pun bergerak dengan pola yang sama. Sempat beberapa kali tertekan karena isu krisis Eropa, IHSG mampu mendaki dan membukukan penguatan 30,91% selama 2010.
Seperti halnya Brexit, ternyata krisis fiskal pun dampaknya relatif terbatas bagi pasar keuangan Indonesia. Dampaknya tidak bisa dibilang tidak ada, tetapi temporer.
Dari sisi perdagangan, Italia juga bukan mitra yang sebesar China, Jepang, atau AS. Sepanjang 2017, nilai ekspor Indonesia ke Italia adalah US$ 1,94 miliar. Jauh di bawah negara-negara mitra dagang utama seperti China (US$ 23,05 miliar), Jepang (US$ 17,79 miliar), atau AS (US$ 17,78 miliar).
Namun, hal-hal tersebut adalah pandangan di atas kertas dengan asumsi ceteris paribus. Jika situasi Italia menjalar dan berkembang menjadi hal yang lebih luas (misalnya keruntuhan Uni Eropa dan mata uang euro pada skenario ekstrem), maka dampaknya akan berbeda. Pasar keuangan dan arus perdagangan global bisa saja kolaps.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Sebagai informasi, jajak pendapat untuk Brexit digelar pada 23 Juni.
![]() |
![]() |
![]() |
IHSG pun demikian. Sepanjang 2016, IHSG mampu menguat lebih signifikan, yaitu mencapai 16,57%.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pun sama. Memang sempat ada lonjakan setelah keputusan Brexit, tetapi kemudian rupiah pulih. Sepanjang 2016, rupiah menguat 2,6% di hadapan greenback.
![]() |
Situasi yang hampir serupa terjadi kala Italia mengalami krisis fiskal pada 2010. Rupiah memang beberapa kali sempat berada dalam jalur pendakian akibat sentimen negatif krisis fiskal Benua Biru. Namun sentimen itu tidak bertahan lama, dan rupiah justru cenderung menguat dan terapresiasi 4,84% sepanjang 2010.
IHSG pun bergerak dengan pola yang sama. Sempat beberapa kali tertekan karena isu krisis Eropa, IHSG mampu mendaki dan membukukan penguatan 30,91% selama 2010.
![]() |
Dari sisi perdagangan, Italia juga bukan mitra yang sebesar China, Jepang, atau AS. Sepanjang 2017, nilai ekspor Indonesia ke Italia adalah US$ 1,94 miliar. Jauh di bawah negara-negara mitra dagang utama seperti China (US$ 23,05 miliar), Jepang (US$ 17,79 miliar), atau AS (US$ 17,78 miliar).
Namun, hal-hal tersebut adalah pandangan di atas kertas dengan asumsi ceteris paribus. Jika situasi Italia menjalar dan berkembang menjadi hal yang lebih luas (misalnya keruntuhan Uni Eropa dan mata uang euro pada skenario ekstrem), maka dampaknya akan berbeda. Pasar keuangan dan arus perdagangan global bisa saja kolaps.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular