Harga CPO Mulai Pulih Setelah Turun Tiga Hari Berturut-turut

Houtmand P Saragih & Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
03 May 2018 11:08
Capaian tersebut menjadi kabar baik bagi salah satu komoditas minyak nabati ini, setelah selama 3 hari sebelumnya selalu ditutup melemah.
Foto: REUTERS/Samsul Said
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Juli 2018 di bursa derivatif Malaysia, ditutup menguat tipis 0,04% ke MYR2.363/ton kemarin. Capaian tersebut menjadi kabar baik bagi salah satu komoditas minyak nabati, setelah selama 3 hari sebelumnya selalu ditutup melemah.

Harga CPO Mulai Pulih Setelah Koreksi Tiga Hari BeruntunFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Penguatan harga CPO dipicu oleh pelemahan Ringgit Malaysia sebesar 0,33% ke MYR3,933/US$ kemarin, yang merupakan level terendah sejak 14 Februari 2018 silam. Pelemahan mata uang Negeri Jiran biasanya akan diikuti oleh kenaikan harga CPO apalagi harga komoditas ini sudah relatif lebih murah, dan akhirnya mampu meningkatkan permintaan dari importir.

Faktor lain yang menyokong penguatan harga CPO adalah harga sang rival minyak kedelai yang bergerak naik. Sebagai informasi, harga minyak kedelai kontrak pengiriman Juli 2018 di Chicago Board of Trade, tercatat menguat 0,92% pada perdagangan hari Rabu (2/5).

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai menguat, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut naik.

Penguatan harga CPO kemarin seolah menjadi "oase di padang pasir", setelah sebelumnya selalu ditutup di zona merah selama 3 hari berturut-turut. Secara fundamental, permintaan CPO memang masih berada dalam posisi tertekan, seiring India, yang menjadi salah satu negara pengimpor CPO terbesar, menaikkan tarif impor dari semula 30% menjadi 44%.

Menurunnya permintaan CPO terefleksikan pada data ekspor CPO Malaysia yang tercatat anjlok hingga 5,7% month-to-month (MtM) sepanjang 1-30 April, berdasarkan data survei dari AmSpec Agri. Padahal, sepanjang bulan Maret ekspor tercatat tumbuh sebesar 21,6% MtM.

Dari komoditas agrikultur unggulan Indonesia lainnya, harga karet kontrak pengiriman Oktober 2018 di Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) tercatat terkoreksi 0,82% ke JPY180,9/kg dipicu spekulasi peningkatan produksi karet Thailand secara musiman, yang berpotensi pada meningkatnya pasokan karet global.

Sebagai informasi, Thailand, Indonesia, dan Malaysia merupakan produsen karet utama dunia, dengan memasok karet hingga 7 juta ton tiap tahunnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Next Article Permintaan China Melemah, Harga Karet Amblas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular