
Rupiah Anjlok Dekati Rp15.000/US$, Kena Efek Libur Panjang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan akhir pekan ini, Jumat (23/6/2023) nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah 0,17% secara harian di pasar spot. Kemudian pada pukul 09.08 WIB lanjut terdepresiasi sebesar 0,42% menjadi Rp14.997/US$, semakin mendekati level psikologis-nya di Rp15.000/US$.
Depresiasi rupiah hari ini kontras dengan penguatan hari sebelumnya, yakni Kamis menguat 0,03% menjadi Rp14.935/US$. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena efek libur panjang yang sudah mulai direspon pasar.
Seperti diketahui, pemerintah telah mengumumkan cuti bersama selama dua hari sehingga ada libur panjang pada 28 Juni- 2 Juli 2023. Artinya pada pekan depan, hanya akan ada dua hari efektif perdagangan sehingga tak menutup kemungkinan pelaku pasar akan ambil untung atau profit taking dalam jangka pendek.
Hal tersebut juga sudah mulai terlihat di pasar saham dimana Investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell), jumlahnya mencapai Rp 162,98 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.
Kendati demikian, dari dalam negeri keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuan di posisi 5,75% selama lima bulan beruntun potensi menjadi pemanis perdagangan hari ini .
Keputusan BI menahan suku bunga acuan sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memproyeksi bank sentral Tanah Air tersebut akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Suku bunga acuan BI yang kembali ditahan juga dinilai sudah tepat karena nilai tukar rupiah masih berada dalam rentang yang wajar, walaupun kondisi global masih tertekan sikap the Fed yang hawkish.
Menurut Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto mengatakan pada Jumat (23/6/2023) kepada CNBC Indonesia "rentang wajar nilai tukar rupiah berada pada level Rp14.600/US$ - Rp14.900/US$, rentang wajar artinya tidak merugikan eksportir dan importir karena dalam bisnis dibutuhkan kestabilan".
Faktor BI menahan suku bunga juga menilai dari kondisi inflasi dalam negeri yang telah kembali ke target lebih awal dari yang diharapkan dan terlihat tetap berada dalam target sepanjang tahun 2023. Tingkat inflasi tahunan di Indonesia turun ke level terendah 12 bulan sebesar 4% pada bulan Mei. Selain itu, perekonomian domestik tetap baik dan prospek pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) untuk tahun 2023 dijaga pada kisaran 4,5%-5,3%.
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Melemah ke Atas Rp 14.900/US$, China Jadi Penyebabnya!