
Alasan AirAsia Masih Merugi di Kuartal I-2018
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
10 May 2018 18:17

Jakarta, CNBC Indonesia - PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP), entitas induk dari maskapai penerbangan berbiaya hemat PT Indonesia AirAsia (IAA) mengungkapkan, penyebab kerugian perseroan pada kuartal I-2018 karena dipengaruhi faktor eksternal. Hal ini terutama dari peningkatan harga bahan bakar yang berimbas pada peningkatan beban usaha.
Direktur Utama CMPP Dendy Kurniawan, mengatakan, perkembangan kinerja Air Asia Indonesia masih sejalan dengan ekspektasi perseroan di tahun ini. Kendati, terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja perseroan.
"Beberapa faktor eksternal, terutama naiknya harga bahan bakar yang menyebabkan peningkatan beban usaha,"ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (10/5/2018).
Berdasarkan catatan, Dendy mengungkapkan, harga bahan bakar pesawat meningkat 21% dibandingkan rata-rata kuartal I tahun lalu dan menyumbang sekitar 50% peningkatan beban usaha di kuartal I-2018.
"Selain itu, faktor tekanan nilai tukar rupiah juga berdampak signifikan pada harga bahan bakar, sewa pesawat dan operasi lain yang transaksinya dilakukan dalam mata uang asing," kata dia.
Lebih lanjut, menurut Dendy, pada awal 2018, pendapatan AirAsia Indonesia masih terdampak oleh lambatnya pertumbuhan permintaan kursi untuk rute-rute ke Bali pasca letusan Gunung Agung, khususnya untuk pasar internasional. Di tengah situasi tersebut, pihaknya melakukan optimalisasi tarif dan tingkat keterisian yang menyebabkan tingkat keterisian kursi sebesar angka 80% selama kuartal I yang secara tren merupakan low season.
Namun faktor-faktor tersebut menurut Dendy masih dalam toleransi perusahaan, pada kuartal II-2018, pihaknya optimistis kinerja keuangan bisa membaik.
"Kinerja keuangan perusahaan di kuartal II, yang bertepatan dengan hari raya lebaran dan musim libur sekolah sampai dengan penghujung tahun 2018 akan membaik seiring dengan penerapan strategi niaga dan operasional perusahaan,"ucap dia.
Airasia Indonesia pun, lanjut Dendy telah mengambil langkah mitigasi dan penyesuaian untuk mengurangi dampak tekanan nilai tukar rupiah dan harga bahan bakarn Adapun langkah tersebut adalah dengan penerapan program penghematan bahan bakar, memaksimalkan utilisasi pesawat dengan penambahan rata-rata jam terbang, pengembangan pasar yang berfokus pada rute-rute yang menguntungkan, serta menjaga tingkat efisiensi dengan pengontrolan biaya overhead.
Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan perusahaan, CMPP menderita rugi bersih pada kuartal I-2018 senilai Rp 218,66 miliar, atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan rugi periode yang sama tahun lalu Rp 111,96 miliar.
Kerugian tersebut dikontribusi oleh pendapatan usaha perseroan yang menurun 4,55% menjadi Rp 843,83 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 884,05 miliar. Sementara itu, beban usaha maskapai berbiaya hemat (low cost carrier/LCC) itu naik 11,02% menjadi Rp 1,11 triliun dari Rp 1,01 triliun.
(roy) Next Article Bakal Rights Issue, Harga Saham Air Asia Indonesia Naik 25%
Direktur Utama CMPP Dendy Kurniawan, mengatakan, perkembangan kinerja Air Asia Indonesia masih sejalan dengan ekspektasi perseroan di tahun ini. Kendati, terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja perseroan.
"Beberapa faktor eksternal, terutama naiknya harga bahan bakar yang menyebabkan peningkatan beban usaha,"ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (10/5/2018).
Lebih lanjut, menurut Dendy, pada awal 2018, pendapatan AirAsia Indonesia masih terdampak oleh lambatnya pertumbuhan permintaan kursi untuk rute-rute ke Bali pasca letusan Gunung Agung, khususnya untuk pasar internasional. Di tengah situasi tersebut, pihaknya melakukan optimalisasi tarif dan tingkat keterisian yang menyebabkan tingkat keterisian kursi sebesar angka 80% selama kuartal I yang secara tren merupakan low season.
Namun faktor-faktor tersebut menurut Dendy masih dalam toleransi perusahaan, pada kuartal II-2018, pihaknya optimistis kinerja keuangan bisa membaik.
"Kinerja keuangan perusahaan di kuartal II, yang bertepatan dengan hari raya lebaran dan musim libur sekolah sampai dengan penghujung tahun 2018 akan membaik seiring dengan penerapan strategi niaga dan operasional perusahaan,"ucap dia.
Airasia Indonesia pun, lanjut Dendy telah mengambil langkah mitigasi dan penyesuaian untuk mengurangi dampak tekanan nilai tukar rupiah dan harga bahan bakarn Adapun langkah tersebut adalah dengan penerapan program penghematan bahan bakar, memaksimalkan utilisasi pesawat dengan penambahan rata-rata jam terbang, pengembangan pasar yang berfokus pada rute-rute yang menguntungkan, serta menjaga tingkat efisiensi dengan pengontrolan biaya overhead.
Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan perusahaan, CMPP menderita rugi bersih pada kuartal I-2018 senilai Rp 218,66 miliar, atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan rugi periode yang sama tahun lalu Rp 111,96 miliar.
Kerugian tersebut dikontribusi oleh pendapatan usaha perseroan yang menurun 4,55% menjadi Rp 843,83 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 884,05 miliar. Sementara itu, beban usaha maskapai berbiaya hemat (low cost carrier/LCC) itu naik 11,02% menjadi Rp 1,11 triliun dari Rp 1,01 triliun.
(roy) Next Article Bakal Rights Issue, Harga Saham Air Asia Indonesia Naik 25%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular