PLTU Beroperasi 2019, Adaro Optimistis Pendapatan Meroket
04 May 2018 13:32

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Adaro Energy. Tbk optimistis diversifikasi usaha yang dijalani perusahaan akan menjadi tambahan pendapatan signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Terutama untuk bisnis pembangkit dan batu bara kokas.
Saat ini Adaro memiliki bisnis pembangkit berkapasitas 2x100 MW di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, dan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batang 2x1000 MW. "Untuk yang 2x100 MW Juni ini akan tes, awal tahun depan sudah bisa beroperasi komersial. Sementara untuk PLTU Batang, tahun 2020 mulai beroperasi," ujar Direktur Keuangan Adaro David Tendian, Jumat (4/5/2018).
Sementara untuk bisnis batu bara kokas, seperti diketahui perseroan sedang tahap mengakuisisi saham tambang batu bara kokas Kestrel milik Rio Tinto senilai Rp 30 triliun. "Jika ini berhasil dan jalan juga, ditambah pembangkit tadi ada tambahan pendapatan signifikan yang kuat."
Sayang, Adaro belum mau membuka berapa jumlah potensi pendapatan yang akan bertambah ataupun prosentase kenaikannya. Namun, berdasar informasi yang diterima CNBC Indonesia untuk bisnis pembangkit saja diperkirakan perusahaan akan mendapat tambahan sekitar US$ 50 juta.
Saat CNBC mencoba memastikan ke pihak Adaro, David belum mau memberi jawaban pasti. "Belum dihitung," katanya.
David hanya menjelaskan diversifikasi bisnis ini dilakukan berdasar logika bisnis ke depan, "Kami bertransformasi menjadi Power company, jadi tidak sekedar coal saja yang diurus, tapi juga pembangkit dan bisnis lainnya. Sesuai dengan visi 8 pilar perusahaan," katanya.
Ia terutama sangat optimistis dengan bisnis batu bara kokas, batu bara spesial yang digunakan untuk mengolah baja. Saat ini, kata dia, pemain batu bara kokas ini jauh lebih sedikit ketimbang batu bara thermal atau konvensional. Sementara kebutuhan akan batu bara kokas dalam beberapa tahun mendatang masih cukup tinggi selama negara-negara di dunia masih mengedepankan pembangunan infrastruktur. "Produsennya sedikit dan kecil produksinya, tapi pertumbuhan pembangunan infrastrukur tinggi. Ini potensi besar," kata David.
Menurut rilis perusahaan yang diunggah di keterbukaan Bursa Efek Indonesia, untuk mengakuisisi saham Kestre; ini Adaro menggandeng EMR Capital/

Tambang Kestrel terletak di Cekungan Bowen, salah satu wilayah utama batu bara metalurgi di dunia. Tambang ini memproduksi sebanyak 4,25 juta ton batu bara keras tahun lalu dan memiliki cadangan sebanyak 146 juta ton per 31 Desember 2017.
(gus/gus)
Saat ini Adaro memiliki bisnis pembangkit berkapasitas 2x100 MW di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, dan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batang 2x1000 MW. "Untuk yang 2x100 MW Juni ini akan tes, awal tahun depan sudah bisa beroperasi komersial. Sementara untuk PLTU Batang, tahun 2020 mulai beroperasi," ujar Direktur Keuangan Adaro David Tendian, Jumat (4/5/2018).
Sementara untuk bisnis batu bara kokas, seperti diketahui perseroan sedang tahap mengakuisisi saham tambang batu bara kokas Kestrel milik Rio Tinto senilai Rp 30 triliun. "Jika ini berhasil dan jalan juga, ditambah pembangkit tadi ada tambahan pendapatan signifikan yang kuat."
Sayang, Adaro belum mau membuka berapa jumlah potensi pendapatan yang akan bertambah ataupun prosentase kenaikannya. Namun, berdasar informasi yang diterima CNBC Indonesia untuk bisnis pembangkit saja diperkirakan perusahaan akan mendapat tambahan sekitar US$ 50 juta.
Saat CNBC mencoba memastikan ke pihak Adaro, David belum mau memberi jawaban pasti. "Belum dihitung," katanya.
David hanya menjelaskan diversifikasi bisnis ini dilakukan berdasar logika bisnis ke depan, "Kami bertransformasi menjadi Power company, jadi tidak sekedar coal saja yang diurus, tapi juga pembangkit dan bisnis lainnya. Sesuai dengan visi 8 pilar perusahaan," katanya.
Ia terutama sangat optimistis dengan bisnis batu bara kokas, batu bara spesial yang digunakan untuk mengolah baja. Saat ini, kata dia, pemain batu bara kokas ini jauh lebih sedikit ketimbang batu bara thermal atau konvensional. Sementara kebutuhan akan batu bara kokas dalam beberapa tahun mendatang masih cukup tinggi selama negara-negara di dunia masih mengedepankan pembangunan infrastruktur. "Produsennya sedikit dan kecil produksinya, tapi pertumbuhan pembangunan infrastrukur tinggi. Ini potensi besar," kata David.
Menurut rilis perusahaan yang diunggah di keterbukaan Bursa Efek Indonesia, untuk mengakuisisi saham Kestre; ini Adaro menggandeng EMR Capital/

Tambang Kestrel terletak di Cekungan Bowen, salah satu wilayah utama batu bara metalurgi di dunia. Tambang ini memproduksi sebanyak 4,25 juta ton batu bara keras tahun lalu dan memiliki cadangan sebanyak 146 juta ton per 31 Desember 2017.
Artikel Selanjutnya
Akuisisi Tambang Rio Tinto, Adaro Dapat Pinjaman 11 Bank
(gus/gus)