
Kenaikan Harga Bensin (Masih) Jadi Biang Kerok Inflasi April
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
02 May 2018 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga bensin jenis Pertalite masih menjadi biang kerok pergerakan inflasi April 2018. Kenaikan bensin Pertalite yang dilakukan sejak Maret lalu, memberikan andil terhadap inflasi 0,03%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti mengatakan, kenaikan harga bensin di April mendorong inflasi inti (core inflation) dan inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) pada Maret.
"Inflasi inti April 0,15%, yoy [year on year] menjadi 2,69%. Komponen energi 0,24%, yoy menjadi 4,04%," kata Yunita dalam konferensi pers di Gedung BPS, Rabu (2/5/2018).
Sebagai informasi, pada akhir Februari 2018, PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikan harga bensin non subsidi jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite.
Sementara pada akhir bulan lalu, perusahaan pelat merah itu pun kembali menaikkan harga benisn jenis Pertalite (RON 90) dari semula Rp 7.600 per liter, menjadi Rp 7.800 per liter untuk beberapa provinsi.
"Andil bensin ini utamanya dipengaruhi kenaikan Pertalite yang terjadi pada 24 Maret 2018," katanya.
Dampak kenaikan harga bensin pun sejatinya sudah memengaruhi pergerakan inflasi Maret 2018. Pada periode tersebut, kelompok pengeluaran, sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencata inflasi 0,28%.
"Andil dominan adalah dari kenaikan bensin," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (2/4/2018).
Suhariyanto memperkirakan, kenaikan harga bensin masih berpotensi memengaruhi pergerakan inflasi pada April. "Naiknya harga Pertalite, bisa dipastikan pada bulan depan masih memberikan andil terhadap inflasi," katanya.
(dru) Next Article Pertamax Cs dan Pertalite Jadi 'Biang Kerok' Inflasi Maret
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti mengatakan, kenaikan harga bensin di April mendorong inflasi inti (core inflation) dan inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) pada Maret.
"Inflasi inti April 0,15%, yoy [year on year] menjadi 2,69%. Komponen energi 0,24%, yoy menjadi 4,04%," kata Yunita dalam konferensi pers di Gedung BPS, Rabu (2/5/2018).
Sementara pada akhir bulan lalu, perusahaan pelat merah itu pun kembali menaikkan harga benisn jenis Pertalite (RON 90) dari semula Rp 7.600 per liter, menjadi Rp 7.800 per liter untuk beberapa provinsi.
"Andil bensin ini utamanya dipengaruhi kenaikan Pertalite yang terjadi pada 24 Maret 2018," katanya.
Dampak kenaikan harga bensin pun sejatinya sudah memengaruhi pergerakan inflasi Maret 2018. Pada periode tersebut, kelompok pengeluaran, sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencata inflasi 0,28%.
"Andil dominan adalah dari kenaikan bensin," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (2/4/2018).
Suhariyanto memperkirakan, kenaikan harga bensin masih berpotensi memengaruhi pergerakan inflasi pada April. "Naiknya harga Pertalite, bisa dipastikan pada bulan depan masih memberikan andil terhadap inflasi," katanya.
(dru) Next Article Pertamax Cs dan Pertalite Jadi 'Biang Kerok' Inflasi Maret
Most Popular