
FEB UI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,3% Tahun Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 May 2018 09:46

Sementara laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lambat sepanjang 2017 menunjukkan bahwa butuh beberapa waktu agar pertumbuhan konsumsi menyusul pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Namun untuk kuartal I-2018, konsumsi rumah tangga diperkirakan membaik dan tumbuh sedikit di atas 5%.
"Meskipun kami tidak memperkirakan suku bunga turun, inflasi yang lebih tinggi seharusnya dapat mendorong belanja konsumen sepanjang sisa 2018 agar tumbuh sedikit lebih cepat di level 5,0-5,1%," tulis kajian LPEM FEB UI.
Sedangkan kebijakan fiskal akan menghadapi tantangan seiring tendensi pemerintah untuk mengabaikan sistem subsidi tetap (fixed subsidy) dan harga mengambang untuk BBM. Dalam perspektif ekonomi politik, perubahan tersebut masuk akal, mengingat isu biaya hidup, yang sangat dipengaruhi harga BBM, dapat memengaruhi prospek kemenangan Pemilu 2019.
"Di sisi lain, permasalahan defisit anggaran dan utang pemerintah mendesak pemerintah untuk berjanji mengembalikan keseimbangan primer ke level positif. Pada saat yang sama, penurunan harga komoditas ekspor utama seperti CPO atau batu bara menimbulkan risiko penerimaan pajak dan bukan pajak dari sektor ekstraktif akan berada di bawah target," tegas LPEM FEB UI.
LPEM FEB UI memandang bahwa risiko mempertahankan harga BBM cukup tinggi. Suatu saat pemerintah pasti harus melakukan penyesuaian harga BBM. Semakin lama ditunda, penyesuaian tersebut akan semakin sulit dilaksanakan.
"Jika pemerintah berhasil melaksanakan penyesuaian harga BBM secara bertahap, kami melihat bahwa target pendapatan pemerintah pada 2018 masih cukup realistis. Walaupun harga batu bara dan CPO sedikit lebih rendah memang akan sedikit memengaruhi pendapatan pajak dan bukan pajak," sebut riset itu. (aji/aji)
"Meskipun kami tidak memperkirakan suku bunga turun, inflasi yang lebih tinggi seharusnya dapat mendorong belanja konsumen sepanjang sisa 2018 agar tumbuh sedikit lebih cepat di level 5,0-5,1%," tulis kajian LPEM FEB UI.
Sedangkan kebijakan fiskal akan menghadapi tantangan seiring tendensi pemerintah untuk mengabaikan sistem subsidi tetap (fixed subsidy) dan harga mengambang untuk BBM. Dalam perspektif ekonomi politik, perubahan tersebut masuk akal, mengingat isu biaya hidup, yang sangat dipengaruhi harga BBM, dapat memengaruhi prospek kemenangan Pemilu 2019.
LPEM FEB UI memandang bahwa risiko mempertahankan harga BBM cukup tinggi. Suatu saat pemerintah pasti harus melakukan penyesuaian harga BBM. Semakin lama ditunda, penyesuaian tersebut akan semakin sulit dilaksanakan.
"Jika pemerintah berhasil melaksanakan penyesuaian harga BBM secara bertahap, kami melihat bahwa target pendapatan pemerintah pada 2018 masih cukup realistis. Walaupun harga batu bara dan CPO sedikit lebih rendah memang akan sedikit memengaruhi pendapatan pajak dan bukan pajak," sebut riset itu. (aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular