BI Masih Borong Obligasi Negara, Yield Bergerak Turun

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 May 2018 14:54
Tingginya aktivitas Bank Indonesia di pasar obligasi negara membantu penurunan yield.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara bergerak turun. Seperti hari-hari sebelumnya, tingginya aktivitas Bank Indonesia di pasar Surat Berharga Negara (SBN) membantu penurunan yield. 

Pada Senin (7/5/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,982%. Turun dibandingkan akhir pekan lalu yaitu 6,996%. 

Reuters
Investor asing sebenarnya masih cenderung melepas kepemilikannya di SBN. Dalam sebulan terakhir, kepemilikan asing di SBN sudah berkurang Rp 20,68 triliun. 

Hari ini, ada kemungkinan investor asing masih melepas SBN. Sebab, ada sentimen negatif dari rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 di 5,06%. Cukup jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,18%. 

Penyebab kinerja pertumbuhan ekonomi yang kurang solid adalah konsumsi rumah tangga yang masih lambat, tumbuh di bawah 5%. Pada kuartal I-2018, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ada di 4,95%. 

Stagnasi konsumsi mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pasalnya, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 


Rilis data ini bisa menjadi sentimen negatif di pasar, karena kemungkinan memunculkan anggapan bahwa perekonomian Indonesia belum berlari sesuai potensinya. Ini bisa membuat pelaku pasar masih cenderung melepas kepemilikannya di SBN. 

DJPPR Kemenkeu
Oleh karena itu, kemungkinan besar penurunan yield SBN dipicu aksi borong BI. Dalam sebulan terakhir, kepemilikan BI di SBN bertambah Rp 62,25 triliun. 

BI membeli SBN dalam rangka operasi moneter untuk stabilisasi nilai tukar. Dalam stabilisasi kurs, BI melaksanakan twin operation dengan intervensi di pasar valas dan SBN. 

Kala rupiah melemah, BI melakukan penyerapan likuiditas dengan membeli SBN. Diharapkan nilai rupiah terapresiasi kala likuiditasnya terserap.

BI Masih Borong Obligasi Negara, Yield Bergerak TurunDJPPR Kemenkeu
Hari ini, rupiah kembali bergerak depresiatif dan menyentuh Rp 13.980/dolar AS. Ini merupakan titik terlemah sejak akhir 2015. 

Kemungkinan BI masih melakukan intervensi di pasar SBN, sebab jika tidak bukan tidak mungkin rupiah melemah lebih dalam. Pasalnya di pasar Non-Deliverable Forward (NDF), rupiah sudah diperdagangkan di Rp 14.220-14.240/US$. 

"BI sepertinya sedang aktif melakukan intervensi. Jika intervensi ini mengendur, maka dolar AS bisa saja menguji level Rp 14.000," sebut riset Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular