
Analis: Depresiasi Rupiah Tak Separah Argentina dan Turki
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
17 May 2018 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Kajian Makro Ekonomi dan Pasar Modal yang dirilis PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk menilai, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum menyerupai kondisi yang dialami Argentina Peso atau Lira Turki. Bahkan depresiasi nilai tukar rupiah justru lebih baik dibandingkan Filipina Peso atau India Rupee.
Chief Economist Bank Mandiri Anton Gunawan menjelaskan, depreasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang sedikit menyerupai depresiasi mata uang di Filipina dan India.
(roy) Next Article Dirut Mandiri: Pelemahan Rupiah Belum Mengkhawatirkan
Chief Economist Bank Mandiri Anton Gunawan menjelaskan, depreasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang sedikit menyerupai depresiasi mata uang di Filipina dan India.
"Depresiasi nilai tukar masih agak dekat, tapi lebih baik dibandingkan Filipina atau India, tetapi jauh dari kondisi di Argentina atau Turki,"ujar Anton dalam acara media briefing di Plaza Mandiri, Kamis (17/5/2018).
Menurut Anton, risiko nilai tukar rupiah belum sebesar mata uang di Filipina. Pasalnya, kondisi nilai tukar di Filipina sudah behind the curve (di belakang kurva).
"Secara umum tidak sampai sebesar Filipina risikonya, karena mereka current account defisit (CAD) lumayan tinggi dan behind the curve. Suku bunganya ditahan agak rendah dibandingkan inflasinya, gap-nya lumayan cukup besar,"kata dia.
Anton mengungkapkan, investor mulai mengklasifikasikan negara berdasarkan potensi risiko dan uncertainty. Di Filipina, investor melihat uncertainty (ketidakpastian) sudah relatif tinggi, sehingga dia berharap, Indonesia jangan sampai diklasifikasikan sama dengan Filipina.
"Investor melihat risiko yang muncul dengan mengklasifikasikan negara serupa. Jangan sampai kita diklasifikasikan seperti Filipina,"kata dia.
"Secara umum tidak sampai sebesar Filipina risikonya, karena mereka current account defisit (CAD) lumayan tinggi dan behind the curve. Suku bunganya ditahan agak rendah dibandingkan inflasinya, gap-nya lumayan cukup besar,"kata dia.
Anton mengungkapkan, investor mulai mengklasifikasikan negara berdasarkan potensi risiko dan uncertainty. Di Filipina, investor melihat uncertainty (ketidakpastian) sudah relatif tinggi, sehingga dia berharap, Indonesia jangan sampai diklasifikasikan sama dengan Filipina.
"Investor melihat risiko yang muncul dengan mengklasifikasikan negara serupa. Jangan sampai kita diklasifikasikan seperti Filipina,"kata dia.
(roy) Next Article Dirut Mandiri: Pelemahan Rupiah Belum Mengkhawatirkan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular