
Asing Kabur Rp 457 Miliar, IHSG Turun 0,95%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 May 2018 12:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga 0,95% pada akhir sesi 1 ke level 5.803,26. Sebenarnya, bursa saham lainnya di kawasan Asia juga terkoreksi. Namun, penurunan yang dialami oleh IHSG jauh lebih dalam: indeks Shanghai melemah 0,12%, indeks Hang Seng melemah 0,35%, indeks Strait Times melemah 0,65%, indeks Kospi melemah 0,65%, indeks SET (Thailand) melemah 0,22%, dan indeks KLCI (Malaysia) melemah 0,39%.
Koreksi IHSG pada hari ini dipicu oleh anjloknya saham-saham berkapitalisasi pasar besar. Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang melemah hingga 1,28%, lebih dalam dari koreksi IHSG. Memang, 5 besar saham dengan kontribusi terbesar bagi koreksi iHSG datang dari penghuni indeks LQ45: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 3,49%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,55%, PT Bank Central Asia TBk (BBCA) turun 1,35%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 3,24%, dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 2,83%.
Selain kinerja keuangan yang tak memuaskan, tekanan dari sisi eksternal membuat investor mengabaikan saham-saham dengan kapitalisasi pasar jumbo.
Hingga kini, hasil pertemuan AS-China masih ditunggu oleh investor. Kemarin (3/5/2018), delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Steve Mnuchin bertemu dengan pejabat pemerintahan China guna membahas isu perdagangan. Pertemuan tersebut rencananya akan berlangsung sampai dengan hari ini. Mnuchin mengungkapkan bahwa kedua pihak telah melakukan perbincangan yang sangat baik, sementara ekonom Gedung Putih mendeskripksikan pertemuan hari pertama cukup positif.
Namun, terdapat pesimisme bahwa pertemuan tersebut akan membuahkan hasil yang manis. Hasil yang kemungkinan besar akan muncul dari diskusi tersebut adalah kesepakatan untuk terus berunding. Para pakar perdagangan mengatakan hal itu dipicu oleh sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kukuh pada ancamannya untuk menerapkan tarif hukuman terhadap barang-barang impor asal China.
Terobosan kesepakatan yang akan secara fundamental mengubah kebijakan ekonomi China dipandang tidak mungkin terjadi, meskipun sepaket kebijakan jangka pendek China bisa menunda keputusan bea impor AS, Reuters melaporkan.
Apalagi, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa defisit perdagangan AS dengan China naik 16% YoY sepanjang kuartal 1 menjadi US$ 91,1 miliar. Laporan berbeda menunjukkan bahwa China telah membatalkan pembelian kedelai dari AS. Kabar tersebut tentu bukan berita baik bagi negosiasi yang kini sedang berlangsung.
Kemudian, ketakutan atas normalisasi suku bunga acuan oleh the Federal Reserve yang lebih agresif dari rencana masih membuat rupiah keok. Sampai dengan pukul 11:30, rupiah melemah tipis 0,01% terhadap dolar AS ke level Rp 13.936. Namun, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya di level Rp 13.947/dolar AS.
Dari dalam negeri, investor nampak was-was menantikan rilis data indeks keyakinan konsumen periode April yang akan diumumkan oleh Bank Indonesia. Sebagai catatan, indeks keyakinan konsumen terus-menerus turun semenjak awal tahun.
Jika data bulan April yang akan dirilis nanti menunjukkan penurunan dbandingkan data bulan Maret, IHSG bisa terkoreksi semakin dalam. Pasalnya, konsumsi rumah tangga merupakan motor utama ekonomi Indonesia. Jika indeks keyakinan konsumen turun, maka konsumsi juga kemungkinan besar akan tertekan.
Merespon berbagai sentimen negatif yang mendominasi, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 456,8 miliar. Sebagai catatan, kali terakhir investor asing melakukan beli bersih di bursa saham adalah pada 19 April silam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Dibuka Menguat, Saham Blue Chip Bikin IHSG Ambles
Koreksi IHSG pada hari ini dipicu oleh anjloknya saham-saham berkapitalisasi pasar besar. Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang melemah hingga 1,28%, lebih dalam dari koreksi IHSG. Memang, 5 besar saham dengan kontribusi terbesar bagi koreksi iHSG datang dari penghuni indeks LQ45: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 3,49%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,55%, PT Bank Central Asia TBk (BBCA) turun 1,35%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 3,24%, dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 2,83%.
Namun, terdapat pesimisme bahwa pertemuan tersebut akan membuahkan hasil yang manis. Hasil yang kemungkinan besar akan muncul dari diskusi tersebut adalah kesepakatan untuk terus berunding. Para pakar perdagangan mengatakan hal itu dipicu oleh sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kukuh pada ancamannya untuk menerapkan tarif hukuman terhadap barang-barang impor asal China.
Terobosan kesepakatan yang akan secara fundamental mengubah kebijakan ekonomi China dipandang tidak mungkin terjadi, meskipun sepaket kebijakan jangka pendek China bisa menunda keputusan bea impor AS, Reuters melaporkan.
Apalagi, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa defisit perdagangan AS dengan China naik 16% YoY sepanjang kuartal 1 menjadi US$ 91,1 miliar. Laporan berbeda menunjukkan bahwa China telah membatalkan pembelian kedelai dari AS. Kabar tersebut tentu bukan berita baik bagi negosiasi yang kini sedang berlangsung.
Kemudian, ketakutan atas normalisasi suku bunga acuan oleh the Federal Reserve yang lebih agresif dari rencana masih membuat rupiah keok. Sampai dengan pukul 11:30, rupiah melemah tipis 0,01% terhadap dolar AS ke level Rp 13.936. Namun, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya di level Rp 13.947/dolar AS.
Dari dalam negeri, investor nampak was-was menantikan rilis data indeks keyakinan konsumen periode April yang akan diumumkan oleh Bank Indonesia. Sebagai catatan, indeks keyakinan konsumen terus-menerus turun semenjak awal tahun.
Jika data bulan April yang akan dirilis nanti menunjukkan penurunan dbandingkan data bulan Maret, IHSG bisa terkoreksi semakin dalam. Pasalnya, konsumsi rumah tangga merupakan motor utama ekonomi Indonesia. Jika indeks keyakinan konsumen turun, maka konsumsi juga kemungkinan besar akan tertekan.
Merespon berbagai sentimen negatif yang mendominasi, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 456,8 miliar. Sebagai catatan, kali terakhir investor asing melakukan beli bersih di bursa saham adalah pada 19 April silam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Dibuka Menguat, Saham Blue Chip Bikin IHSG Ambles
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular