
Agus Marto: Dolar AS di 2013 Rp 9.700, Sekarang Rp 14.000
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 May 2018 14:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memberikan penjelasan lebih jauh mengenai kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini terus tertekan. Ketika Agus Marto menjabat sebagai Gubernur BI pada 2013, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kala itu hanya Rp 9.700.
"Jadi memang kalau BI di saat saya masuk Rp 9.700 sekarang Rp 13.000, bahkan sekarang Rp 14.000. Ini tidak bisa dihindar karena ada faktor kita sejak 2012 transaksi berjaan defisit terus," kata Agus dalam rapat kerja bersama Komisi XI di gedung parlemen, Jakarta, Selasa (22/5/2018).
Menurut Agus, pada 2013-2014 defisit transaksi berjalan bisa mencapai US$ 29 miliar. Namun sampai saat ini terus terjaga.
"Sekarang dua tahun terakhir terjaga US$ 17 miliar. Dan di 2018 bisa naik ke US$ 23 miliar," terang Agus.
"Jadi defisit ini akan membuat rupiah melemah. Tapi kalau ada incoming uang masuk, tak mungkin melemah. Tapi kalau ada gonjang ganjing ini tidak bisa dihindarkkan," imbuh Agus.
Lebih jauh Agus Marto menjelaskan selama periode perjalanan rupiah, mata uang kebanggan Indonesia ini memang pernah melalui naik turun.
"Kalau dilihat dari awal, kita harus ingat ketika kita baru merdeka di periode orde lama rupiah pernah 3 kali sanering. Kemudian dibelah juga jadi 2. Yang setengah jadi bond, dan bernilai. Jadi uang jadi setengahnya," katanya.
Namun Agus menegaskan kestabilan dan penguatan rupiah bukan hal mustahil. Asalkan ada beberapa poin yang harus dibenahi.
"Pertama kita yakinkan inflasi stabil. Karena negara Indoenesia dari negara lain inflasi jauh lebih rendah. Kemudian transaksi berjalan tidak boleh defisit. Thailand suprlus 12%, Singapura 20% dari GDP, kita mesti berupaya menjadi suprlus," tegas Agus Marto.
Ia juga menjelaskan gonjang-ganjing terorisme memang bisa membuat nilai tukar tertekan. Tetap hanya sementara. "Maaf, teroris bom itu bisa dampak negatif kalo dipelintir-pelintir. Dan ini bisa buat capital outflow," tutup Agus.
(dru/dru) Next Article BI: RI Lebih Siap Hadapi Gejolak Nilai Tukar Dibanding 2013
"Jadi memang kalau BI di saat saya masuk Rp 9.700 sekarang Rp 13.000, bahkan sekarang Rp 14.000. Ini tidak bisa dihindar karena ada faktor kita sejak 2012 transaksi berjaan defisit terus," kata Agus dalam rapat kerja bersama Komisi XI di gedung parlemen, Jakarta, Selasa (22/5/2018).
Menurut Agus, pada 2013-2014 defisit transaksi berjalan bisa mencapai US$ 29 miliar. Namun sampai saat ini terus terjaga.
"Jadi defisit ini akan membuat rupiah melemah. Tapi kalau ada incoming uang masuk, tak mungkin melemah. Tapi kalau ada gonjang ganjing ini tidak bisa dihindarkkan," imbuh Agus.
Lebih jauh Agus Marto menjelaskan selama periode perjalanan rupiah, mata uang kebanggan Indonesia ini memang pernah melalui naik turun.
"Kalau dilihat dari awal, kita harus ingat ketika kita baru merdeka di periode orde lama rupiah pernah 3 kali sanering. Kemudian dibelah juga jadi 2. Yang setengah jadi bond, dan bernilai. Jadi uang jadi setengahnya," katanya.
Namun Agus menegaskan kestabilan dan penguatan rupiah bukan hal mustahil. Asalkan ada beberapa poin yang harus dibenahi.
"Pertama kita yakinkan inflasi stabil. Karena negara Indoenesia dari negara lain inflasi jauh lebih rendah. Kemudian transaksi berjalan tidak boleh defisit. Thailand suprlus 12%, Singapura 20% dari GDP, kita mesti berupaya menjadi suprlus," tegas Agus Marto.
Ia juga menjelaskan gonjang-ganjing terorisme memang bisa membuat nilai tukar tertekan. Tetap hanya sementara. "Maaf, teroris bom itu bisa dampak negatif kalo dipelintir-pelintir. Dan ini bisa buat capital outflow," tutup Agus.
(dru/dru) Next Article BI: RI Lebih Siap Hadapi Gejolak Nilai Tukar Dibanding 2013
Most Popular