
Internasional
Argentina di Ambang Krisis: Inflasi 25,4% dan Suku Bunga 40%
Roy Franedya, CNBC Indonesia
11 May 2018 13:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Argentina menjadi negara terbaru yang berada di ambang krisis ekonomi. Tinggi inflasi dan peso Argentina yang tertekan lama dolar AS membuat harga barang tidak wajar lagi.
Mengutip CNBC International, sejak awal tahun, peso Argentina sudah anjlok dalam hingga 20% (year to date/ytd). Bahkan pada Selasa (8/5/2018) peso Argentina mencapai rekor terendah terhadap greenback.
Pemerintah juga dihadapkan pada inflasi yang tinggi. Tingkat inflasi 12 bulan mencapai 25,4%, di atas target pemerintah di kisaran 15%.
Untuk menghentikan anjloknya nilai peso, Argentina menaikkan suku bunga overnight. Pada hari Jumat pekan lalu, Bank Sentral Argentina menaikkan suku untuk ketiga kalinya dalam delapan hari ke level tertinggi di dunia sebesar 40% dan menjual beberapa cadangan mata uang asingnya.
Namun, pada Selasa peso turun menjadi 23,1 terhadap dolar pada hari sebelum rebound sedikit yang menunjukkan investor masih meragukan ekonomi Argentina.
Pekan ini, Presiden Argentina Mauricio Macri meminta bantuan pada Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) untuk membuat perjanjian siaga (standby agreement). Untuk mendapatkan bantuan ini pemerintah Argentina harus memenuhi beberapa syarat termasuk target pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kebijakan moneter.
Kebijakan ini langsung ditanggapi dengan demo penolakan IMF di Argentina. Pasalnya, terakhir kali Argentina menandatangani standby agreement pada 20 tahun lalu, tingkat pengangguran Argentina naik menjadi 20%, upah menyusut dan orang menukar peso Argentina ke dolar AS.
Pada 2001 Argentina mengalami gagal bayar utang ke IMF sebesar US$132 miliar. Lembaga yang berbasis di Washington, yang membantu Argentina pada saat itu, mengakui tidak lama setelah intervensi dan dukungan untuk menjaga peso itu malah memperpanjang krisis di negara itu.
"IMF memiliki reputasi yang buruk di antara orang Argentina, dan ini adalah pertaruhan politik besar bagi pemerintah," ujar Fiona Mackie, Direktur Regional di Economist Intelligence Unit dalam email ke CNBC.
(wed) Next Article Mata Uangnya Anjlok Parah, Argentina di Ambang Krisis
Mengutip CNBC International, sejak awal tahun, peso Argentina sudah anjlok dalam hingga 20% (year to date/ytd). Bahkan pada Selasa (8/5/2018) peso Argentina mencapai rekor terendah terhadap greenback.
Namun, pada Selasa peso turun menjadi 23,1 terhadap dolar pada hari sebelum rebound sedikit yang menunjukkan investor masih meragukan ekonomi Argentina.
Pekan ini, Presiden Argentina Mauricio Macri meminta bantuan pada Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) untuk membuat perjanjian siaga (standby agreement). Untuk mendapatkan bantuan ini pemerintah Argentina harus memenuhi beberapa syarat termasuk target pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kebijakan moneter.
Kebijakan ini langsung ditanggapi dengan demo penolakan IMF di Argentina. Pasalnya, terakhir kali Argentina menandatangani standby agreement pada 20 tahun lalu, tingkat pengangguran Argentina naik menjadi 20%, upah menyusut dan orang menukar peso Argentina ke dolar AS.
Pada 2001 Argentina mengalami gagal bayar utang ke IMF sebesar US$132 miliar. Lembaga yang berbasis di Washington, yang membantu Argentina pada saat itu, mengakui tidak lama setelah intervensi dan dukungan untuk menjaga peso itu malah memperpanjang krisis di negara itu.
"IMF memiliki reputasi yang buruk di antara orang Argentina, dan ini adalah pertaruhan politik besar bagi pemerintah," ujar Fiona Mackie, Direktur Regional di Economist Intelligence Unit dalam email ke CNBC.
(wed) Next Article Mata Uangnya Anjlok Parah, Argentina di Ambang Krisis
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular