Setelah Menguat 2% Lebih, Harga Karet Kehilangan Energi

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
02 May 2018 11:38
Hingga pukul 10.45 WIB hari ini, harga karet kontrak pengiriman Oktober 2018 di Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) tercatat terkoreksi 1,81% ke JPY179,1/kg.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga karet hari ini bergerak melemah, setelah kemarin mampu menguat lebih dari 2%. Hingga pukul 10.45 WIB, harga karet kontrak pengiriman Oktober 2018 di Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) tercatat terkoreksi 1,81% ke JPY179,1/kg.

Setelah Menguat 2% Lebih, Harga Karet Kehilangan EnergiFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Harga karet tidak mampu melanjutkan penguatannya kemarin, setelah penguatan harga minyak terhenti. Kemarin, harga minyak terkoreksi cukup dalam, di mana minyak jenis Brent bahkan amblas hingga nyaris 3%, dipicu oleh kuatnya dolar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan cadangan minyak mentah Negeri Paman Sam.

Padahal, sebelumnya harga minyak sempat meroket pasca PM Israel Benjamin Netanyahu ikut-ikutan memanaskan "tungku" tensi geopolitik Iran-AS, dengan memaparkan sejumlah bukti dari keseriusan Iran dalam membangun persenjataan nuklir.

Dengan berhentinya penguatan harga minyak tersebut, sentimen peningkatan harga karet sintetis pun pupus. Seperti diketahui, meningkatnya harga minyak akan diikuti oleh melambungnya biaya produksi karet sintetis.

Meskipun karet sintetis dan karet alam tidak menggantikan satu sama lain, namun keduanya dijadikan sebagai spekulasi harga. Saat harga karet sintetis diekspektasikan meningkat, maka harga karet alam pun diproyeksikan akan menguat.

Selain dari faktor harga sang emas hitam, pelemahan harga karet hari ini juga dipicu spekulasi peningkatan produksi karet Thailand secara musiman, yang berpotensi pada meningkatnya pasokan karet global.

Sebagai informasi, Thailand, Indonesia, dan Malaysia merupakan produsen karet utama dunia, dengan memasok karet hingga 7 juta ton tiap tahunnya.

Sementara itu, dari komoditas agrikultur unggulan Indonesia lainnya, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Juli 2018 di bursa derivatif Malaysia, ditutup melemah 0,84% ke MYR2.362/ton kemarin. Dengan capaian tersebut, harga CPO telah melemah 3 hari berturut-turut.

Harga CPO masih berada dalam posisi tertekan, seiring India, yang menjadi salah satu negara pengimpor CPO terbesar, menaikkan tarif impor dari semula 30% menjadi 44%. Sebagai tambahan, Negeri Bollywood juga menaikkan tarif impor produk minyak sawit dari semula 40% menjadi 54%.

Menurunnya permintaan CPO terefleksikan pada data ekspor CPO Malaysia yang tercatat anjlok hingga 5,7% month-to-month (MtM) sepanjang 1-30 April, berdasarkan data survei dari AmSpec Agri. Padahal, sepanjang bulan Maret ekspor tercatat tumbuh sebesar 21,6% MoM.

Di sisi lain, stok minyak kelapa sawit Malaysia tercatat masih melimpah, mencapai 2,32 juta ton pada bulan Maret. Meskipun turun sebesar 6,45% dari bulan sebelumnya, angka tersebut masih di atas konsensus yang dihimpun Reuters, dimana stok minyak kelapa sawit diprediksikan anjlok 8,6% ke 2,27 juta ton.

Sebagai tambahan, produksi CPO Malaysia pada bulan Maret lalu juga tercatat kuat di level 1,57 juta ton, atau meningkat 17,16% MtM. Angka itu merupakan rekor terkuat sejak tahun 2000.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(hps) Next Article Permintaan China Melemah, Harga Karet Amblas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular