Realisasi Inflasi AS Bulan April Meleset

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 May 2018 12:08
Realisasi Inflasi AS Bulan April Meleset
Foto: CNBC
Washington, CNBC Indonesia - Inflasi Amerika Serikat (AS) mengalami rebound pada bulan April setelah sempat turun di Maret, didorong oleh lonjakan harga bensin dan kenaikan biaya perumahan. Namun, data inflasi yang diumumkan Departemen Tenaga Kerja pada hari Kamis (10/5/2018) itu lebih lemah dari yang diperkirakan.

Harga makanan juga naik, begitu pula layanan medis, tetapi layanan telepon seluler, yang disebut telah menjadikan inflasi rendah tahun lalu, tetap stagnan setelah naik pada bulan Maret.

Indeks Harga Konsumen/IHK, yang menghitung biaya untuk barang dan jasa rumah tangga, naik 0,2% di April dibandingkan bulan sebelumnya.

IHK naik 2,5% dibandingkan dengan bulan April 2017 dan melanjutkan tren kenaikannya dan berada setengah poin lebih tinggi dari target inflasi bank sentral AS, Federal Reserve.

Hasil tersebut mendorong Wall Street membukukan reli menyusul kelegaan investor karena data tersebut diperkirakan dapat mengurangi kemungkinan The Fed menaikkan suku bunganya dengan lebih agresif.

Dilansir dari AFP, rebound inflasi itu didorong oleh lonjakan 3% harga bensin bulan lalu, yang sebagian besar mengalami penurunan 4,9% pada bulan Maret.

Biaya tempat tinggal naik sedikit 0,3%, tetapi kategori itu memiliki dampak yang jauh lebih besar terhadap inflasi dan telah mengalami tren kenaikan dalam beberapa bulan terakhir.


Harga makanan juga naik 0,3% dalam sebulan.

Namun, inflasi inti naik hanya 0,1%, dan 2,1% lebih tinggi dari bulan yang sama tahun lalu.

Angka inflasi bulan April ini lebih rendah dari yang diperkirakan analis.
 
"Ada lebih banyak berita baik dalam laporan ini daripada stabilnya inflasi inti yang mengejutkan,” kata Chris Low dari FTN Financial. "Harga barang turun, begitu juga jasa.”
 
Mickey Levy dari Berenberg Capital mengatakan tren harga stabil, dan seharusnya untuk sekarang ini meredakan kekhawatiran mengenai penguatan inflasi yang meluas dan berkelanjutan.
 
Dalam periode empat bulan pertama tahun ini inflasi tercatat 2,6%, sementara inflasi intinya adalah 2,4%, keduanya lebih tinggi daripada periode yang sama tahun 2017, menurut perhitungan Departemen Tenaga Kerja.
 
Beberapa analis menganggap hal tersebut sebagai bukti bahwa inflasi terus naik.
 
Sementara itu, data upah yang menunjukkan penghasilan per jam, disesuaikan dengan inflasi, tetap sama di April.
 
Para pembuat kebijakan The Fed mengamati secara seksama data upah dan harga untuk memutuskan kapan menaikkan suku bunga, meskipun mereka fokus pada indikator inflasi yang berbeda, indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi.
 
"Laporan IHK ini tidak mengubah pandangan kami bahwa inflasi inti berangsur-angsur lebih tinggi dan bahwa inflasi harga konsumsi pribadi inti akan tinggi dan mungkin sedikit di atas target 2% The Fed untuk inflasi pada kuartal kedua," kata RDQ Economics dalam sebuah catatan penelitian.
 
Perdebatan itu adalah kunci bagi Wall Street, yang khawatir tentang kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuannya dengan lebih agresif.


The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali tahun ini, di bulan Juni dan September setelah sebelumnya menaikkan suku bunganya di bulan Maret.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular