
Rupiah Melemah 0,07% Pekan Ini, Membaik dari Pekan Lalu
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 May 2018 19:45

Sentimen negatif bagi pelemahan rupiah di awal pekan juga datang dari dalam negeri, yakni data pertumbuhan ekonomi yang jauh dari harapan. Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 tercatat 5,06%, cukup jauh dari ekspektasi pasar yang mencapai 5,18%. Sepertinya pasar 'menghukum' dengan cara melepas aset-aset rupiah. Ini karena ada pandangan bahwa ekonomi Indonesia belum bisa berlari sesuai dengan potensinya.
Meski demikian, menjelang akhir pekan ini, greenback cenderung melunak, seiring inflasi Negeri Paman Sam yang di bawah ekspektasi. Inflasi AS periode April 2018 tercatat sebesar 0,2% dan inflasi inti adalah 0,1% secara month-to-month (MtM), masih di bawah konsensus pasar yang memperkirakan inflasi 0,3% MtM dan inflasi inti 0,2% MtM. Artinya, peluang untuk kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif kembali mengecil.
Sementara itu, dari dalam negeri, Sentimen bagi rupiah hadir dari sinyal yang semakin jelas dari Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan.
"Melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini. Terkait hal tersebut, dan melihat masih besarnya potensi tantangan dari kondisi global yang dapat berpotensi menganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah panjang, Bank Indonesia akan secara tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter pada terciptanya stabilitas," demikian pernyataan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Jumat (11/5/2018).
"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Bank Indonesia memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan (7 Days Reverse Repo). Respon kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas," tambah Agus.
Mendapatkan kode keras dari BI tersebut, rupiah pun mendapatkan dorongan pada perdagangan hari Jumat (11/5), lantas memperkecil perlemahannya dalam sepekan ini. Pasalnya, kenaikan suku bunga akan membuat Indonesia menjadi menarik, karena menjanjikan keuntungan lebih. Indonesia akan menerima lebih banyak aliran modal asing, yang bisa menjadi modal bagi penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy)
Meski demikian, menjelang akhir pekan ini, greenback cenderung melunak, seiring inflasi Negeri Paman Sam yang di bawah ekspektasi. Inflasi AS periode April 2018 tercatat sebesar 0,2% dan inflasi inti adalah 0,1% secara month-to-month (MtM), masih di bawah konsensus pasar yang memperkirakan inflasi 0,3% MtM dan inflasi inti 0,2% MtM. Artinya, peluang untuk kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif kembali mengecil.
Sementara itu, dari dalam negeri, Sentimen bagi rupiah hadir dari sinyal yang semakin jelas dari Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan.
"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Bank Indonesia memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan (7 Days Reverse Repo). Respon kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas," tambah Agus.
Mendapatkan kode keras dari BI tersebut, rupiah pun mendapatkan dorongan pada perdagangan hari Jumat (11/5), lantas memperkecil perlemahannya dalam sepekan ini. Pasalnya, kenaikan suku bunga akan membuat Indonesia menjadi menarik, karena menjanjikan keuntungan lebih. Indonesia akan menerima lebih banyak aliran modal asing, yang bisa menjadi modal bagi penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular